Available in English
25/B-NUWSP/Agustus/2023
Pernahkah kalian menggunakan air hujan untuk minum? Di Indonesia, air hujan memang jarang digunakan untuk minum jika dibandingkan dengan air permukaan dan air tanah. Baca selengkapnya di sini. Namun, beberapa daerah memenuhi kebutuhan minum hariannya dengan air hujan, seperti di Kubu Raya (Kalimantan Barat), Kotawaringin Barat (Kalimantan Tengah), Pulau Maratua (Kalimantan Timur), dan Pulau Morotai (Maluku Utara) (USAID IUWASH, 2023; KLHK, 2018; Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, 2015; Kapita dkk., 2022). Data Badan Pusat Statistik (2020) dalam Bayu (2021) menyebutkan, air hujan digunakan sebagai sumber air utama untuk minum pada 2,18% rumah tangga di Indonesia.
Gambar 1. Persentase rumah tangga menurut sumber air utama yang digunakan untuk minum (Bayu, 2021 berdasarkan Badan Pusat Statistik, 2020)
Sebetulnya, penggunaan air hujan untuk minum dapat dilakukan sepanjang air hujan tersebut dalam keadaan bersih dan memiliki kualitas yang sesuai dengan syarat air minum. Namun, sejumlah faktor fisik dan lingkungan dapat dengan cepat mengubah air hujan yang bersih dan segar menjadi potensi bahaya kesehatan (Hill, 2020). Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), beberapa kontaminan seperti bakteri, virus, parasit, debu, partikel asap, dan bahan kimia lainnya dapat berakhir di air hujan. Sebagai contoh, bila air hujan dikumpulkan melalui atap, jejak yang ditinggalkan hewan seperti kotoran burung dapat mengontaminasi air hujan. Tak hanya itu, air hujan yang dikumpulkan melalui atap berbahan seng dapat terkontaminasi logam berat timbal karena timbal merupakan bahan pelapis atap seng (Baker, 2022). Fenomena kontaminasi air hujan oleh timbal ini juga telah ditemukan di wilayah Kalimantan Barat oleh Khayan dkk. (2019). Khayan dkk. (2019) juga mengemukakan bahwa kualitas udara dapat memengaruhi kualitas air hujan. Udara yang tercemar dapat membuat air hujan bersifat asam dan mengandung logam berat (Hill, 2020; Khayan, 2019).
Gambar 2. Saluran pengumpul air hujan melalui atap rumah (Nurhikmah, 2022)
Penggunaan air hujan secara langsung untuk air minum sangatlah tidak direkomendasikan. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menggunakan air hujan untuk minum, di antaranya: (a) tingkat pencemaran udara, (b) metode pengumpulan air hujan, (c) metode pengolahan air hujan, dan (d) metode penyimpanan air hujan. Untuk metode pengolahan air hujan, CDC mengutarakan bahwa air hujan yang dikumpulkan untuk keperluan minum perlu melalui berbagai tahap, seperti filtrasi (penyaringan), disinfeksi, hingga pengujian secara rutin. Bila rangkaian proses ini tidak dapat dilakukan, air hujan sebaiknya hanya digunakan untuk keperluan lain seperti berkebun, mencuci pakaian, atau mandi (Hill, 2020).
Ilmuwan yang berasal dari Stockholm University dan ETH Zurich menemukan bahwa seluruh air hujan di bumi tidak aman untuk diminum karena adanya kadar PFAS (polyfluoroalkyl substances), atau bahan kimia beracun. PFAS ditemukan pertama kali pada shampo, kemasan, dan make up. Namun saat ini, PFAS sudah mulai menyebar karena banyak digunakan dalam industri elektronik, otomotif, hingga kesehatan (Tang dalam Permana, 2021). Cousins dan timnya dalam studi tersebut melakukan pengujian kualitas air hujan pada daerah yang terpencil seperti Antartika atau dataran tinggi Tibet. Hasil studi menunjukkan bahwa level PFAS di wilayah ini 14 kali lebih tinggi dari level yang disyaratkan dalam pedoman US EPA (United States Environmental Protection Agency). Cousins menyimpulkan, "Tidak ada tempat di bumi ini di mana hujan aman untuk diminum, menurut pengukuran yang telah kami lakukan." (Dionisio, 2022). PFAS dapat membahayakan kesehatan. Berdasarkan Dionisio (2022) dan Tang dalam Permana (2021), PFAS telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan yang serius termasuk kanker, gangguan hormon tiroid, masalah perilaku dan pembelajaran pada masa kanak-kanak, komplikasi ketidaksuburan dan kehamilan, masalah sistem kekebalan tubuh, dan kolesterol tinggi. Selain itu, efek PFAS pada tubuh manusia dapat dilihat pada Gambar 3.
