Artikel Detail

Air Berwarna Kekuningan, Apakah Berbahaya?
  2023-05-26 15:54:58    Dibaca : 573

Available in English

15/B-NUWSP/Mei/2023

 

Air merupakan salah satu kebutuhan penting untuk menunjang kehidupan manusia. Manusia memerlukan air untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan lain-lain. Karena dibutuhkan untuk berbagai keperluan, kualitas air menjadi hal yang perlu diperhatikan. Salah satu permasalahan kualitas air yang kerap kali muncul adalah air yang berwarna kekuningan (Pratama S., 2023). Pernahkah Anda menjumpai air berwarna kekuningan? Mengapa hal ini dapat terjadi dan bagaimana dampaknya? Pertanyaan inilah yang akan dijawab pada uraian-uraian berikutnya.

Penyebab Air Berwarna Kekuningan

Air yang berwarna kekuningan dapat terjadi ketika air tersebut mengandung kadar besi yang tinggi (Khaira, 2013). Bagaimana kandungan besi dapat masuk ke dalam air? Besi merupakan mineral yang membentuk 5% dari kerak bumi (Wahid, 2006). Oleh sebab itu, besi dapat ditemui pada hampir seluruh tempat di bumi, baik pada semua lapisan batuan maupun semua badan air (Febrina dan Ayuna, 2015). Endapan besi salah satunya dijumpai pada batuan. Ketika hujan turun dan membasahi batuan, air tersebut melarutkan sebagian besi. Air yang membawa besi ini kemudian akan merembes melalui tanah atau mengalir menjadi air permukaan (Program Studi Teknik Mesin UMA, 2022). Oleh sebab itu, kandungan besi dapat dijumpai pada air tanah dan air permukaan. Wahid (2006) mengemukakan bahwa kandungan besi pada air permukaan umumnya tidak melebihi 1 miligram/liter. Namun di dalam tanah kadar besi jauh lebih tinggi, sehingga air tanah sangat rentan terhadap kandungan besi yang tinggi.

Di Indonesia, masyarakat masih bergantung pada keberadaan air tanah. Data Badan Pusat Statistik tahun 2020 dalam Bayu (2021) menunjukkan bahwa 19,09% rumah tangga di Indonesia menggunakan air tanah sebagai sumber air utama yang diperoleh melalui sumur bor/pompa (baca artikel selengkapnya di sini). Di sumur dalam, di mana kandungan oksigen rendah, besi dalam air bersifat terlarut dan tidak memberi warna apapun. Sehingga, air yang baru saja keluar dari keran mungkin berwarna jernih. Namun ketika masuk ke wadah penampungan dan terkena udara, besi akan membentuk endapan. Endapan ini akan mengubah besi yang semula berwarna putih, kemudian kuning, hingga akhirnya menjadi merah kecokelatan. Endapan inilah yang mengubah warna air menjadi kekuningan hingga merah kecokelatan (Oktiana, 2019; Varner dkk., 1996; Wahid, 2006).

Gambar 1. Air sumur yang berwarna kuning (Nazava, 2019)

Dampak Penggunaan Air Berwarna Kekuningan

Apabila air yang berwarna kekuningan digunakan, terdapat beberapa masalah yang berpotensi muncul. Beberapa dampak yang dapat muncul menurut Joko (2010) dalam Oktiana (2019) dan Achmad (2004) dalam Khaira (2013), yaitu:

  1. Meninggalkan noda pada bak, wastafel, maupun kloset;
  2. Meninggalkan noda kekuningan pada pakaian, porselen, maupun alat lainnya jika digunakan untuk mencuci;
  3. Merusak pipa karena sifatnya yang korosif;
  4. Jika endapan yang tertinggal di pipa dibiarkan dan mengeras, dapat terjadi penyempitan pipa;
  5. Mengubah kualitas air karena timbulnya perubahan warna, rasa, dan bau;
  6. Mengganggu kesehatan karena memicu terjadinya iritasi mata dan kulit; dan
  7. Merusak dinding usus jika mengonsumsi dalam jumlah yang banyak.

Gambar 2. Noda merah kecokelatan pada wastafel (Kompas dalam Rahma, 2023)

Itulah sekilas penjelasan tentang penyebab dan dampak penggunaan air yang berwarna kekuningan. Untuk mencegah bahaya yang timbul, salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memastikan bahwa air yang kita gunakan berasal dari sumber yang kualitasnya terjaga. Apabila jangkauan terhadap air yang berkualitas masih terbatas, kita dapat melakukan pengolahan sederhana pada air yang berwarna kekuningan dengan menggunakan tawas, arang tempurung kelapa, ijuk, batu kerikil, pasir bersih, dan bahan lainnya (Pratama, 2019). Proses ini dilakukan agar endapan yang dihasilkan pada air berwarna kekuningan dapat dihilangkan.

