Artikel

Ketercapaian Indikator 4K Melalui Program NUWSP dalam Optimalisasi SPAM Sagalaherang Kabupaten Subang

Available in English

28/A-NUWSP/Agustus/2023

 

Perumda AM (Air Minum) Tirta Rangga sebagai penyedia air minum di Kabupaten Subang, diharapkan mampu mendukung tercapainya 100% akses air minum di Kabupaten Subang. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai target tersebut, salah satunya melalui kegiatan NUWSP (National Urban Water Supply Project) dengan memperhatikan sasaran aspek 4K (Kualitas, Kuantitas, Kontinuitas, dan Keterjangkauan). Sasaran 4K tersebut yaitu: K1 sebagai acuan air minum yang layak dikonsumsi (Kualitas), K2 sebagai jumlah air minimum yang dikonsumsi masyarakat dengan memperhitungkan kehilangan air (Kuantitas), K3 sebagai acuan pengaliran tak terputus selama 24 jam (Kontinuitas), dan K4 sebagai kesanggupan masyarakat untuk membayar harga air sesuai dengan tarif air yang telah diberlakukan berdasarkan peraturan yang dipersyaratkan (Keterjangkauan) (Shanty dan Rachmawati, 2020). Kegiatan NUWSP di Kabupaten Subang diharapkan dapat membantu Perumda AM Tirta Rangga mewujudkan aspek 4K demi tercapainya pelayanan air minum yang lebih baik.

Kegiatan National Urban Water Supply Project (NUWSP) hadir di Kabupaten Subang, tepatnya di Kecamatan Sagalaherang untuk membantu optimalisasi SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) di Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang. Ada beberapa permasalahan yang berkaitan dengan aspek 4K pada SPAM Sagalaherang, sehingga Kecamatan Sagalaherang ditetapkan sebagai wilayah yang menerima bantuan NUWSP. Permasalahan tersebut di antaranya:

1. Kadar besi yang begitu tinggi hingga mengganggu kualitas airnya (Kualitas).

2. Debit air baku pada deep well mengalami penurunan, sehingga jumlah sambungan langganan tidak bertambah dari tahun ke tahun (Kuantitas).

3. Distribusi air dilaksanakan dengan penggiliran setiap 8 jam sekali untuk masing-masing daerah pelayanan (Kontinuitas).

4. Biaya operasional yang sangat tinggi dan dapat berdampak pada harga air minum yang harus dibayar masyarakat (Keterjangkauan).

 ​​​​​​​

Gambar 1. Endapan besi pada pipa eksisting

Munculnya permasalahan tersebut mendorong Perumda AM Tirta Rangga Kabupaten Subang dalam pengajuan bantuan stimulan program NUWSP guna menanggulangi permasalahan yang ada di wilayah pelayanan Sagalaherang. Wujud bantuan program NUWSP sendiri dalam mengatasi masalah di Kecamatan Sagalaherang terdiri dari:

1. Pembangunan broncaptering

Broncaptering (bangunan penangkap mata air) dibangun dengan sumber dari mata air Cimada di Desa Cicadas yang memiliki debit di atas 25 liter/detik. Air yang ditangkap melalui broncaptering akan dialirkan menggunakan pipa transmisi menuju reservoir berkapasitas 300 m3. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang dilakukan secara rutin oleh Perumda AM Tirta Rangga, mata air Cimada memiliki kualitas air yang baik karena terbebas dari kandungan besi dan layak dikonsumsi. Selain membantu menyediakan air minum berkualitas baik, pembangunan broncaptering dapat membantu Kabupaten Subang menyediakan alternatif sumber air minum untuk mendukung terpenuhinya kuantitas air yang cukup.

2. Pembangunan jaringan transmisi dan distribusi

Jaringan transmisi dan distribusi pada SPAM Sagalaherang dibangun dengan menggunakan pipa galvanis tipe GIP (Galvanized Iron Pipe) dan pipa HDPE dengan kualitas yang sangat baik. Pipa-pipa ini dipasang dengan menggunakan sistem gravitasi sehingga akan membantu Perumda AM Tirta Rangga dalam meminimalisir biaya operasional yang sangat tinggi.

3. Pembangunan reservoir berkapasitas 300 m3

Pembangunan reservoir berkapasitas 300 m3 membantu Perumda AM Tirta Rangga memenuhi aspek kuantitas dan kontinuitas dalam penyediaan air minum. Air yang ditampung di reservoir dapat menjadi cadangan untuk memenuhi kebutuhan air harian masyarakat setempat. Selain itu, air dapat dialirkan secara kontinu 24 jam sehingga sistem penggiliran distribusi air setiap 8 jam sekali sudah tidak diberlakukan.

Kegiatan konstruksi program NUWSP di Kecamatan Sagalaherang telah dilaksanakan dan diselesaikan pada bulan April 2023 lalu. Manfaat program NUWSP telah dirasakan pada wilayah pelayanan Sagalaherang. Insfrastruktur yang dibangun NUWSP telah dipergunakan semenjak bulan Mei 2023. Beberapa perbaikan pelayanan yang telah terjadi di antaranya:

1. Beralihnya sumber air baku dari deep well menjadi sumber air broncaptering mata air Cimada. Hal ini menimbulkan komentar positif dari pelanggan. “Alhamdulillah cainya ageng, bersih, bermanfaat, hatur nuhun pisan Perumda AM Tirta Rangga Kabupaten Subang”, ujar masyarakat setempat. Kualitas air yang membaik pun dilaporkan langsung oleh Tim Cabang Unit Sagalaherang setelah tersedianya sistem NUWSP.

Gambar 2. Pemasangan meter induk di Kp. Bj Rangkas Sagalaherang

2. Kontinuitas air di Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang juga mengalami perbaikan. Jam pelayanan yang semula 8 jam/hari, kini telah mampu melayani 24 jam/hari. Sebelumnya, sistem distribusi air harus dilaksanakan dengan penggiliran. Saat ini, Perumda AM Tirta Rangga mampu melayani seluruh pelanggan tanpa perlu adanya sistem gilir.

Gambar 3. Respon positif masyarakat Sagalaherang

3. Saat ini, biaya operasional cabang unit yang semula cukup tinggi karena diberlakukannya sistem perpompaan, telah teratasi dengan infrastuktur NUWSP yang memanfaatkan sistem gravitasi. Hal tersebut mengurangi biaya utilitas Cabang Unit Sagalaherang secara signifikan.

Program NUWSP di Kabupaten Subang memberikan manfaat yang begitu besar dari segi pelayanan dan bagi masyarakat. Selama bulan Mei hingga Agustus 2023, Perumda AM telah melakukan pemasangan sambungan rumah (SR) baru sebanyak 109 SR. Respon yang baik dari masyarakat juga berdampak pada minat pasang yang tinggi, sehingga jumlah pelanggan secara progresif mengalami peningkatan. Program NUWSP terbukti mampu memberikan dampak positif yang begitu luas, terutama bagi perbaikan pelayanan Perumda AM Tirta Rangga Kabupaten Subang dan masyarakat di wilayah Sagalaherang. Program NUWSP ini diharapkan dapat terus eksis untuk membantu seluruh masyarakat memperoleh akses air minum yang lebih baik.

 

Sumber:

1. Dokumentasi NUWSP.

2. Dokumentasi Perumda AM Tirta Rangga Kabupaten Subang.

3. Shanty, D. dan Rachmawati (2020): Ketercapaian Sasaran 4K dalam Pelaksanaan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) di PDAM Tirta Dharma Kota Malang, Reka Lingkungan, Vol. 8 No. 2.

 

Ditulis oleh:

Cadika Widhigdhana

Lusyana P Wrestanty

Deviana Matudilifa Yusuf

 


 

Success of 4K Indicators Through the NUWSP Program for Sagalaherang SPAM Optimization in Subang Regency

As the supplier of drinking water in Subang Regency, Perumda AM (local government-owned water utility) Tirta Rangga is expected to contribute to the achievement of 100 percent drinking water access in Subang Regency. Through NUWSP (National Urban Water Supply Project) activities focusing on the 4K aspect targets (Quality, Quantity, Continuity, and Affordability), this objective can be achieved gradually. The 4K targets are: K1 as a reference for drinking water that is suitable for consumption (Quality), K2 as the minimum amount of water consumed by the community after accounting for water loss (Quantity), K3 as a reference for uninterrupted flow for 24 hours (Continuity), and K4 as the public's ability to pay the price of water according to the water tariff that has been implemented based on the required regulations (Affordability) (Shanty and Rachmawati, 2020). It is expected that NUWSP activities in Subang Regency will help Perumda AM Tirta Rangga in achieving the 4K aspect in order to provide better drinking water services.

National Urban Water Supply Project (NUWSP) activities are present in Subang Regency, specifically in Sagalaherang District to help optimize SPAM (Drinking Water Supply System) in Sagalaherang District, Subang Regency. Sagalaherang District was designated as an area to receive grants from the NUWSP program due to their 4K-related problems, including:

1. Iron content is so high that it impairs water quality (Quality).

2. Raw water discharge from deep wells has decreased; consequently, the number of household connections does not increase annually (Quantity).

3. Every eight hours, water is distributed in rotation to each service area (Continuity).

4. Operational costs are very significant and potentially affect the price of drinking water (Affordability).

 ​​​​​​​

Figure 1. Iron deposits in existing pipes

Perumda AM Tirta Rangga Subang Regency has applied for NUWSP’s seed grant to address these issues in Sagalaherang service area. The NUWSP program provides aid in the following ways to help the people of Sagalaherang District:

1. Broncaptering construction

Broncaptering (spring catcher) was constructed to collect water from Cimada spring in Cicadas Village, with a discharge of more than 25 liters per second. Water captured through broncaptering will flow through a transmission pipe to a 300 m3 reservoir. According to the findings of routine laboratory tests performed by Perumda AM Tirta Rangga, Cimada spring water has good water quality because it is iron-free and appropriate for consumption. Apart from supporting the provision of high-quality drinking water, the construction of broncaptering can help Subang Regency in providing alternative drinking water sources to meet adequate water quantity.

2. Development of transmission and distribution networks

SPAM Sagalaherang's transmission and distribution network was developed with high-quality GIP (Galvanized Iron Pipe) and HDPE pipes. These pipes are installed by implementing a gravity distribution system to help Perumda AM Tirta Rangga in reducing extremely high operational costs.