Karena dinilai cukup berisiko, penggunaan air hujan untuk minum sebaiknya dihindari. Oleh sebab itu, kita perlu mencari alternatif sumber air lainnya yang memiliki kualitas yang lebih terjaga.
Gambar 3. Efek PFAS pada kesehatan manusia (European Environment Agency, 2020)
Sumber:
1. Baker (2022): Is Drinking Rainwater Safe?, diperoleh melalui situs internet: https://www.livescience.com/is-drinking-rainwater-safe.
2. Bayu, D. J. (2021): Sebagian Besar Masyarakat Indonesia Minum Air Isi Ulang pada 2020, diperoleh melalui situs internet: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/05/sebagian-besar-masyarakat-indonesia-minum-air-isi-ulang-pada-2020.
3. Dionisio, Chloe (2022): All Rainwater is Unsafe to Drink According to Study, diperoleh melalui situs internet: https://www.discovery.com/science/unsafe-drinking-levels-in-rainwater.
4. Hill, Ansley (2020): Can You Drink Rainwater, and Should You?, diperoleh melalui situs internet: https://www.healthline.com/nutrition/can-you-drink-rain-water.
5. Kapita, H., Rahman, I. H. A., Idrus, S., & Loby, N. (2022): Teknologi Pemanfaatan Air Hujan dengan Sistem Saringan Pasir Lambat. Jurnal Teknik SILITEK, 1(02), 135–144.
6. Khayan, Husodo, A. H., Astuti, I., Sudarmadji, Djohan, T. S. (2019): Rainwater as a Source of Drinking Water: Health Impacts and Rainwater Treatment, Journal of Environmental and Public Health, Volume 2019.
7. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2018): Menampung Air Hujan Untuk Air Minum, diperoleh melalui situs internet: http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=detail_news&newsid=432.
8. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (2015): Masyarakat Pulau Maratua Masih Bergantung Air Hujan, diperoleh melalui situs internet: https://www.kaltimprov.go.id/berita/masyarakat-pulau-maratua-masih-bergantung-air-hujan.
9. Permana, Adi (2021): Bahaya PFAS Jika Masuk ke Tubuh Manusia, diperoleh melalui situs internet: https://www.itb.ac.id/berita/bahaya-pfas-jika-masuk-ke-tubuh-manusia/58095.
10. USAID IUWASH (2023): Widarningsih: Pejuang Air Minum dan Sanitasi dari Kubu Raya, diperoleh melalui situs internet: https://iuwashtangguh.or.id/widarningsih-pejuang-air-minum-dan-sanitasi-dari-kubu-raya/.
Kredit Foto:
1. European Environment Agency (2020): Effects of PFAS on Human Health, diperoleh melalui situs internet: https://www.eea.europa.eu/signals/signals-2020/infographics/effects-of-pfas-on-human-health/view.
2. Getty Images Signature dalam Canva Pro.
3. Nurhikmah, Siti (2022): Wajib Tahu! Ini 5 Jenis Saluran Air Hujan Biar Rumah Nggak Becek, diperoleh melalui situs internet: https://artikel.rumah123.com/wajib-tahu-ini-5-jenis-saluran-air-hujan-biar-rumah-nggak-becek-110174
Ditulis oleh:
Deviana Matudilifa Yusuf
Have you ever used rainwater for drinking? Unlike surface water and groundwater, Indonesians rarely use rainwater for drinking. To learn more, click here. Kubu Raya (West Kalimantan), West Kotawaringin (Central Kalimantan), Maratua Island (East Kalimantan), and Morotai Island (North Maluku) are just a few examples of places where rainwater is used for daily drinking (USAID IUWASH, 2023; KLHK, 2018; Provincial Government of East Kalimantan, 2015; Kapita et al., 2022). According to the Central Bureau of Statistics (2020) cited in Bayu (2021), 2,18 percent of Indonesian households rely on rainwater as their primary drinking water supply.
Figure 1. Percentage of households by main drinking water source (Bayu, 2021, based on Central Bureau of Statistics, 2020)
In fact, rainwater can be used for drinking if it is clean and satisfies the quality standards for drinking water. A number of physical and environmental factors, however, can rapidly transform pure, fresh rainwater into a potential health hazard (Hill, 2020). According to the Centers for Disease Control and Prevention (CDC), some contaminants such as bacteria, viruses, parasites, dust, smoke particles, and other chemicals can end up in rainwater. Animal traces, such as bird droppings, can contaminate rainwater collected through a roof, for instance. In addition, rainwater collected through a zinc roof can be contaminated with heavy metal lead because lead is a component of zinc roof coatings (Baker, 2022). This phenomenon of rainwater contamination by lead has also been observed in West Kalimantan, according to Khayan et al. (2019). Additionally, Khayan et al. (2019) reported that air quality can impact the quality of rainwater. Air pollution can make rainwater acidic and laden with heavy metals (Hill, 2020; Khayan, 2019).
