Artikel Detail

Kontaminasi Air Minum Oleh Bakteri Escherichia coli
  2023-04-14 10:02:43    Dibaca : 1084

Available in English

09/B-NUWSP/Apr/2023

 

Air minum merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan manusia setiap harinya. Agar aman untuk dikonsumsi, air minum harus memiliki kualitas yang baik. Kualitas air minum dapat terukur berdasarkan parameter mikrobiologi, fisik, dan kimia. Syarat masing-masing parameter telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan. Parameter wajib kualitas air minum berdasarkan peraturan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter wajib kualitas air minum

Escherichia coli (E. coli) merupakan salah satu parameter wajib kualitas air minum pada aspek mikrobiologi seperti terlihat pada Tabel 1. Air minum dengan kualitas yang baik haruslah terbebas dari kandungan E. coli. Sayangnya, riset Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 menunjukkan bahwa sebanyak 74,4% rumah tangga di Indonesia memiliki akses terhadap air minum yang terkontaminasi bakteri E. coli. Di antara seluruh daerah, 3 provinsi yang memiliki proporsi rumah tangga dengan air minum terkontaminasi bakteri E. coli tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Sumatera Barat dengan nilai persentase berturut-turut sebesar 89,3%; 87,4%; dan 84,7% (Rizaty, 2022). Adapun peta sebaran proporsi rumah tangga dengan akses air minum yang terkontaminasi E. coli di Indonesia pada tahun 2020 dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta sebaran proporsi rumah tangga dengan akses air minum yang terkontaminasi E. coli di Indonesia pada tahun 2020 (Rizaty, 2022)

Bakteri E. coli merupakan bakteri anaerob fakultatif yang secara alami dapat ditemukan di saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas (Odonkor dan Mahami, 2020). Meski sebagian besar jenis E. coli tidak berbahaya, terdapat beberapa jenis E. coli yang berbahaya bagi kesehatan manusia (CDC, 2014). Oleh karena itu, E. coli menjadi salah satu parameter dalam mengukur kualitas air. Menurut Price dan Wildeboer (2017), E. coli dilepaskan ke lingkungan melalui tinja. Karena tinja merupakan sumber utama agen penyebab penyakit di air, bakteri yang terkandung di dalam tinja, seperti E. coli, banyak digunakan sebagai indikator kontaminasi. Berdasarkan Odonkor dan Mahami (2020), E. coli dapat mengindikasikan keberadaan mikroorganisme yang ditularkan melalui tinja, seperti Salmonella dan hepatitis A. Hal tersebut juga menjadi penyebab dijadikannya E. coli sebagai salah satu parameter dalam mengukur kualitas air (Price dan Wildeboer, 2017).

Keberadaan E. coli di dalam air biasanya menandakan bahwa telah terjadi kontaminasi air akibat tinja (Odonkor dan Mahami, 2020). Menurut Sapulete (2010), dalam 1 gram tinja bisa ditemukan sekitar 100 juta E. coli. Hal serupa juga diutarakan oleh pakar air dari Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung, Rofiq Iqbal, S.T., M.Eng, Ph.D. Selain menjelaskan tentang sumber kontaminasi E. coli yang berasal dari tinja, beliau juga mengemukakan bahwa tingginya kontaminasi air oleh E. coli di Indonesia terjadi karena jarak septic tank yang terlalu dekat dengan permukiman masyarakat (Detik, 2022).

Bagaimana kontaminasi ini dapat terjadi?

Masih banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan air tanah sebagai sumber air utama untuk minum. Baca artikel selengkapnya tentang sumber air minum di Indonesia di sini. Air tanah sebagai sumber air minum diekstraksi melalui pembuatan sumur. Apabila jarak antara sumur dengan septic tank terlalu dekat, potensi kontaminasi air tanah oleh E. coli pun semakin tinggi. Parameter jarak menjadi penting mengingat septic tank berpotensi bocor. Kebocoran septic tank dapat terjadi akibat konstruksi yang kurang baik (Prajoko, 2007) serta minimnya pengurasan sebagai bentuk pemeliharaan septic tank (Sidiq, 2022). Oleh sebab itu, proses konstruksi serta pemeliharaan septic tank perlu diperhatikan agar kontaminasi air tanah oleh E. coli melalui septic tank tidak terjadi. Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Peraturan Menteri PUPR Nomor 27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum pun merekomendasikan agar septic tank yang dibangun memiliki jarak minimal 10 meter dengan sumur air masyarakat.