3. Construction of 300 m3 reservoir

The construction of a 300 m3 reservoir will assist Perumda AM Tirta Rangga in meeting the quantity and continuity aspect of the drinking water supply. The collected water in the reservoir can be used as a reserve to cover the local community's daily water demands. Furthermore, water can be delivered continuously 24 hours a day, seven days a week, therefore the water distribution system is no longer applying an 8-hour rotation.

NUWSP program construction in Sagalaherang District was completed in April 2023. The benefits of NUWSP program have been felt throughout the Sagalaherang service area. NUWSP's infrastructure has been operated since May 2023. Among the service enhancements are:

1. Changing raw water sources from deep wells to broncaptering water sources from Cimada springs. Customers were pleased. "Alhamdulillah, the volume of water is large, clean, and useful, thank you very much for Perumda AM Tirta Rangga, Subang Regency," the local community remarked. The Sagalaherang Unit Branch Team reported improved water quality following the installation of the NUWSP system.

Figure 2. Installation of primary water meters at Kp. Bj Rangkas Sagalaherang

2. Water continuity has also improved in Sagalaherang District, Subang Regency. Service hours, which were previously limited to 8 hours per day, are now extended to 24 hours per day. Previously, the water distribution system had to be operated in a rotating system. After the improvements, Perumda AM Tirta Rangga can now service all consumers simultaneously.

Figure 3. A positive response from the people of Sagalaherang

3. Currently, the branch units' operational expenses, which were initially rather high due to the deployment of pumping system, have been rectified with the NUWSP infrastructure, which uses a gravity system. This considerably reduces the Sagalaherang Unit Branch's utility expenditures.

In terms of services and societal benefits, NUWSP program in Subang Regency is vast. Perumda AM established 109 new household connections (SR) between May and August 2023. The positive public response also has an effect on strong purchasing interest, resulting in a gradual growth in the number of clients. The NUWSP program has demonstrated its ability to have a broad positive impact, particularly on the enhancement of services in Perumda AM Tirta Rangga, Subang Regency, and the Sagalaherang district. The NUWSP program is expected to continue in order to help all communities in gaining access to better drinking water services.

 

Sources:

1. Documentation of Perumda AM Tirta Rangga Subang Regency.

2. NUWSP Documentation.

3. Shanty, D. and Rachmawati (2020): Ketercapaian Sasaran 4K dalam Pelaksanaan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) di PDAM Tirta Dharma Kota Malang, Reka Lingkungan, Vol. 8 No. 2.

 

Written by:

Cadika Widhigdhana

Lusyana P Wrestanty

Deviana Matudilifa Yusuf

Translated by:

Lely Lydia Rahmawati

 

#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply

#nuwspsubang #kabupatensubang #pemdasubang #perumdaamsubang #tirtarangga #4Ks #airminum #drinkingwater #penyediaanairminum #drinkingwatersupply #kualitas #kuantitas #kontinuitas #keterjangkauan #quality #quantity #continuity #accessibility

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Penyediaan Air Minum di Norwegia?

Available in English

27/B-NUWSP/Agustus/2023

 

Norwegia adalah salah satu dari 6 negara di dunia yang memiliki pengelolaan air terbaik (VOI, 2021). Tak hanya itu, Yonatan (2023) mengungkapkan bahwa Norwegia termasuk dalam 10 negara dengan kualitas air minum terbaik di dunia berdasarkan skor DALY-nya. Skor DALY (age-standardized disability-adjusted life-years lost per 100.000 population) menghitung berkurangnya tahun hidup per 100.000 populasi akibat kualitas air minum yang tidak memenuhi standar. Nilai 100 menggambarkan kualitas air yang jernih dan tidak terkontaminasi bakteri sama sekali. Sebaliknya, nilai 0 melambangkan kualitas air paling kotor. Indonesia dengan skor DALY sebesar 28,5% memiliki gap yang cukup jauh dengan Norwegia yang skor DALY-nya mencapai 100%. Baiknya kualitas air minum di Norwegia juga dapat dilihat dari data bahwa pada tahun 2022, sebanyak 99,3% penduduk Norwegia memiliki akses terhadap air minum aman dan higienis yang terbebas dari E. coli (Statistics Norway, 2023).

Gambar 1. Negara dengan kualitas air minum terbaik di dunia (World Population Review dalam Yonatan 2023)

Dari sederet data berikut, apa yang bisa kita pelajari dari Norwegia untuk perbaikan penyediaan air minum di Indonesia ke depannya? Mari simak ulasan berikut.

Pemeliharaan Kualitas Air

Norwegia merupakan negara yang kaya akan sumber air baku karena memiliki banyak sungai dan air terjun (Hongkong Environmental Protection Departement, 2007). Meskipun kualitas air secara umum baik, Norwegia pun menghadapi risiko pencemaran lokal. Untuk mengatasi hal tersebut, Norwegia memiliki peraturan yang ketat dan menerapkan proses filtrasi (penyaringan) menyeluruh untuk mengolah air limbah yang dihasilkan. Inilah cara Norwegia melindungi sumber air baku agar tidak terkontaminasi bahan kimia yang ditemukan dalam produk sehari-hari seperti deterjen, obat-obatan, dan cat (Winfield, 2023).

Selain itu, Norwegia melakukan pengawasan intensif pada sistem penyediaan air minum (SPAM) yang tersedia, salah satunya dengan memberlakukan sistem registrasi. Kebijakan ini mengharuskan pengelola untuk mendaftarkan SPAM yang memiliki kapasitas pelayanan lebih dari 50 orang ke pemerintah. Pada tahun 2016, SPAM yang terdaftar telah mencapai 1500 unit. Selain mendaftarkannya, pengelola juga berkewajiban untuk melaporkan data tahunan mereka. Hal ini memungkinkan pemerintah untuk mengumpulkan dan memantau data secara berkala sehingga kualitas air lebih terjaga (Steinberg dkk., 2017; UNECE, 2019).

Air minum yang didistribusikan di Norwegia juga rawan terhadap potensi kontaminasi logam seperti timbal atau tembaga karena pipa yang digunakan pada SPAM sudah tua (Winfield, 2023). Berdasarkan UNECE (2019), sebanyak 18% pipa dipasang sebelum tahun 1970 dan hampir 46% pipa dipasang pada periode antara 1970-2000. Pipa yang sudah tua rawan terhadap keretakan dan kebocoran yang dapat memengaruhi kualitas air pada sistem distribusi. Oleh sebab itu, Norwegia memberikan perhatian khusus pada perbaikan sistem distribusi melalui penggantian pipa-pipa tua. Data Statistics Norway menunjukkan bahwa pada tahun 2016, sekitar 3.800 titik perbaikan telah dilakukan (Steinberg dkk., 2017). Pada tahun 2022, proporsi jaringan perpipaan yang telah diganti yakni sekitar 0,63% dari seluruh pipa yang seharusnya diganti (Statistics Norway, 2023). Penggantian pipa pada SPAM bukan hanya melindungi air minum terhadap kontaminasi logam tetapi juga melindungi air minum terhadap kontaminasi limbah. Di Norwegia, pipa air minum umumnya terletak di saluran yang sama dengan pipa drainase, yang juga rawan mengalami kebocoran. maka terdapat risiko tinggi kontaminasi selama kebocoran atau perbaikan. Ketika tekanan pada pipa air minum turun, air drainase yang terkontaminasi limbah dapat tersedot ke dalam pipa air minum (Steinberg dkk., 2017). Oleh sebab itu, program penggantian pipa pada sistem distribusi air minum penting untuk dilakukan.

Gambar 2. Ilustrasi menuanya infrastruktur air minum dan air limbah yang berdampingan

Adaptasi Perubahan Iklim

Seperti yang kita ketahui, perubahan iklim memengaruhi ketersediaan air. Baca selengkapnya di sini. Tahun 2022 lalu, Norwegia khususnya Kota Oslo mengalami kekeringan selama setengah tahun. Saat itu, ketinggian air di Danau Maridal, sumber air minum utama di Kota Oslo, turun dari 88% pada kondisi normal menjadi 69%. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya hujan yang turun, minimnya salju yang mencair, serta tidak berubahnya pola konsumsi air selama periode tersebut. Oleh sebab itu, pemerintah setempat meminta warganya melakukan efisiensi penggunaan air untuk mengantisipasi terbatasnya pasokan air (Sørensen, 2022).

Selain itu, Oslo Water and Wastewater Department pun menginisiasi proyek untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim melalui The Midgard Snake. The Midgard Snake merupakan suatu terowongan berkapasitas 50.000 m3 yang memiliki berbagai fungsi. Bila curah hujan meningkat, terowongan ini dapat berfungsi sebagai sistem drainase yang dapat menurunkan risiko banjir. Ketika hujan berlebih, terowongan ini juga dapat mencegah meluasnya pencemaran air ke Fjord Oslo sehingga kualitas air di lokasi tersebut lebih terjaga. The Midgard Snake juga dapat berfungsi sebagai reservoir serta jalur transportasi (OECD, 2013).

​​​​​​​Peningkatan Kapasitas Pengelola Air Minum

Menurut WHO (2011) dalam Hyllestad dkk. (2020), pemasok skala kecil sangat rentan terhadap kegagalan dalam menyediakan suplai air minum yang aman secara berkelanjutan. Di Norwegia, ketidakmampuan pemasok air skala kecil dalam menangani keadaan darurat telah menimbulkan kekhawatiran. Dari 1.500 pemasok air minum skala kecil yang diawasi oleh NFSA, kebanyakan dikelola oleh organisasi kecil dengan pelatihan dan kompetensi yang terbatas. Audit nasional Norwegia mengungkapkan bahwa 2/3 pemasok ini tidak menyiapkan aksi yang jelas dalam ketidakpastian menghadapi peristiwa besar. Padahal, setiap pemasok air perlu memiliki rencana yang jelas dalam menanggapi keadaan darurat. Oleh sebab itu, pada tahun 2017, layanan konsultasi 24 jam “National Water Guard (NWG)” (dalam bahasa Norwegia: Nasjonal vannvakt) diperkenalkan di Norwegia untuk mengatasi tantangan kurangnya kemampuan manajerial dalam penyediaan air minum. Pada program ini, pemasok air dapat berkonsultasi bersama para ahli dari Kementerian Layanan Kesehatan, Otoritas Keamanan Pangan Norwegia (NFSA), Asosiasi Air Norwegia, serta Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia terhadap masalah yang dihadapinya (Hyllestad dkk., 2020).