Figure 2. Rainwater collection system through a house's roof (Nurhikmah, 2022)
It is not recommended to use rainwater directly for drinking water. When using rainwater for drinking, several factors must be considered, including (a) the level of air pollution, (b) the method of rainwater collection, (c) the method of rainwater treatment, and (d) the method of rainwater storage. According to the Centers for Disease Control and Prevention (CDC), rainwater collected for consumption must undergo multiple stages, including filtration, disinfection, and routine testing. If this succession of processes cannot be completed, rainwater should only be used for gardening, laundry, or bathing (Hill, 2020).
Stockholm University and ETH Zurich researchers discovered that all rainwater on Earth is unsafe to drink due to high levels of PFAS (polyfluoroalkyl substances) or toxic compounds. PFAS were initially discovered in detergent, packaging, and cosmetics. However, PFAS have recently begun to widely spread due to their extensive use in the electronics, automotive, and health industries (Tang in Permana, 2021). In the investigation, Cousins and his team conducted rainwater quality tests in remote regions such as Antarctica and the Tibetan plateau. According to the findings of this study, the concentration of PFAS in this region is fourteen times higher than what is recommended by the US EPA (United States Environmental Protection Agency). Cousins noted, "There is nowhere on earth where the rain would be safe to drink, according to the measurements that we have taken." (Dionisio, 2022). PFAS can pose health risks. According to Dionisio (2022) and Tang in Permana (2021), PFAS has been linked to a variety of serious health issues, such as cancer, thyroid hormone disorders, behavioral and learning problems in childhood, complications of infertility and pregnancy, immune system issues, and high cholesterol. In addition, Figure 3 depicts the effect of PFAS on human health.
The use of rainwater for drinking should be avoided, as it is regarded as quite dangerous. Therefore, we must seek out alternative sources of water that are of higher quality.
Figure 3. PFAS effects on human health (European Environment Agency, 2020)
Sources:
1. Baker (2022): Is Drinking Rainwater Safe?, obtained through the internet site: https://www.livescience.com/is-drinking-rainwater-safe.
2. Bayu, D. J. (2021): Sebagian Besar Masyarakat Indonesia Minum Air Isi Ulang pada 2020, obtained through the internet site: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/05/sebagian-besar-masyarakat-indonesia-minum-air-isi-ulang-pada-2020.
3. Dionisio, Chloe (2022): All Rainwater is Unsafe to Drink According to Study, obtained through the internet site: https://www.discovery.com/science/unsafe-drinking-levels-in-rainwater.
4. Hill, Ansley (2020): Can You Drink Rainwater, and Should You?, obtained through the internet site: https://www.healthline.com/nutrition/can-you-drink-rain-water.
5. Kapita, H., Rahman, I. H. A., Idrus, S., & Loby, N. (2022): Teknologi Pemanfaatan Air Hujan dengan Sistem Saringan Pasir Lambat. Jurnal Teknik SILITEK, 1(02), 135–144.
6. Khayan, Husodo, A. H., Astuti, I., Sudarmadji, Djohan, T. S. (2019): Rainwater as a Source of Drinking Water: Health Impacts and Rainwater Treatment, Journal of Environmental and Public Health, Volume 2019.
7. KLHK (2018): Menampung Air Hujan Untuk Air Minum, obtained through the internet site: http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=detail_news&newsid=432.
8. Provincial Government of East Kalimantan (2015): Masyarakat Pulau Maratua Masih Bergantung Air Hujan, obtained through the internet site: https://www.kaltimprov.go.id/berita/masyarakat-pulau-maratua-masih-bergantung-air-hujan.
9. Permana, Adi (2021): Bahaya PFAS Jika Masuk ke Tubuh Manusia, obtained through the internet site: https://www.itb.ac.id/berita/bahaya-pfas-jika-masuk-ke-tubuh-manusia/58095.
10. USAID IUWASH (2023): Widarningsih: Pejuang Air Minum dan Sanitasi dari Kubu Raya, obtained through the internet site: https://iuwashtangguh.or.id/widarningsih-pejuang-air-minum-dan-sanitasi-dari-kubu-raya/.
Photo Credits:
1. European Environment Agency (2020): Effects of PFAS on Human Health, obtained through the internet site: https://www.eea.europa.eu/signals/signals-2020/infographics/effects-of-pfas-on-human-health/view.
2. Getty Images Signature in Canva Pro.
3. Nurhikmah, Siti (2022): Wajib Tahu! Ini 5 Jenis Saluran Air Hujan Biar Rumah Nggak Becek, obtained through the internet site: https://artikel.rumah123.com/wajib-tahu-ini-5-jenis-saluran-air-hujan-biar-rumah-nggak-becek-110174.
Written by:
Deviana Matudilifa Yusuf
Translated by:
Lely Lydia Rahmawati
#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply
#airhujan #rainwater #airminum #drinkingwater #PFAS
Share On :