 

Sumber:

1. Bayu, D. J. (2021): Sebagian Besar Masyarakat Indonesia Minum Air Isi Ulang pada 2020, diperoleh melalui situs internet: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/05/sebagian-besar-masyarakat-indonesia-minum-air-isi-ulang-pada-2020.

2. Febrina, L. dan Ayuna, A. (2015): Studi Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) dalam Air Tanah Menggunakan Saringan Keramik, Jurnal Teknologi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Volume 7 No. 1.

3. Khaira, K. (2013): Penentuan Kadar Besi (Fe) Air Sumur dan Air PDAM dengan Metode Spektrofotometri, Jurnal Sainstek, Vol. V No. 1: 17-23.

4. Oktiana, B. (2019): Sachet Kulit Pisang Sebagai Media Penurunan Kandungan Besi (Fe) Air Sumur Gali di Dusun Tempursari, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Skripsi Program Sarjana, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Yogyakarta.

5. Pratama S., R.A. (2023): 5 Cara Mengatasi Air Sumur Bor Kuning dan Berminyak. Efektif Tanpa Ribet!, diperoleh melalui situs internet: https://berita.99.co/air-sumur-bor-kuning/.

6. Program Studi Teknik Mesin UMA (2022): Zat Besi pada Air, diperoleh melalui situs internet: https://mesin.uma.ac.id/2022/06/02/zat-besi-pada-air/.

7. Varner, D.L., Skipton, S., Hay, D., dan Jasa, P.J. (1996): G96-1280 Drinking Water: Iron and Manganese, diperoleh melalui situs internet: https://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2422&context=extensionhist.

8. Wahid, E.N. (2006): Pengaruh Variasi Ketebalan Karbon Aktif Granular (Arang Tempurung Kelapa) Terhadap Penurunan Kadar Fe dan Mn dalam Air Tanah, Skripsi Program Sarjana, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Kredit Foto:

1. Nazava (2019): Dirty Well Water, diperoleh melalui situs internet: https://cdn-bfmpc.nitrocdn.com/dFRSETZOEOvPFaGygBpbfFfchyzqYDPZ/assets/images/optimized/rev-de9df8d/wp-content/uploads/2019/04/dirty-well.-waterjpg.jpg.

2. Rahma (2023): Kinclong! Inilah Cara Mudah Menghilangkan Noda Karat di Kamar Mandi, diperoleh melalui situs internet: https://nova.grid.id/read/053765356/kinclong-inilah-cara-mudah-menghilangkan-noda-karat-di-kamar-mandi?page=all.

3. Sujiatmiko, P. dalam Jawa Pos (2019)

 

Ditulis oleh:

Deviana Matudilifa Yusuf

 


 

Yellowish Water, Is It Dangerous?

Water is one of the important things to support human life. Humans need water for drinking, cooking, bathing, washing, and others. Because it is needed for various purposes, we need to consider water quality. Yellowish water is one of the most common problems affecting water quality (Pratama S., 2023). Have you ever encountered yellowish water? Why does this happen and what are the impacts? These questions will be answered in the following explanation.

Causes of yellowish water

Yellowish water can occur when the water contains high levels of iron (Khaira, 2013). How does iron get into the water? Iron is a mineral that makes up 5% of the earth’s crust (Wahid, 2006). Therefore, iron can be found in almost all places on earth, both in all rock layers and all water bodies, one of which is found in rocks in the form of iron deposits (Febrina and Ayuna, 2015). When rainwater falls and wets the rock, the water will dissolve some of the iron. The water that carries this iron will then seep through the soil or flow into the surface water (Mechanical Engineering Study Program of UMA, 2022). Therefore, iron content can be found in groundwater and surface water. Based on Wahid (2006), iron content in surface water generally does not exceed 1 milligram/liter. But in the soil, iron content is much higher, so groundwater is very susceptible to high iron content.

In Indonesia, people still depend on groundwater. Data from the Central Bureau of Statistics in 2020 (Bayu, 2021) shows that 19.09% of Indonesian households use groundwater as the main water source, obtained through bore/pump wells (read the full article here). In deep wells, where oxygen content is low, iron is dissolved in water and does not give any color. So, water that just came out of the faucet may be clear, but when it enters the storage and is exposed to air, iron will form sediment. This sediment will change the water’s color to white, then yellow, and finally it becomes red-brown (Oktiana, 2019; Varner et al., 1996; Wahid, 2006).