Selama pelaksanaan program NWG dari 2017 hingga 2019, terdapat 50 aduan relevan yang berkaitan dengan penyediaan air minum. Sebanyak 49 dari 50 aduan ini berasal dari pemasok air minum skala kecil. Masalah-masalah penyediaan air minum yang dikonsultasikan beragam, mulai dari aspek kontaminasi mikrobiologi (72%), kontaminasi kimia (12%), hingga aspek teknis operasional (16%). Selain memfasilitasi pemasok air minum skala kecil dalam meningkatkan kapasitasnya, program ini juga membantu para pemangku kepentingan dalam menyiapkan panduan seputar penyediaan air minum (Hyllestad dkk., 2020).

Itulah beberapa hal yang dapat kita pelajari dari penyediaan air minum di Norwegia, baik dalam pemeliharaan kualitas air, adaptasi perubahan iklim, serta peningkatan kapasitas pengelola air minum. Semoga beberapa langkah tadi dapat diadaptasi oleh Indonesia untuk perbaikan penyediaan air minum ke depannya.

 

Sumber:

1. Hyllestad, S., Lund, V., Nygård, K., Aavitsland, P., dan Vold L. (2020): The establishment and first experiences of a crisis advisory service for water supplies in Norway, Journal of Water and Health, 18.4.

2. Hongkong Environmental Protection Department (2007): Review of the International Water Resources Management Policies and Actions and the Latest Practice in Their Environmental Evaluation and Strategic Environmental Assessment Final Report, diperoleh melalui situs internet: https://www.epd.gov.hk/epd/SEA/eng/file/water_index/norway.pdf.

3. OECD (2013): Water and Climate Change Adaptation, diperoleh melalui situs internet: https://www.oecd.org/env/resources/Norway.pdf.

4. Sørensen, Lasse (2022): Drought Has Oslo on Edge of Critical Water Shortage, diperoleh mealui situs internet: https://www.courthousenews.com/drought-has-oslo-on-edge-of-critical-water-shortage/.

5. Statistics Norway (2023): Municipal Water Supply, diperoleh melalui situs internet: https://www.ssb.no/en/natur-og-miljo/vann-og-avlop/statistikk/kommunal-vannforsyning.

6. Steinberg, dkk. (2017): Drinking Water in Norway, diperoleh melalui situs internet: https://www.fhi.no/en/he/hin/infectious-diseases/drinking-water-in-Norway/?term=.

7. UNECE (2019): Norway Protocol Report 4th Cycle, diperoleh melalui situs internet: https://unece.org/fileadmin/DAM/env/water/Protocol_reports/reports_pdf_web/2019_reports/Norway_Protocol_report_4th_cycle_23Apr19.pdf.

8. VOI (2021): Negara-negara dengan Pengelolaan Air Bersih Terbaik di Dunia, diperoleh melalui situs internet: https://voi.id/berita/40178/negara-negara-dengan-pengelolaan-air-bersih-terbaik-di-dunia

9. Winfield, Scott (2023): 10 Countries with The Cleanest Water Ranked (Best and Worst), diperoleh melalui situs internet: https://waterdefense.org/water/tap/countries-with-the-cleanest-water/.

10. Yonatan, A.Z. (2023): 10 Negara dengan Kualitas Air Minum Terbaik di Dunia, diperoleh melalui situs internet: https://data.goodstats.id/statistic/agneszefanyayonatan/10-negara-dengan-kualitas-air-minum-terbaik-di-dunia-fYNGt.

Kredit Foto:

1. Andrey Bukreev dalam Canva Pro.

2. Ksenialotkova dalam 123RF.

 

Ditulis oleh:

Deviana Matudilifa Yusuf

 


 

What Can We Learn About Norway's Drinking Water Supply?

Norway is one of the top six countries in water management (VOI, 2021). Furthermore, Yonatan (2023) found that Norway is one of the ten countries with the best drinking water quality in the world based on its DALY score. The DALY score (age-standardized disability-adjusted life-years lost per 100,000 population) assesses the loss of years of life per 100,000 population owing to inadequate drinking water quality. A DALY score of 100 indicates that the water is clear and uncontaminated by any bacteria while a score of 0 signifies the most polluted water quality. Indonesia, with a DALY score of 28.5%, lags well behind Norway, which has a DALY score of 100%. The high quality of drinking water in Norway is further demonstrated by the fact that by 2022, 99.3% of the Norwegian population already have access to safe drinking water free of E. coli (Statistics Norway, 2023).

Figure 1. Countries with the best drinking water quality in the world (World Population Review in Yonatan, 2023)

What can we learn from Norway to enhance Indonesia’s drinking water supply in the future, based on the data shown above? Let's look at the following review.

Water Quality Protection

Norway has a lot of rivers and waterfalls, therefore it has a lot of raw water sources (Hongkong Environmental Protection Department, 2007). Although water quality in Norway is typically good, there is a possibility of local pollution. To address this, Norway has rigorous laws and a comprehensive filtering mechanism in place to handle the wastewater it generates. This is Norway's method of preventing the contamination of raw water sources from chemicals in daily products like detergents, medications, and paints (Winfield, 2023).

Furthermore, Norway is conducting intense monitoring of the existing drinking water supply system, including the implementation of a registration system. This regulation makes it mandatory for water supply systems with over 50 consumers to register new installations to the government. In 2016, waterworks registrations reached 1.500 units. Drinking water supply managers are also required to report their annual data in addition to registering it. This enables the government to gather and monitor data on a regular basis so that the water quality is protected (Steinberg et al., 2017; UNECE, 2019).

Due to the old pipes, drinking water in Norway is also susceptible to metal contamination, such as lead or copper (Winfield, 2023). According to UNECE (2019), 18% of water distribution pipes in Norway were installed prior to 1970 and nearly 46% of the pipes were installed between 1971 and 2000. Old pipes are susceptible to cracks and leaks, which can degrade the quality of water in the distribution system. Therefore, Norway puts more attention on enhancing the distribution system by replacing outdated pipes. Approximately 3.800 site repairs were performed in 2016, according to data from Statistics Norway (Steinberg et al., 2017). By 2022, approximately 0,63 percent of all pipes that should be replaced have been replaced (Statistics Norway, 2023). The pipe replacement not only protects drinking water from metal contamination, but also from wastewater contamination. In Norway, the drinking water pipeline usually lies in the same ditch as the drainage pipeline. Consequently, there is a significant risk of contamination during leakage and repairs. When the pressure in the drinking water pipeline falls, drainage water that is contaminated by sewage can be sucked into the drinking water pipeline. (Steinberg et al., 2017). Therefore, it is essential to implement a program for pipe replacement in the drinking water distribution system.

Figure 2. Illustration of deteriorated drinking water and drainage infrastructure

Climate Change Adaptation

Water availability is affected by climate change. Read further here. Norway, particularly Oslo, experienced a half-year drought in 2022. The water level in Lake Maridal, the primary source of drinking water for the city of Oslo, dropped from 88% under normal conditions to 69% at that time. This is due to the shortage of precipitation, the absence of snowmelt, and the unchanged pattern of water consumption during this time period. In anticipation of limited water supplies, Oslo municipality asks its citizens to use water efficiently (Srensen, 2022).

Oslo Water and Wastewater Department also started a project called The Midgard Snake to help the city adapt to climate change. The Midgard Snake is a 50.000 m3 tunnel that serves many different purposes. If it rains more, this tunnel will function as a drainage system, which can decrease the likelihood of floods. When it rains a lot, this tunnel will also prevent polluted water from reaching the Oslo Fjord so that the water quality in that area will be protected. The Midgard Snake can also be used as a transport route and a retention reservoir (OECD, 2013).

​​​​​​​Capacity Building for Drinking Water Suppliers

WHO (2011) in Hyllestad et al. (2020) says that small-scale drinking water supplies have been identified as particularly vulnerable to failure in providing a continuous safe drinking water supply. The inability of water suppliers in Norway to manage water emergencies, particularly for small-scale systems, has raised concerns. Most of the 1.500 drinking water supply systems regulated and inspected by the government, are managed by small organizations with limited training and competence. Norway's national audit found that two-thirds of these suppliers did not have clear plans for emergency situation preparedness. In fact, it is mandatory for them to have it. So, in 2017, a 24-hour advisory service called “National Water Guard (NWG)” (in Norwegian: Nasjonal vannvakt) was introduced in Norway to address the challenges of inadequate managerial capability in water supplies. The program allows drinking water suppliers to discuss their issues with experts from the Ministry of Health and Care Services, the Norwegian Food Safety Authority, the Norwegian Water Association, and the Norwegian Institute of Public Health (Hyllestad et al., 2020).

During the program implementation from 2017 to 2019, NWG received 50 relevant requests. As many as 49 of these 50 requests originated from small-scale drinking water suppliers. Consulted drinking water supply issues included aspects of microbiological contamination (72%), chemical contamination (12%), and operational technical issues (16%). In addition to assisting small-scale drinking water suppliers in expanding their capacity, this program also enables stakeholders to obtain information for enriching drinking water supply guidelines (Hyllestad et al., 2020).

These are a few of the lessons we can learn from Norway's drinking water supply, both in terms of protecting water quality, adapting to climate change, and enhancing the managerial capacity of drinking water suppliers. Hopefully, Indonesia will be able to adopt some of these measures to enhance its drinking water supply in the future.

 

Sources:

1. Hyllestad, S., Lund, V., Nygård, K., Aavitsland, P., and Vold L. (2020): The establishment and first experiences of a crisis advisory service for water supplies in Norway, Journal of Water and Health, 18.4.

2. Hongkong Environmental Protection Department (2007): Review of the International Water Resources Management Policies and Actions and the Latest Practice in Their Environmental Evaluation and Strategic Environmental Assessment Final Report, obtained through the internet site: https://www.epd.gov.hk/epd/SEA/eng/file/water_index/norway.pdf.

3. OECD (2013): Water and Climate Change Adaptation, obtained through the internet site: https://www.oecd.org/env/resources/Norway.pdf.

4. Sørensen, Lasse (2022): Drought Has Oslo on Edge of Critical Water Shortage, obtained through the internet site: https://www.courthousenews.com/drought-has-oslo-on-edge-of-critical-water-shortage/.

5. Statistics Norway (2023): Municipal Water Supply, obtained through the internet site: https://www.ssb.no/en/natur-og-miljo/vann-og-avlop/statistikk/kommunal-vannforsyning.

6. Steinberg, et al. (2017): Drinking Water in Norway, obtained through the internet site: https://www.fhi.no/en/he/hin/infectious-diseases/drinking-water-in-Norway/?term=.