Dampak dan Pencegahan Kontaminasi Air Minum oleh Bakteri E. coli

Jika dikonsumsi, air minum yang terkontaminasi oleh bakteri E. coli dapat memicu diare, yang merupakan penyebab utama kematian pada balita (Detik, 2022). Menurut Lestari (2022), E. coli juga dapat memicu penyakit lainnya seperti infeksi usus, infeksi saluran kemih, septikimia, hingga meningitis. Untuk mencegah bahaya akibat kontaminasi air minum oleh bakteri E. coli, terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan. Salah satunya yaitu dengan memastikan bahwa air minum yang dikonsumsi berasal dari sumber yang kualitasnya terjaga. Menurut Notodarmojo (2005), sebagian besar penduduk Indonesia masih menggunakan air tanah sebagai sumber air minum utama. Pada umumnya, air tanah digunakan secara langsung atau melalui pengolahan yang sangat minim sehingga kualitas air tanah memiliki risiko yang tinggi terhadap penggunanya. Terlebih saat ini, jumlah penduduk yang semakin padat dapat meningkatkan aktivitas domestik dan industri sehingga berpotensi menurunkan kualitas air tanah. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PUPR berkomitmen untuk menyediakan sumber air minum yang layak dan aman, salah satunya melalui peningkatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di berbagai daerah. Air minum yang dikelola daerah melalui PDAM, umumnya memiliki kualitas yang lebih terjaga karena dilengkapi unit disinfeksi untuk menghilangkan berbagai mikroorganisme patogen pada SPAM-nya. Masyarakat yang tinggal di area yang dilayani PDAM dapat mulai beralih ke jaringan perpipaan PDAM mengingat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas airnya lebih terjaga.

Namun, apabila akses air minum melalui jaringan perpipaan PDAM belum tersedia, masyarakat tetap dapat menggunakan air tanah. Penggunaan air tanah perlu diiringi dengan proses pengolahan agar kualitas airnya terjaga dari berbagai bahaya kontaminasi. Lestari (2022) mengemukakan, bahaya kontaminasi air minum oleh bakteri E. coli dapat dicegah dengan mendidihkan air sebelum diminum untuk membunuh bakteri tersebut. Selain itu, upaya pencegahan pun dapat dilakukan dengan memelihara septic tank sebagai sumber kontaminasi E. coli. Berdasarkan Sidiq (2022), bentuk pemeliharaan septic tank yaitu dengan cara melakukan pengurasan lumpur tinja secara berkala setiap 2-5 tahun sekali.

 

Sumber:

1. CDC (2014): E. coli (Escherichia coli) Questions and Answers, diperoleh melalui situs internet: https://www.cdc.gov/ecoli/general/index.html.

2. Detik (2022): Sumber Air Minum di Indonesia Tercemar Tinja, Ini Penyebabnya, diperoleh melalui situs internet: https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6476075/sumber-air-minum-di-indonesia-tercemar-tinja-ini-penyebabnya.

3. Kementerian Kesehatan (2023): Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan.

4. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2016): Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum.

5. Lestari, T.Y. (2022): Dampak Mengonsumsi Air Minum Terpapar E. coli Bagi Tubuh, diperoleh melalui situs internet: https://www.klikdokter.com/info-sehat/pencernaan/dampak-mengonsumsi-air-minum-terpapar-e-coli-bagi-tubuh.

6. Notodarmojo, S. (2005): Pencemaran Tanah & Air Tanah. Bandung: Penerbit ITB.

7. Odonkor, S.T. dan Mahami, T. (2020): Escherichia coli as a Tool for Disease Risk Assessment of Drinking Water Sources, International Journal of Microbiology, Volume 2020.

8. Prajoko, B.I. (2007): Pemetaan Kualitas Air Tanah di Kelurahan Bumijo dan Gowongan, Kecamatan Jetis, Yogyakarta, dengan Pemeriksaan Jumlah Bakteri Escherichia coli (E. coli), Skripsi Program Sarjana, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

9. Price, R. G. dan Wildeboer, D. (2017): E. coli as an indicator of contamination and health risk in environmental waters dalam Escherichia coli-Recent Advances on Physiology, Pathogenesis, and Biotechnological Applications. London: IntechOpen.

10. Rizaty, M.A. (2022): Riset: 74,4% Sumber Air Minum Rumah Tangga RI Tercemar Tinja, diperoleh melalui situs internet: https://dataindonesia.id/ragam/detail/riset-744-sumber-air-minum-rumah-tangga-ri-tercemar-tinja.

11. Sapulete, M.R. (2010): Hubungan Antara Jarak Septic Tank ke Sumur Gali dan Kandungan Escherichia coli dalam Air Sumur Gali di Kelurahan Tuminting Kecamatan Tuminting Kota Manado, Jurnal Biomedik, Volume 2, Nomor 3.