Figure 1. Well with yellow water (Nazava, 2019)

Impact of Using Yellowish Water

According to Joko (2010) in Oktiana (2019) and Achmad (2004) in Khaira (2013), potential problems may arise if we use yellowish water, namely: 

  1. Leave stains on the tub, sink, or toilet;
  2. Leave yellowish stains on clothes, porcelain, or other tools when it is used for washing;
  3. Damage pipes due to their corrosive nature;
  4. If the iron sediment left in the pipe and hardens, pipe narrowing may occur;
  5. Change water quality because it can affect water’s color, taste, and smell;
  6. Disrupt health because it triggers eye and skin irritation; and
  7. Damage the intestinal wall if consumed in large quantities.

Figure 2. Red-brown stains on the sink (Kompas in Rahma, 2023)

That's a brief explanation regarding the causes and effects of using yellowish water. To prevent the impact of using yellowish water, we need to ensure that the water we access comes from a source whose quality is maintained. If we still have limited access to that, we can do simple treatment on yellowish water by using alum, coconut shell charcoal, palm fiber, gravel, clean sand, and other materials (Pratama, 2019). This process is done to remove the iron sediment in a yellowish water.

 

Sources:

1. Bayu, D. J. (2021): Sebagian Besar Masyarakat Indonesia Minum Air Isi Ulang pada 2020, obtained through the internet site: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/05/sebagian-besar-masyarakat-indonesia-minum-air-isi-ulang-pada-2020.

2. Febrina, L. and Ayuna, A. (2015): Studi Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) dalam Air Tanah Menggunakan Saringan Keramik, Jurnal Teknologi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Volume 7 No. 1.

3. Khaira, K. (2013): Penentuan Kadar Besi (Fe) Air Sumur dan Air PDAM dengan Metode Spektrofotometri, Jurnal Sainstek, Vol. V No. 1: 17-23.

4. Oktiana, B. (2019): Sachet Kulit Pisang Sebagai Media Penurunan Kandungan Besi (Fe) Air Sumur Gali di Dusun Tempursari, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Undergraduate Thesis, Yogyakarta Health Polytechnic, Ministry of Health, Yogyakarta.

5. Pratama S., R.A. (2023): 5 Cara Mengatasi Air Sumur Bor Kuning dan Berminyak. Efektif Tanpa Ribet!, obtained through the internet site: https://berita.99.co/air-sumur-bor-kuning/.

6. Mechanical Engineering Study Program of UMA (2022): Zat Besi pada Air, obtained through the internet site: https://mesin.uma.ac.id/2022/06/02/zat-besi-pada-air/.

7. Varner, D.L., Skipton, S., Hay, D., and Jasa, P.J. (1996): G96-1280 Drinking Water: Iron and Manganese, obtained through the internet site: https://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2422&context=extensionhist.

8. Wahid, E.N. (2006): Pengaruh Variasi Ketebalan Karbon Aktif Granular (Arang Tempurung Kelapa) Terhadap Penurunan Kadar Fe dan Mn dalam Air Tanah, Undergraduate Thesis, Islamic University of Indonesia, Yogyakarta.

Photo Credit:

1. Nazava (2019): Dirty Well Water, obtained through the internet site: https://cdn-bfmpc.nitrocdn.com/dFRSETZOEOvPFaGygBpbfFfchyzqYDPZ/assets/images/optimized/rev-de9df8d/wp-content/uploads/2019/04/dirty-well.-waterjpg.jpg.

2. Rahma (2023): Kinclong! Inilah Cara Mudah Menghilangkan Noda Karat di Kamar Mandi, obtained through the internet site: https://nova.grid.id/read/053765356/kinclong-inilah-cara-mudah-menghilangkan-noda-karat-di-kamar-mandi?page=all.

3. Sujiatmiko, P.  in Jawa Pos (2019)

 

Written by:

Deviana Matudilifa Yusuf

 

#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply

#kualitasair #waterquality #airkekuningan #yellowishwater #airtanah #groundwater #besi #iron

Share On :

  • Direktorat Air Minum,
    Ditjen Cipta Karya,
    Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
    Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru,
    Jakarta 12110.


  • 021-72796907

  • cpmunuwsp@gmail.com
    Visitor
  • Total:401,727
  • Bulan Ini :6,837
  • Seminggu Terakhir :1,684
  • Hari ini :74