7. UNECE (2019): Norway Protocol Report 4th Cycle, obtained through the internet site: https://unece.org/fileadmin/DAM/env/water/Protocol_reports/reports_pdf_web/2019_reports/Norway_Protocol_report_4th_cycle_23Apr19.pdf.

8. VOI (2021): Negara-negara dengan Pengelolaan Air Bersih Terbaik di Dunia, obtained through the internet site: https://voi.id/berita/40178/negara-negara-dengan-pengelolaan-air-bersih-terbaik-di-dunia

9. Winfield, Scott (2023): 10 Countries with The Cleanest Water Ranked (Best and Worst obtained through the internet site: https://waterdefense.org/water/tap/countries-with-the-cleanest-water/.

10. Yonatan, A.Z. (2023): 10 Negara dengan Kualitas Air Minum Terbaik di Dunia, obtained through the internet site: https://data.goodstats.id/statistic/agneszefanyayonatan/10-negara-dengan-kualitas-air-minum-terbaik-di-dunia-fYNGt.

Photo Credits:

Andrey Bukreev in Canva Pro.

Ksenialotkova in 123RF.

 

Written by:

Deviana Matudilifa Yusuf

Translated by:

Lely Lydia Rahmawati

 

#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply

#airminum #drinkingwater #norwegia #norway #kualitasair #waterquality #perubahaniklim #climatechange #peningkatankapasitas #capacitybuilding

Upaya Menurunkan NRW (Non-Revenue Water) dengan Program NUWSP di Perumda AM Tirta Moedal Kota Semarang

Available in English

26/A-NUWSP/Agustus/2023

 

Non-Revenue Water (NRW) atau kehilangan air adalah istilah bagi air yang sudah diproduksi namun tidak sampai ke konsumen. Di Indonesia, NRW juga sering disebut sebagai Air Tak Berekening atau ATR. Artinya, NRW adalah air yang hilang, dapat diukur dan diketahui besarannya namun tidak dapat direkeningkan (Kementerian PUPR, 2018).

NRW atau kehilangan air merupakan masalah utama dalam penyediaan air minum di Indonesia. Menurut Kementerian PUPR (2023), tingkat kehilangan air/NRW nasional pada tahun 2022 mencapai angka 33,7 persen. Angka tersebut lebih tinggi 8,7 persen dari batas toleransi NRW yang diperkenankan oleh Kementrian PUPR dalam pengoperasian SPAM yaitu senilai 25 persen.

Untuk mengatasi NRW, dibutuhkan pengelolaan terpadu oleh penyedia air minum. Menurut Farley dkk. (2008), manajemen NRW harus diatasi dengan peningkatan pengeluaran untuk perbaikan operasional seperti perawatan sarana prasarana. Perbaikan operasional akan meminimalisir potensi kehilangan air. Di kemudian hari, NRW yang rendah dan sistem operasional yang baik akan meningkatkan pendapatan dan secara bertahap mengurangi biaya operasional.

Menurut Buku Kinerja BUMD Air Minum Tahun 2022 yang diterbitkan oleh Kementerian PUPR, nilai NRW di Perumda AM (Air Minum) Tirta Moedal Kota Semarang pada tahun 2019-2022 berturut-turut yaitu 39,99%; 42,94%; 44,80%; dan 48,41%. Hal itu membuat NRW menjadi salah satu masalah utama pada pelayanan air minum Perumda AM Tirta Moedal di Kota Semarang. Salah satu faktor penyebab tingginya nilai NRW adalah masih banyaknya jaringan distribusi utama (JDU) yang menggunakan pipa jenis ACP (Asbestos Cement Pipe) berumur lebih dari 25 tahun. Pipa jenis ACP memerlukan perawatan dan perbaikan yang sulit karena material pipa tersebut sudah jarang diproduksi di pasaran umum. Pipa jenis ini banyak digunakan sebagai pipa air minum karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap korosi, akan tetapi lambat laun dapat mengalami penipisan sehingga kerap terjadi kebocoran pada pipa.

Gambar 1. Perbaikan kebocoran pada jenis pipa ACP diameter 12 inch

Untuk itu, Perumda AM Tirta Moedal mengusulkan bantuan program NUWSP TA 2021. Perumda AM Tirta Moedal memperoleh matching grant hasil kerjasama dengan PT. ASB untuk SPAM Semarang Barat dengan skema KPBU (Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha). Kegiatan NUWSP di Kota Semarang meliputi pengadaan dan pemasangan pipa HDPE serta pembangunan rumah pompa di IPA Pucang Gading. Pekerjaan jaringan perpipaan tersebar di wilayah pelayanan Perumda AM Tirta Moedal, di mana dari 13 titik, 12 di antaranya merupakan pekerjaan replace atau penggantian pipa eksisting. Penggantian pipa eksisting dilakukan untuk mengurangi kebocoran pipa dan juga meningkatkan kualitas pelayanan pada pelanggan Perumda AM Tirta Moedal Semarang.

Pekerjaan kontruksi Program NUWSP TA 2021 untuk SPAM Kota Semarang telah selesai pada 26 Desember 2022. Kegiatan ini menghasilkan terpasangnya JDU dengan pipa HDPE yang tersebar di 13 titik di Kota Semarang serta terbangunnya rumah pompa di IPA Pucang Gading. Penggantian pipa eksisting menjadi pipa HDPE diharapkan dapat menurunkan persentase NRW dan meningkatkan kualitas layanan untuk Perumda AM Tirta Moedal Semarang.

Gambar 2. Kunjungan delegasi Pemerintah Filipina, tim Bank Dunia, dan tim CPMU NUWSP ke Perumda AM Tirta Moedal Kota Semarang

 

Sumber:

1. Dokumentasi NUWSP.

2. Dokumentasi Perumda AM Tirta Moedal.

3. Farley, dkk. (2008): The Manager’s Non-Revenue Water Handbook: A Guide to Understanding Water Losses, diperoleh melalui situs internet: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/31157/guidebook-reduction-nonrevenue-water-id.pdf.

4. Kementerian PUPR (2018): Modul Air Tak Berekening Tahun 2018: Buku 1, diperoleh melalui situs internet: https://openjicareport.jica.go.jp/pdf/12322426_01.pdf.

5. Kementerian PUPR (2022): Buku Kinerja BUMD Air Minum 2022.

6. Kementerian PUPR (2023): Kementerian PUPR Ajak Pemda Wujudkan Pelayanan Air Minum Tahan Bencana, diperoleh melalui situs internet: https://pu.go.id/berita/kementerian-pupr-ajak-pemda-wujudkan-pelayanan-air-minum-tahan-bencana.         

7. PDAM Pintar (2022): Mari Mengenal Non Revenue Water!, diperoleh melalui situs internet: https://pdampintar.id/blog/lainnya/mari-mengenal-non-revenue-water/.

Kredit Foto:

1. CIC Consulting Informático (2021): What is Non Revenue Water (NRW)? How can we Reduce it for Better Water Service?, diperoleh melalui situs internet: https://www.cic.es/en/non-revenue-water-nrw/.

2. PDAM Tirta Mulia (2018): Perbaikan Pipa ACP 12”, diperoleh melalui situs internet: https://twitter.com/pdamtirtamulia/status/948779636330147841.

 

Ditulis oleh:

Novrian Adhyaksa

Deviana Matudilifa Yusuf

 


 

NRW (Non-Revenue Water) Reduction Efforts with the NUWSP Program at Perumda AM Tirta Moedal, Semarang City

Water that has been produced but does not reach consumers is referred to as non-revenue water (NRW). In Indonesia, NRW is also known as Unbilled Water or ATR which means the volume can be quantified but not accounted for (Ministry of PUPR, 2018).

NRW, or water loss, is a severe issue in Indonesia's drinking water supply. The PUPR Ministry (2023) states that the national water loss/NRW rate has reached 33,7 percent in 2022. This value was 8,7 percent greater than the Ministry of PUPR's tolerance level for operational SPAM, which is 25 percent.

Integrated management by drinking water providers is required to combat NRW. Farley et al. (2008) contend that NRW management must be addressed by increasing spending on operational enhancements such as infrastructure upkeep. Water loss will be reduced by operational improvements. Low NRW and good operational systems will enhance income and gradually lower operating costs in the future.

According to the 2022 Drinking Water BUMD Performance Book published by the Ministry of PUPR, the respective NRW values for 2019-2022 in Perumda AM (local government-owned water utility) Tirta Moedal Semarang City are 39,99%; 42,94 %; 44,80 %; and 48,41%. This makes NRW one of the most significant issues with the drinking water service at Perumda AM Tirta Moedal in Semarang City. There are still many main distribution networks (JDU) that utilize ACP (Asbestos Cement Pipe) pipelines that are more than 25 years old, which contributes to the high NRW value. Due to the rarity of this pipe material on the market, pipes of the ACP variety necessitate challenging maintenance and repairs. This form of pipe is commonly used as a drinking water pipe due to its high corrosion resistance; however, it can deteriorate over time, resulting in frequent pipe leaks.

Figure 1. Leak repair on a 12-inch diameter ACP pipe

Therefore, Perumda AM Tirta Moedal proposed a grant for the 2021 NUWSP program. Perumda AM Tirta Moedal then received a matching grant as a result of collaboration with PT. ASB for West Semarang SPAM with PPP (Public Private Partnership) scheme. The activities of the NUWSP program in Semarang City include the procurement and installation of HDPE pipes and the construction of a pump house at Pucang Gading WTP. Work on the pipe installation is dispersed across the service area of Perumda AM Tirta Moedal, with 12 of 13 sites involving replacement of existing pipes. Existing pipes are replaced to reduce pipe leaks and enhance service quality for Perumda AM Tirta Moedal Semarang customers.

The 2021 NUWSP program construction for Semarang City SPAM was concluded on December 26, 2022. This activity resulted in the installation of JDUs with HDPE pipes at 13 locations throughout the city of Semarang and the construction of pump houses at Pucang Gading WTP. The replacement of existing pipes with HDPE pipes is anticipated to decrease the value of NRW and enhance the quality of service for Perumda AM Tirta Moedal Semarang.

Figure 2. Visit to Perumda AM Tirta Moedal Semarang City by the Philippine Government delegation, the World Bank team, and the NUWSP CPMU team

 

Sources:

1. Farley, dkk. (2008): The Manager’s Non-Revenue Water Handbook: A Guide to Understanding Water Losses, obtained through the internet site: https://www.adb.org/sites/default/files/publication/31157/guidebook-reduction-nonrevenue-water-id.pdf.