12. Sidiq, N.I. (2022): Analisis Spasial Kualitas Air Tanah Berdasarkan Parameter Mikrobiologi di Kecamatan Depok, Sleman, Skripsi Program Sarjana, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Kredit Foto:

CDC (2021): Extended-spectrum ß-lactamase-producing (ESBLs) Enterobacteriaceae bacteria: Escherichia coli, diperoleh melalui situs internet: https://unsplash.com/photos/7tgIlnxj2bM.

 

Ditulis oleh:

Deviana Matudilifa Yusuf

 


 

Contamination of Drinking Water by Escherichia coli

Drinking water is a basic necessity that people need every day. To be safely consumed, drinking water should have good quality. Drinking water quality can be measured based on microbiological, physical, and chemical parameters.  The requirements for each parameter have been regulated in the Minister of Health Regulation Number 2 of 2023 concerning the Implementation Regulations of Government Regulation Number 66 of 2014 concerning Health Environment. The mandatory parameters of drinking water quality based on this regulation can be seen in Table 1.

Table 1. Mandatory parameters of drinking water quality

Escherichia coli (E. coli) is one of the mandatory parameters of drinking water quality in microbiological aspects as shown in Table 1. Good quality drinking water must be free from E. coli. Unfortunately, a Ministry of Health study in 2020 found that up to 74.4% of Indonesian households still have E. coli-contaminated drinking water. Among all regions, three provinces (East Nusa Tenggara, Maluku, and West Sumatra) have the highest percentage of households using E. coli-contaminated drinking water at 89,3%; 87,4%; and 84,7% respectively (Rizaty, 2022). A distribution map of household proportions in Indonesia with E. coli-contaminated drinking water in 2020 can be seen in Figure 1.

Figure 1. Distribution map of household proportions in Indonesia with E. coli-contaminated drinking water in 2020 (Rizaty, 2022)

E. coli is a facultative anaerobic bacterium that can naturally be found in the digestive tract of humans and warm-blooded animals (Odonkor and Mahami, 2020). Although most types of E. coli are harmless, there are some types of E. coli that are harmful to human health (CDC, 2014). Therefore, E. coli is one of the parameters in measuring water quality. According to Price and Wildeboer (2017), E. coli is released into the environment through feces. As feces are the main source of disease-causing agents in water, bacteria contained in feces, such as E. coli, are widely used as indicators of contamination. Based on Odonkor and Mahami (2020), E. coli can indicate the presence of fecal-borne microorganisms, such as Salmonella and Hepatitis A. This accounts for the usage of E. coli as an indicator microbe to examine water quality (Price and Wildeboer, 2017).

The presence of E. coli in water usually indicates that there has been water contamination due to feces (Odonkor and Mahami, 2020). According to Sapulete (2010), there are about 100 million E. coli in 1 gram of feces. A water specialist from the Faculty of Civil and Environmental Engineering, Bandung Institute of Technology, Rofiq Iqbal, S.T., M.Eng, Ph.D. expressed the same thing. Besides explaining where the source of E. coli contamination derived, he also stated that the high contamination of water by E. coli in Indonesia occurred due to the short distance between septic tanks and community settlements (Detik, 2022).

How can this contamination occur?

There are many Indonesian people who still use groundwater as the main water source for drinking. Read the full article about drinking water sources in Indonesia here. Groundwater as a source of drinking water is extracted through the creation of wells. If the distance between the well and the septic tank is too close, the potential for groundwater contamination by E. coli is even higher. The distance parameter is important considering that a septic tank has the potential to leak. Prajoko (2007) and Sidiq (2022) explained that septic tank leaks can occur due to poor construction and lack of maintenance (in the form of pumping). Therefore, the construction and maintenance of septic tanks need to be considered so that groundwater contamination by E. coli through septic tanks does not occur. In addition, the Ministry of Public Works and Housing (PUPR) through PUPR Ministerial Regulation Number 27/PRT/M/2016 concerning the Implementation of the Drinking Water Supply System recommends us to keep the constructed septic tank at least 10 meters away from the well.