2. Ministry of PUPR (2018): Modul Air Tak Berekening Tahun 2018: Buku 1, obtained through the internet site: https://openjicareport.jica.go.jp/pdf/12322426_01.pdf.

3. Ministry of PUPR (2022): Buku Kinerja BUMD Air Minum 2022.

4. Ministry of PUPR (2023): Kementerian PUPR Ajak Pemda Wujudkan Pelayanan Air Minum Tahan Bencana, obtained through the internet site: https://pu.go.id/berita/kementerian-pupr-ajak-pemda-wujudkan-pelayanan-air-minum-tahan-bencana.   

5. NUWSP Documentation.

6. PDAM Pintar (2022): Mari Mengenal Non Revenue Water!, obtained through the internet site: https://pdampintar.id/blog/lainnya/mari-mengenal-non-revenue-water/.

7. Perumda AM Tirta Moedal Documentation.

Photo Credits:

1. CIC Consulting Informático (2021): What is Non Revenue Water (NRW)? How can we Reduce it for Better Water Service?, obtained through the internet site: https://www.cic.es/en/non-revenue-water-nrw/.

2. PDAM Tirta Mulia (2018): Perbaikan Pipa ACP 12”, obtained through the internet site: https://twitter.com/pdamtirtamulia/status/948779636330147841

 

Written by:

Novrian Adhyaksa

Deviana Matudilifa Yusuf

Translated by:

Lely Lydia Rahmawati

 

#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply

#nuwspsemarang #kotasemarang #pemdasemarang #perumdaamsemarang #tirtamoedal #ATR #airtakberekening #NRW #nonrevenuewater

Apakah Air Hujan Bisa Diminum?

Available in English

25/B-NUWSP/Agustus/2023

 

Pernahkah kalian menggunakan air hujan untuk minum? Di Indonesia, air hujan memang jarang digunakan untuk minum jika dibandingkan dengan air permukaan dan air tanah. Baca selengkapnya di sini. Namun, beberapa daerah memenuhi kebutuhan minum hariannya dengan air hujan, seperti di Kubu Raya (Kalimantan Barat), Kotawaringin Barat (Kalimantan Tengah), Pulau Maratua (Kalimantan Timur), dan Pulau Morotai (Maluku Utara) (USAID IUWASH, 2023; KLHK, 2018; Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, 2015; Kapita dkk., 2022). Data Badan Pusat Statistik (2020) dalam Bayu (2021) menyebutkan, air hujan digunakan sebagai sumber air utama untuk minum pada 2,18% rumah tangga di Indonesia.

Gambar 1. Persentase rumah tangga menurut sumber air utama yang digunakan untuk minum (Bayu, 2021 berdasarkan Badan Pusat Statistik, 2020)

Apakah penggunaan air hujan untuk minum berbahaya?

Sebetulnya, penggunaan air hujan untuk minum dapat dilakukan sepanjang air hujan tersebut dalam keadaan bersih dan memiliki kualitas yang sesuai dengan syarat air minum. Namun, sejumlah faktor fisik dan lingkungan dapat dengan cepat mengubah air hujan yang bersih dan segar menjadi potensi bahaya kesehatan (Hill, 2020). Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), beberapa kontaminan seperti bakteri, virus, parasit, debu, partikel asap, dan bahan kimia lainnya dapat berakhir di air hujan. Sebagai contoh, bila air hujan dikumpulkan melalui atap, jejak yang ditinggalkan hewan seperti kotoran burung dapat mengontaminasi air hujan. Tak hanya itu, air hujan yang dikumpulkan melalui atap berbahan seng dapat terkontaminasi logam berat timbal karena timbal merupakan bahan pelapis atap seng (Baker, 2022). Fenomena kontaminasi air hujan oleh timbal ini juga telah ditemukan di wilayah Kalimantan Barat oleh Khayan dkk. (2019). Khayan dkk. (2019) juga mengemukakan bahwa kualitas udara dapat memengaruhi kualitas air hujan. Udara yang tercemar dapat membuat air hujan bersifat asam dan mengandung logam berat (Hill, 2020; Khayan, 2019).

Gambar 2. Saluran pengumpul air hujan melalui atap rumah (Nurhikmah, 2022)

Penggunaan air hujan secara langsung untuk air minum sangatlah tidak direkomendasikan. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menggunakan air hujan untuk minum, di antaranya: (a) tingkat pencemaran udara, (b) metode pengumpulan air hujan, (c) metode pengolahan air hujan, dan (d) metode penyimpanan air hujan. Untuk metode pengolahan air hujan, CDC mengutarakan bahwa air hujan yang dikumpulkan untuk keperluan minum perlu melalui berbagai tahap, seperti filtrasi (penyaringan), disinfeksi, hingga pengujian secara rutin. Bila rangkaian proses ini tidak dapat dilakukan, air hujan sebaiknya hanya digunakan untuk keperluan lain seperti berkebun, mencuci pakaian, atau mandi (Hill, 2020).

Temuan Berdasarkan Studi Terbaru

Ilmuwan yang berasal dari Stockholm University dan ETH Zurich menemukan bahwa seluruh air hujan di bumi tidak aman untuk diminum karena adanya kadar PFAS (polyfluoroalkyl substances), atau bahan kimia beracun. PFAS ditemukan pertama kali pada shampo, kemasan, dan make up. Namun saat ini, PFAS sudah mulai menyebar karena banyak digunakan dalam industri elektronik, otomotif, hingga kesehatan (Tang dalam Permana, 2021). Cousins dan timnya dalam studi tersebut melakukan pengujian kualitas air hujan pada daerah yang terpencil seperti Antartika atau dataran tinggi Tibet. Hasil studi menunjukkan bahwa level PFAS di wilayah ini 14 kali lebih tinggi dari level yang disyaratkan dalam pedoman US EPA (United States Environmental Protection Agency). Cousins menyimpulkan, "Tidak ada tempat di bumi ini di mana hujan aman untuk diminum, menurut pengukuran yang telah kami lakukan." (Dionisio, 2022). PFAS dapat membahayakan kesehatan. Berdasarkan Dionisio (2022) dan Tang dalam Permana (2021), PFAS telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan yang serius termasuk kanker, gangguan hormon tiroid, masalah perilaku dan pembelajaran pada masa kanak-kanak, komplikasi ketidaksuburan dan kehamilan, masalah sistem kekebalan tubuh, dan kolesterol tinggi. Selain itu, efek PFAS pada tubuh manusia dapat dilihat pada Gambar 3.

Karena dinilai cukup berisiko, penggunaan air hujan untuk minum sebaiknya dihindari. Oleh sebab itu, kita perlu mencari alternatif sumber air lainnya yang memiliki kualitas yang lebih terjaga.

Gambar 3. Efek PFAS pada kesehatan manusia (European Environment Agency, 2020)

 

Sumber:

1. Baker (2022): Is Drinking Rainwater Safe?, diperoleh melalui situs internet: https://www.livescience.com/is-drinking-rainwater-safe.

2. Bayu, D. J. (2021): Sebagian Besar Masyarakat Indonesia Minum Air Isi Ulang pada 2020, diperoleh melalui situs internet: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/05/sebagian-besar-masyarakat-indonesia-minum-air-isi-ulang-pada-2020.

3. Dionisio, Chloe (2022): All Rainwater is Unsafe to Drink According to Study, diperoleh melalui situs internet: https://www.discovery.com/science/unsafe-drinking-levels-in-rainwater.

4. Hill, Ansley (2020): Can You Drink Rainwater, and Should You?, diperoleh melalui situs internet: https://www.healthline.com/nutrition/can-you-drink-rain-water.

5. Kapita, H., Rahman, I. H. A., Idrus, S., & Loby, N. (2022): Teknologi Pemanfaatan Air Hujan dengan Sistem Saringan Pasir Lambat. Jurnal Teknik SILITEK, 1(02), 135–144.

6. Khayan, Husodo, A. H., Astuti, I., Sudarmadji, Djohan, T. S. (2019): Rainwater as a Source of Drinking Water: Health Impacts and Rainwater Treatment, Journal of Environmental and Public Health, Volume 2019.

7. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2018): Menampung Air Hujan Untuk Air Minum, diperoleh melalui situs internet: http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=detail_news&newsid=432.

8. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (2015): Masyarakat Pulau Maratua Masih Bergantung Air Hujan, diperoleh melalui situs internet: https://www.kaltimprov.go.id/berita/masyarakat-pulau-maratua-masih-bergantung-air-hujan.

9. Permana, Adi (2021): Bahaya PFAS Jika Masuk ke Tubuh Manusia, diperoleh melalui situs internet: https://www.itb.ac.id/berita/bahaya-pfas-jika-masuk-ke-tubuh-manusia/58095.

10. USAID IUWASH (2023): Widarningsih: Pejuang Air Minum dan Sanitasi dari Kubu Raya, diperoleh melalui situs internet: https://iuwashtangguh.or.id/widarningsih-pejuang-air-minum-dan-sanitasi-dari-kubu-raya/.

Kredit Foto:

1. European Environment Agency (2020): Effects of PFAS on Human Health, diperoleh melalui situs internet: https://www.eea.europa.eu/signals/signals-2020/infographics/effects-of-pfas-on-human-health/view.

2. Getty Images Signature dalam Canva Pro.

3. Nurhikmah, Siti (2022): Wajib Tahu! Ini 5 Jenis Saluran Air Hujan Biar Rumah Nggak Becek, diperoleh melalui situs internet: https://artikel.rumah123.com/wajib-tahu-ini-5-jenis-saluran-air-hujan-biar-rumah-nggak-becek-110174

 

Ditulis oleh:

Deviana Matudilifa Yusuf

 


 

Is Rainwater Drinkable?

Have you ever used rainwater for drinking? Unlike surface water and groundwater, Indonesians rarely use rainwater for drinking. To learn more, click here. Kubu Raya (West Kalimantan), West Kotawaringin (Central Kalimantan), Maratua Island (East Kalimantan), and Morotai Island (North Maluku) are just a few examples of places where rainwater is used for daily drinking (USAID IUWASH, 2023; KLHK, 2018; Provincial Government of East Kalimantan, 2015; Kapita et al., 2022). According to the Central Bureau of Statistics (2020) cited in Bayu (2021), 2,18 percent of Indonesian households rely on rainwater as their primary drinking water supply.

Figure 1. Percentage of households by main drinking water source (Bayu, 2021, based on Central Bureau of Statistics, 2020)

Is the consumption of rainwater dangerous?

In fact, rainwater can be used for drinking if it is clean and satisfies the quality standards for drinking water. A number of physical and environmental factors, however, can rapidly transform pure, fresh rainwater into a potential health hazard (Hill, 2020). According to the Centers for Disease Control and Prevention (CDC), some contaminants such as bacteria, viruses, parasites, dust, smoke particles, and other chemicals can end up in rainwater. Animal traces, such as bird droppings, can contaminate rainwater collected through a roof, for instance. In addition, rainwater collected through a zinc roof can be contaminated with heavy metal lead because lead is a component of zinc roof coatings (Baker, 2022). This phenomenon of rainwater contamination by lead has also been observed in West Kalimantan, according to Khayan et al. (2019). Additionally, Khayan et al. (2019) reported that air quality can impact the quality of rainwater. Air pollution can make rainwater acidic and laden with heavy metals (Hill, 2020; Khayan, 2019).

Figure 2. Rainwater collection system through a house's roof (Nurhikmah, 2022)

It is not recommended to use rainwater directly for drinking water. When using rainwater for drinking, several factors must be considered, including (a) the level of air pollution, (b) the method of rainwater collection, (c) the method of rainwater treatment, and (d) the method of rainwater storage. According to the Centers for Disease Control and Prevention (CDC), rainwater collected for consumption must undergo multiple stages, including filtration, disinfection, and routine testing. If this succession of processes cannot be completed, rainwater should only be used for gardening, laundry, or bathing (Hill, 2020).

The Findings of Recent Studies

Stockholm University and ETH Zurich researchers discovered that all rainwater on Earth is unsafe to drink due to high levels of PFAS (polyfluoroalkyl substances) or toxic compounds. PFAS were initially discovered in detergent, packaging, and cosmetics. However, PFAS have recently begun to widely spread due to their extensive use in the electronics, automotive, and health industries (Tang in Permana, 2021). In the investigation, Cousins and his team conducted rainwater quality tests in remote regions such as Antarctica and the Tibetan plateau. According to the findings of this study, the concentration of PFAS in this region is fourteen times higher than what is recommended by the US EPA (United States Environmental Protection Agency). Cousins noted, "There is nowhere on earth where the rain would be safe to drink, according to the measurements that we have taken." (Dionisio, 2022). PFAS can pose health risks. According to Dionisio (2022) and Tang in Permana (2021), PFAS has been linked to a variety of serious health issues, such as cancer, thyroid hormone disorders, behavioral and learning problems in childhood, complications of infertility and pregnancy, immune system issues, and high cholesterol. In addition, Figure 3 depicts the effect of PFAS on human health.

The use of rainwater for drinking should be avoided, as it is regarded as quite dangerous. Therefore, we must seek out alternative sources of water that are of higher quality.

Figure 3. PFAS effects on human health (European Environment Agency, 2020)

 

Sources:

1. Baker (2022): Is Drinking Rainwater Safe?, obtained through the internet site: https://www.livescience.com/is-drinking-rainwater-safe.

2. Bayu, D. J. (2021): Sebagian Besar Masyarakat Indonesia Minum Air Isi Ulang pada 2020, obtained through the internet site: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/05/sebagian-besar-masyarakat-indonesia-minum-air-isi-ulang-pada-2020.

3. Dionisio, Chloe (2022): All Rainwater is Unsafe to Drink According to Study, obtained through the internet site: https://www.discovery.com/science/unsafe-drinking-levels-in-rainwater.

4. Hill, Ansley (2020): Can You Drink Rainwater, and Should You?, obtained through the internet site: https://www.healthline.com/nutrition/can-you-drink-rain-water.

5. Kapita, H., Rahman, I. H. A., Idrus, S., & Loby, N. (2022): Teknologi Pemanfaatan Air Hujan dengan Sistem Saringan Pasir Lambat. Jurnal Teknik SILITEK, 1(02), 135–144.

6. Khayan, Husodo, A. H., Astuti, I., Sudarmadji, Djohan, T. S. (2019): Rainwater as a Source of Drinking Water: Health Impacts and Rainwater Treatment, Journal of Environmental and Public Health, Volume 2019.

7. KLHK (2018): Menampung Air Hujan Untuk Air Minum, obtained through the internet site: http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=detail_news&newsid=432.

8. Provincial Government of East Kalimantan (2015): Masyarakat Pulau Maratua Masih Bergantung Air Hujan, obtained through the internet site: https://www.kaltimprov.go.id/berita/masyarakat-pulau-maratua-masih-bergantung-air-hujan.

9. Permana, Adi (2021): Bahaya PFAS Jika Masuk ke Tubuh Manusia, obtained through the internet site: https://www.itb.ac.id/berita/bahaya-pfas-jika-masuk-ke-tubuh-manusia/58095.

10. USAID IUWASH (2023): Widarningsih: Pejuang Air Minum dan Sanitasi dari Kubu Raya, obtained through the internet site: https://iuwashtangguh.or.id/widarningsih-pejuang-air-minum-dan-sanitasi-dari-kubu-raya/.

Photo Credits:

1. European Environment Agency (2020): Effects of PFAS on Human Health, obtained through the internet site: https://www.eea.europa.eu/signals/signals-2020/infographics/effects-of-pfas-on-human-health/view.

2. Getty Images Signature in Canva Pro.

3. Nurhikmah, Siti (2022): Wajib Tahu! Ini 5 Jenis Saluran Air Hujan Biar Rumah Nggak Becek, obtained through the internet site: https://artikel.rumah123.com/wajib-tahu-ini-5-jenis-saluran-air-hujan-biar-rumah-nggak-becek-110174.

 

Written by:

Deviana Matudilifa Yusuf

Translated by:

Lely Lydia Rahmawati

 

#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply

#airhujan #rainwater #airminum #drinkingwater #PFAS

Mewujudkan Zero Accident Penyelenggaraan Konstruksi NUWSP Kabupaten Tulungagung

Available in English

24/A-NUWSP/Agustus/2023

 

Salah satu prioritas utama yang perlu diperhatikan dalam kegiatan konstruksi NUWSP adalah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dalam pelaksanaannya, SMK3 mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk menjamin terwujudnya “keselamatan konstruksi” (Kementerian PUPR, 2021). Hal ini berkaitan dengan pemenuhan standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan. Harapannya, setiap implementasi kegiatan NUWSP dapat memperhatikan SMKK agar zero accident (nihil kecelakaan) pada penyelenggaraan konstruksi dapat terwujud.

Penyedia jasa konstruksi NUWSP Kabupaten Tulungagung telah berkomitmen untuk mewujudkan keselamatan konstruksi melalui Pakta Komitmen Keselamatan Konstruksi. Pakta komitmen ini memuat kesanggupan penyedia jasa dalam: (a) memenuhi ketentuan keselamatan konstruksi; (b) menggunakan tenaga kerja kompeten bersertifikat; (c) menggunakan peralatan yang memenuhi standar kelaikan; (d) menggunakan material yang memenuhi standar mutu; (e) menggunakan teknologi yang memenuhi standar kelaikan; (f) melaksanakan Standar Operasi dan Prosedur (SOP); serta (g) memenuhi 9 (sembilan) komponen biaya SMKK (Kementerian PUPR, 2019). Untuk menerapkan SMKK, penyedia jasa konstruksi NUWSP Kabupaten Tulungagung menyiapkan beberapa hal yang meliputi:

1. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK);

2. Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL);

3. Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP);

4. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan;

5. Alat pelindung kerja (APK) dan alat pelindung diri (APD);

6. Asuransi dan perizinan;

7. Personil keselamatan konstruksi;

8. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan;

9. Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan untuk manajemen lalu lintas; serta

10. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian risiko keselamatan.

Gambar 1. Penggunaan APD yang lengkap pada kegiatan konstruksi NUWSP Kabupaten Tulungagung

Penerapan SMKK selama kegiatan konstrusi telah dianggarkan dan direalisasikan oleh penyedia jasa konstruksi NUWSP Kabupaten Tulungagung. Salah satu sasaran keselamatan konstruksi adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dan orang lainnya di tempat kerja konstruksi (formal dan informal). Untuk mencapai sasaran tersebut, penyedia jasa mengadakan kegiatan sosialisasi, promosi, dan pelatihan, yang meliputi beberapa program seperti:

1. Induksi keselamatan konstruksi (safety induction)

Kegiatan penjelasan dan pengarahan tentang keselamatan konstruksi yang berkaitan dengan metode pelaksanaan, potensi bahaya, pengendalian bahaya, tanggap darurat, dan cara-cara penyelamatan pada kegiatan. Kegiatan induksi keselamatan konstruksi ini ditujukan kepada pekerja maupun pengunjung.

2. Pertemuan pagi hari (safety briefing)

Safety breifing dilakukan pada pagi hari sebelum bekerja selama 10 sampai dengan 15 menit. Kegiatan ini bertujuan untuk menjelaskan informasi keselamatan secara periodik ke seluruh tingkat pekerja. Selain itu, safety briefing dilakukan sebagai bentuk pembiasaan kondisi keselamatan konstruksi yang aman; sikap dan perilaku kerja bermutu, efisiensi, serta konsisten.

Gambar 2. Pekerja NUWSP Kabupaten Tulungagung melakukan safety breifing di Gudang Pipa Kecamatan Rejotangan

3. Pertemuan kelompok kerja (safety talk dan/atau toolbox meeting)

Toolbox meeting dilakukan oleh internal kelompok kerja setiap sebulan sekali untuk meningkatkan pemeliharaan kondisi keselamatan konstruksi yang aman serta pemeliharaan sikap dan perilaku kerja bermutu dan efisien. Pada 26 Juni 2023, toolbox meeting dilakukan dengan kegiatan senam pagi bersama para pekerja konstruksi di Gudang Pipa Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung. Kegiatan ini merupakan bentuk pencegahan kecelakaan kerja dengan meningkatkan kesehatan pekerja, sehingga bisa berdampak pada peningkatan produktivitas kerja.

Gambar 3. Pekerja NUWSP Kabupaten Tulungagung melakukan senam pagi di Gudang Pipa Kecamatan Rejotangan

4. Patroli keselamatan konstruksi

Kegiatan ini dilakukan oleh petugas safety patrol. Para petugas akan melakukan inspeksi di lokasi proyek. Mereka bertugas untuk melihat keadaan atau item pekerjaan yang sedang dilaksanakan serta kondisi pekerja untuk melihat potensi penyebab terjadinya kecelakaan. Petugas safety patrol juga melakukan upaya antisipasi agar kecelakaan tersebut tidak terjadi. Petugas safety patrol juga akan memantau pekerja agar selalu mengenakan alat pelindung diri dengan lengkap sesuai dengan item pekerjaan serta kondisi area yang sedang dilaksanakan.