Impact and Prevention of E. coli-Contaminated Drinking Water

If E. coli-contaminated drinking water is consumed, it can trigger diarrhea, which is the leading cause of death in toddlers (Detik, 2022). According to Lestari (2022), E. coli can also trigger other diseases such as intestinal infections, urinary tract infections, septicemia, to meningitis. To prevent harm due to E. coli-contaminated drinking water, there are several efforts that can be done. One of them is by ensuring that our drinking water comes from sources whose quality is maintained. According to Notodarmojo (2005), most Indonesian people still use groundwater as the main source of drinking water. In general, groundwater is used directly or through a very minimal treatment so groundwater quality has a high risk to its users. Especially now, the increasingly dense population can increase domestic and industrial activities which potentially reduces groundwater quality. The Government of Indonesia through the Ministry of PUPR is committed to providing a decent and safe source of drinking water, one of which is through improving the Drinking Water Supply System (SPAM) in different regions. Drinking water managed by the region through PDAM, generally has a better quality because it is equipped with a disinfection unit to eliminate various pathogenic microorganisms in its SPAM. People living in areas served by PDAMs can start switching to PDAM piping networks considering that the quality, quantity, and continuity of water are better maintained. 

However, if access to drinking water through the PDAM network is not yet available, the community still can use groundwater. The use of groundwater needs to be accompanied by additional treatment process so that the water quality is maintained from various contamination hazards. Lestari (2022) stated that the danger of E. coli-contaminated drinking water can be prevented by boiling water before drinking to kill these bacteria. In addition, prevention efforts can also be done by maintaining septic tanks as a source of E. coli contamination. Based on Sidiq (2022), septic tank maintenance is done by pumping fecal sludge periodically every 2-5 years.

 

Sources:

1. CDC (2014): E. coli (Escherichia coli) Questions and Answers, obtained through the internet site: https://www.cdc.gov/ecoli/general/index.html.

2. Detik (2022): Sumber Air Minum di Indonesia Tercemar Tinja, Ini Penyebabnya, obtained through the internet site: https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6476075/sumber-air-minum-di-indonesia-tercemar-tinja-ini-penyebabnya.

3. Lestari, T.Y. (2022): Dampak Mengonsumsi Air Minum Terpapar E. coli Bagi Tubuh, obtained through the internet site: https://www.klikdokter.com/info-sehat/pencernaan/dampak-mengonsumsi-air-minum-terpapar-e-coli-bagi-tubuh.

4. Ministry of Health (2023): Minister of Health Regulation Number 2 of 2023.

5. Ministry of Public Works and Housing (2016): PUPR Ministerial Regulation Number 27/PRT/M/2016.

6. Notodarmojo, S. (2005): Pencemaran Tanah & Air Tanah. Bandung: Penerbit ITB.

7. Odonkor, S.T. dan Mahami, T. (2020): Escherichia coli as a Tool for Disease Risk Assessment of Drinking Water Sources, International Journal of Microbiology, Volume 2020.

8. Prajoko, B.I. (2007): Pemetaan Kualitas Air Tanah di Kelurahan Bumijo dan Gowongan, Kecamatan Jetis, Yogyakarta, dengan Pemeriksaan Jumlah Bakteri Escherichia coli (E. coli), Undergraduate Thesis, Islamic University of Indonesia, Yogyakarta.

9. Price, R. G. dan Wildeboer, D. (2017): E. coli as an indicator of contamination and health risk in environmental waters dalam Escherichia coli-Recent Advances on Physiology, Pathogenesis, and Biotechnological Applications. London: IntechOpen.

10. Rizaty, M.A. (2022): Riset: 74,4% Sumber Air Minum Rumah Tangga RI Tercemar Tinja, obtained through the internet site: https://dataindonesia.id/ragam/detail/riset-744-sumber-air-minum-rumah-tangga-ri-tercemar-tinja.

11. Sapulete, M.R. (2010): Hubungan Antara Jarak Septic Tank ke Sumur Gali dan Kandungan Escherichia coli dalam Air Sumur Gali di Kelurahan Tuminting Kecamatan Tuminting Kota Manado, Jurnal Biomedik, Volume 2, Nomor 3.

12. Sidiq, N.I. (2022): Analisis Spasial Kualitas Air Tanah Berdasarkan Parameter Mikrobiologi di Kecamatan Depok, Sleman, Undergraduate Thesis, Islamic University of Indonesia, Yogyakarta.

Photo Credit:

CDC (2021): Extended-spectrum ß-lactamase-producing (ESBLs) Enterobacteriaceae bacteria: Escherichia coli, obtained through the internet site: https://unsplash.com/photos/7tgIlnxj2bM.

 

Written by:

Deviana Matudilifa Yusuf

 

#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply 

#kontaminasiairminum #escherichiacoli #ecoli #kualitasair #waterquality #airminum #drinkingwater

Share On :

  • Direktorat Air Minum,
    Ditjen Cipta Karya,
    Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
    Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru,
    Jakarta 12110.


  • 021-72796907

  • cpmunuwsp@gmail.com
    Visitor
  • Total:400,247
  • Bulan Ini :5,357
  • Seminggu Terakhir :2,697
  • Hari ini :204