5. Pelatihan keselamatan konstruksi

Pelatihan keselamatan konstruksi telah dijadwalkan oleh penyedia jasa konstruksi NUWSP Kabupaten Tulungagung sebagai upaya pembinaan keselamatan kerja terhadap karyawan agar dapat meminimalkan/meniadakan keadaan yang berbahaya di tempat kerja. Pembinaan keselamatan kerja dapat dilakukan di dalam ruangan (indoor safety development) atau praktik di lapangan (outdoor safety development) oleh safety officer sebagai penanggung jawab kegiatan ini. Topik yang akan dibahas dalam pelatihan keselamatan konstruksi meliputi analisis keselamatan pekerjaan, perilaku berbasis keselamatan, dan pelatihan penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

6. Spanduk, papan informasi K3, dan poster

Kegiatan NUWSP Kabupaten Tulungagung telah dilengkapi dengan (a) papan informasi K3 yang berisi kinerja K3 dan informasi K3 lainnya; (b) papan informasi pekerjaan dan potensi bahaya pada setiap lokasi kerja; serta (c) rambu dan banner sesuai dengan potensi bahaya pada lokasi kerja. Penggunaan spanduk, papan informasi K3, dan poster sebagai salah satu sarana diharapkan dapat meminimalkan/meniadakan keadaan berbahaya di tempat kerja yang bisa langsung berdampak pada pekerja ataupun masyarakat di sekitar kegiatan konstruksi.

Gambar 4. Inspection engineer HSE penyedia jasa NUWSP Kabupaten Tulungagung menambahkan stiker/poster potensi bahaya pada alat berat yang digunakan (area blind spot)

Implementasi keselamatan konstruksi memiliki peran yang penting di dalam setiap proses penyelenggaraan konstruksi. Komitmen dari berbagai pihak terkait diperlukan agar keselamatan konstruksi dapat terwujud. Harapannya, kegiatan NUWSP Kabupaten Tulungagung dapat mengimplementasikan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) secara konsisten hingga nantinya penyelenggaraan konstruksi dapat berjalan aman dan zero accident dapat terwujud.

 

Sumber:

1. Dokumentasi NUWSP.

2. Dokumentasi Penyedia Jasa Konstruksi NUWSP Kabupaten Tulungagung.

3. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2019): Pelatihan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) Modul 3 Pengetahuan Dasar Keselamatan Konstruksi, diperoleh melalui situs internet: https://simantu.pu.go.id/epel/edok/fc523_Modul_3_Pengetahuan_Dasar_Keselamatan_Konstruksi.pdf.

4. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2019): Pelatihan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) Modul 4 Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK), diperoleh melalui situs internet: https://simantu.pu.go.id/epel/edok/a44a2_Modul_4_Sistem_Manajemen_Keselamatan_Konstruksi__SMKK_.pdf.

5. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2021): Penyedia Jasa Wajib Memasukan Biaya Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, diperoleh melalui situs internet: https://binakonstruksi.pu.go.id/informasi-terkini/sekretariat-direktorat-jenderal/penyedia-jasa-wajib-memasukan-biaya-sistem-manajemen-keselamatan-konstruksi/.

6. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2021): Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.

7. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2022): Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi Modul 6 Dasar-Dasar Keselamatan Konstruksi, diperoleh melalui situs internet: https://temank3.com/wp-content/uploads/2022/06/Modul-6-Dasar-Dasar-Keselamatan-Konstruksi_20220228.pdf.

8. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2022): Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi Modul 7 Manajemen Lingkungan, Kesehatan, dan Hygiene, diperoleh melalui situs internet: https://temank3.com/wp-content/uploads/2022/06/Modul-7-Manajemen-Lingkungan-Kesehatan-dan-Hygiene_202205.pdf.

 

Ditulis oleh:

Ririn Okatia

Niken Seqip Dhewantari

Deviana Matudilifa Yusuf

 


 

Realizing Zero Accident in NUWSP Construction Implementation in Tulungagung Regency

The Occupational Health and Safety Management System (OHSMS) is one of the top priorities requiring consideration in NUWSP construction activities. In its implementation, OHSMS refers to the Minister of Public Works and Housing (PUPR) Regulation No. 10 of 2021 related to Guidelines for Construction Safety Management Systems. The Construction Safety Management System (SMKK) is a component of the construction management system intended to ensure "construction safety" (Ministry of PUPR, 2021). This pertains to meeting standards for security, safety, health, and sustainability. Hopefully, every implementation of NUWSP activities will give attention to SMKK, in order to accomplish zero accidents construction implementation.

NUWSP construction service provider in Tulungagung Regency has committed to achieving construction safety through the Construction Safety Commitment Pact. The ability of service providers to: (a) comply with construction safety requirements; (b) use a certified competent workforce; (c) use equipment that meets eligibility standards; (d) use materials that meet quality standards; (e) use technology that meets eligibility standards; (f) implement Standard Operations and Procedures (SOP); and (g) fulfill 9 (nine) SMKK cost components are included in this commitment pact (Ministry of PUPR, 2019). The Tulungagung Regency NUWSP construction service provider planned numerous things to implement the SMKK, including:

1. Construction safety plan (RKK);

2. Environmental management and monitoring work plan (RKPPL);

3. Work traffic management plan (RMLLP);

4. Socialization, promotion, and training;

5. Work protective equipment (APK) dan personal protective equipment (PPE);

6. Insurance and permitting;

7. Construction safety personnel;

8. Facilities, infrastructure, and medical devices;

9. Traffic signs and equipment needed for traffic management; as well as

10. Activities and equipment related to safety risk control.

Figure 1. Applying complete PPE in NUWSP construction activities in Tulungagung Regency

The service provider of NUWSP Tulungagung Regency budgeted for and implemented the SMKK during the construction. One of the goals of construction safety is to protect workers' and other people's safety and health in construction workplaces (both formal and informal). To attain this goal, service providers participate in socialization, promotion, and training initiatives that involve a variety of programs such as:

1. Safety induction

Explanation and briefing activities concerning construction safety, including implementation methods, possible risks, risk management, emergency response, and methods for rescuing the activity. This safety induction is intended for both employees and visitors.

2. Safety briefing

Before beginning work, a safety briefing is conducted for 10 to 15 minutes. The objective of this activity is to periodically convey safety information to all levels of employees. Furthermore, a safety briefing is conducted as a form of habituation to safe construction safety conditions; quality, efficiency, and consistency in work attitude and behavior.

Figure 2. NUWSP workers in Tulungagung Regency conduct a safety briefing at the Pipe Warehouse in Rejotangan District

3. Safety talk and/or toolbox meeting

The internal working group holds toolbox meetings once a month to improve the maintenance of safe construction safety conditions as well as the maintenance of quality and efficient work attitudes and behavior. On June 26, 2023, a toolbox meeting through morning exercise with construction employees was conducted at the Pipe Warehouse, Rejotangan District, Tulungagung Regency. This activity is a type of work accident prevention via improving worker health, that can have an impact on increasing work productivity.

Figure 3. NUWSP workers in Tulungagung Regency do morning exercise at the Pipe Warehouse in Rejotangan District

4. Construction safety patrols

Safety patrol officers are in charge of this task. The officers will conduct inspections at the construction site. They are entrusted with inspecting of work being performed, as well as the workers' conditions, to identify probable causes of accidents. Safety patrol officers also make proactive attempts to avoid these accidents. They will also monitor workers to ensure that they are always wearing appropriate personal protection equipment for the job at hand and the condition of the work location.

5. Construction safety training

The service provider of NUWSP Tulungagung Regency has arranged construction safety training in an effort to develop work safety for employees in order to minimize/eliminate dangerous conditions in the workplace. The safety officer, as the person in charge of this activity, can conduct occupational safety coaching indoors (indoor safety development) or in the field (outdoor safety development). Job safety analysis, safety-based behavior, and training in the use of Light Fire Extinguishers (APAR) are among the topics that will be covered in construction safety training.

6. Banners, OHS information boards, and posters

NUWSP activities in Tulungagung Regency have (a) OHS information boards containing OHS performance and other OHS information; (b) job information and potential hazards boards at each work location; and (c) signs and banners corresponding to the potential hazards at the work location. The usage of banners, OHS information boards, and posters in the workplace are supposed to reduce/eliminate hazardous circumstances that can directly affect workers or the community surrounding construction activity.

Figure 4. HSE inspection engineer of NUWSP Tulungagung Regency service provider adds a potential hazard sticker/poster to the heavy equipment used (blind spot area)

The implementation of construction safety is crucial in all phases of construction implementation. For construction safety to be realized, numerous linked parties must commit. The objective is that NUWSP activities in Tulungagung Regency would constantly execute the Construction Safety Management System (SMKK), allowing future projects to function smoothly and with zero accidents.

 

Sources:

1. Documentation of NUWSP Tulungagung Regency Service Provider.

2. Ministry of Public Works and Housing (2019): Pelatihan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) Modul 3 Pengetahuan Dasar Keselamatan Konstruksi, obtained through the internet site: https://simantu.pu.go.id/epel/edok/fc523_Modul_3_Pengetahuan_Dasar_Keselamatan_Konstruksi.pdf.

3. Ministry of Public Works and Housing (2019): Pelatihan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) Modul 4 Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK), obtained through the internet site: https://simantu.pu.go.id/epel/edok/a44a2_Modul_4_Sistem_Manajemen_Keselamatan_Konstruksi__SMKK_.pdf.

4. Ministry of Public Works and Housing (2021): Penyedia Jasa Wajib Memasukan Biaya Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, obtained through the internet site: https://binakonstruksi.pu.go.id/informasi-terkini/sekretariat-direktorat-jenderal/penyedia-jasa-wajib-memasukan-biaya-sistem-manajemen-keselamatan-konstruksi/.

5. Ministry of Public Works and Housing (2021): Minister of Public Works and Housing Regulation No. 10 of 2021.

6. Ministry of Public Works and Housing (2022): Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi Modul 6 Dasar-Dasar Keselamatan Konstruksi, obtained through the internet site: https://temank3.com/wp-content/uploads/2022/06/Modul-6-Dasar-Dasar-Keselamatan-Konstruksi_20220228.pdf.

7. Ministry of Public Works and Housing (2022): Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi Modul 7 Manajemen Lingkungan, Kesehatan, dan Hygiene, obtained through the internet site: https://temank3.com/wp-content/uploads/2022/06/Modul-7-Manajemen-Lingkungan-Kesehatan-dan-Hygiene_202205.pdf.

8. NUWSP Documentation.

 

Written by:

Ririn Okatia

Niken Seqip Dhewantari

Deviana Matudilifa Yusuf

Translated by:

Lely Lydia Rahmawati

 

#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply

#nuwsptulungagung #kabupatentulungagung #pemdatulungagung #pdamtulungagung #zeroaccident #nihilkecelakaan #SMK3 #SMKK #HSE

Bagaimana PDAM Mengolah Air?

Available in English

23/B-NUWSP/Juli/2023

 

Setiap harinya, kita menggunakan air untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan berbagai keperluan lainnya. Tentu banyak dari kita yang memanfaatkan air yang didistribusikan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Bagaimana PDAM mengolah air baku hingga menjadi air dengan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang mumpuni hingga siap digunakan? Marilah kita simak penjelasan-penjelasan berikut.

Pengolahan air yang dilakukan PDAM dapat bervariasi tergantung dari jenis dan kualitas air baku yang digunakan. Air yang kita gunakan dapat bersumber dari air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut. Simak penjelasan selengkapnya di sini. Air permukaan sebagai sumber air baku masih menjadi pilihan utama bagi PDAM saat ini (PII dalam Djoko, 2016). Meski bervariasi, secara umum proses pengolahan air permukaan yang dilakukan oleh PDAM dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Unit pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) (BSN, 2008)

Koagulasi

Air baku seperti air permukaan dan air tanah tentu mengandung partikel-partikel pengotor, salah satunya Total Suspended Solid (TSS). TSS umumnya melayang di dalam air karena bermuatan negatif dan saling tolak menolak satu sama lain, sehingga sulit untuk disatukan dan diendapkan (Beta, 2022; Rachmania, 2020). Untuk itu, diperlukan pengolahan yang memungkinkan partikel pengotor tersebut dapat menggumpal dan mengendap sehingga lebih mudah dipisahkan.

Koagulasi merupakan proses pencampuran air baku dengan bahan kimia (koagulan) sehingga membentuk campuran yang homogen. Unit koagulasi juga sering disebut unit pengadukan cepat karena pada prosesnya, pengadukan cepat dilakukan untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran koagulan pada air yang diolah. Ketika air baku bercampur dengan koagulan, partikel pengotor yang semula bermuatan negatif akan dinetralkan. Muatan netral pada partikel pengotor terjadi karena adanya gaya tarik menarik antara partikel pengotor dan koagulan. Lama kelamaan, partikel pengotor ini akan berkumpul dan membentuk gumpalan kecil (mikroflok) (Malida, 2006; Rachmania, 2020). Ilustrasi pengikatan partikel pengotor oleh koagulan menjadi mikroflok dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Ilustrasi pengikatan partikel pengotor oleh koagulan (Risdianto, 2007 dalam Rachmania, 2020)

Flokulasi

Air baku yang telah diolah melalui proses koagulasi selanjutnya akan masuk pada unit flokulasi. Pada unit ini, mikroflok yang sudah terbentuk akan menggumpalkan partikel pengotor menjadi flok-flok yang lebih besar dengan bantuan pengadukan lambat (slow mixing). Flok-flok yang lebih besar nantinya dapat diendapkan di unit sedimentasi (Setyawati dkk., 2018 dalam Rachmania, 2020). Ilustrasi penggumpalan mikroflok menjadi flok yang lebih besar yang dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Ilustrasi penggumpalan mikroflok menjadi flok yang lebih besar (Risdianto, 2007 dalam Rachmania, 2020)

​​​​​​​​​​​​​​Sedimentasi

Sedimentasi merupakan proses untuk memisahkan partikel yang terkandung di dalam air dengan cara pengendapan melalui pengaruh gravitasi (Dewi, 2012). Pada tahap ini, flok yang telah terbentuk pada proses koagulasi dan flokulasi akan mengendap. Menurut The Indonesian Public Health Portal (2023), proses ini bertujuan untuk mereduksi bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan air dan dapat juga berfungsi mereduksi kandungan mikrorganisme patogen tertentu dalam air.

Disinfeksi

Disinfeksi merupakan proses untuk membunuh berbagai mikroorganisme yang terkandung di dalam air (Priambodo, 2016). Disinfeksi dilakukan agar syarat mikrobiologi untuk kualitas air minum dapat terpenuhi karena proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi masih dapat meloloskan bakteri/mikroorganisme yang tidak diharapkan (The Indonesian Public Health Portal, 2023). Razif (1985) dalam The Indonesian Public Health Portal (2023) mengemukakan bahwa disinfeksi dapat dilakukan dengan cara pemanasan, penggunaan klor, penambahan ozon, penggunaan sinar ultra violet, dan pemberian getaran ultrasonik.

Filtrasi

Filtrasi atau penyaringan adalah proses dimana air dibersihkan dengan cara pengaliran melalui bahan yang berpori. Pada tahap ini, flok-flok halus yang masih lolos pada tahap sedimentasi akan tersaring. Filtrasi dapat terjadi karena adanya tahanan dari butiran media terhadap partikel pengotor. Beberapa jenis filter yang dapat digunakan pada proses filtrasi di antaranya: saringan pasir cepat, saringan pasir lambat, filter karbon, dan filter membran (Dokumentasi NUWSP; Malida, 2006).

Reservoir

Setelah diolah, air akan ditampung dalam penampungan sementara yang disebut reservoir. Fungsi utama dari reservoir adalah untuk menyeimbangkan antara debit produksi dengan debit pemakaian air sehingga kuantitas dan kontinuitas pada penyediaan air dapat terpenuhi.

Gambar 4. Contoh unit (a) koagulasi, (b) flokulasi, (c) sedimentasi, dan (d) filtrasi pada IPA

Itulah tadi rangkaian proses yang secara umum dilakukan PDAM dalam mengolah air. IPA adalah salah satu hal yang penting untuk menjamin kualitas dalam penyediaan air sehingga hak masyarakat atas air dapat terpenuhi.

 

Sumber:

1. Beta (2022): Koagulasi, Flokulasi, dan Clarifier, diperoleh melalui situs internet: https://beta.co.id/id/koagulasi-flokulasi-dan-clarifier/

2. BSN (2008): SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi unit paket instalasi pengolahan air, diperoleh melalui situs internet: http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/29544_SNI-6773_2008-1_Spesifikasi-unit-paket-instalasi-pengolahan-air.pdf.

3. Dewi, S.R. (2012): Koagulasi-Flokulasi, diperoleh melalui situs internet: http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/SRD_koagulasi-flokulasi.pdf.

4. Djoko (2016): Sumber Air Baku Untuk Air Minum, diperoleh melalui situs internet: http://research.eng.ui.ac.id/news/read/47/sumber-air-baku-untuk-air-minum.

5. Dokumentasi NUWSP.

6. Malida, M. (2006): Efektifitas Horizontal Flow Roughing Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Suspended Solid (TSS) pada Air Permukaan, Skripsi Program Sarjana, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

7. Priambodo, E. A. (2016): Perancangan Unit Bangunan Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Skripsi Program Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

8. Rachmania, K.A. (2020): Efektivitas Kombinasi Serbuk Biji Kelor (Moringa Oleifera L.) dengan Serbuk Biji Flamboyan (Delonix Regia R.) Sebagai Koagulan Alami Untuk Menurunkan BOD, COD, TSS, dan Kekeruhan pada Limbah Cair Industri Tahu, Skripsi Program Sarjana, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya.

9. The Indonesian Public Health Portal (2023): Proses Pengolahan Air, diperoleh melalui situs internet: https://www.indonesian-publichealth.com/proses-pengolahan-air/.

Kredit Foto:

Getty Images dalam Canva Pro

 

Ditulis oleh:

Deviana Matudilifa Yusuf

 


 

How Does PDAM Manage Water?

We utilize water every day for drinking, cooking, bathing, washing, and a variety of other uses. Certainly, many of us use the water distributed by the local government-owned water utility (PDAM). How does PDAM transform raw water so that it becomes water that has the required quality, quantity, and continuity until it becomes ready to use? Let's have a look at the various explanations that follow.

PDAM's water treatment methods are adjustable to the type and quality of raw water used. Raw water can be originated from surface water, groundwater, rainwater, and seawater. The whole explanation can be found here. Surface water is still the most preferred source of raw water for PDAMs at this time (PII in Djoko, 2016). Although it varies, in general, the surface water treatment process carried out by PDAM can be seen in Figure 1.

Figure 1. Units in a Water Treatment Plant (WTP) (BSN, 2008)

Coagulation

Raw water such as surface water and groundwater contains impurities, including Total Suspended Solid (TSS). TSS generally floats in water because it is negatively charged and repels one another, making collection and deposit difficult (Beta, 2022; Rachmania, 2020). As a result, processing is required to allow the impurities to agglomerate and settle, allowing them to be separated more easily.

Coagulation is the process of combining raw water with chemicals (coagulants) to create a homogenous mixture. The coagulation unit is also known as the rapid-mixing unit since rapid-stirring is used in the process to instantly and evenly distribute the coagulant in the treated water. The negatively charged impurities will be neutralized when the raw water is mixed with the coagulant. The impurities acquire a neutral charge due to their attractive force with the coagulant. These impurities will aggregate and form small clumps (microflocs) over time (Malida, 2006; Rachmania, 2020). Figure 2 shows an illustration of the coagulant binding impurities into microflocs.

Figure 2. Illustration of the coagulant binding impurities (Risdianto, 2007 in Rachmania, 2020)

Flocculation

The flocculation unit will receive raw water that has been treated through the coagulation process. Within this unit, the microflocs that have been generated will agglomerate impurities, resulting in the formation of larger flocs through the help of a slow-mixing process. Larger flocs may potentially settle in the sedimentation unit (Setyawati et al., 2018 in Rachmania, 2020). Figure 3 provides an illustration of microflocs clumping into larger flocs.

Figure 3. Illustration of microflocs clumping into larger flocs (Risdianto, 2007 in Rachmania, 2020)

​​​​​​​​​​​​​​Sedimentation

Sedimentation is the separation of particles from water by gravitational settling (Dewi, 2012). The flocs generated during the coagulation and flocculation processes will settle at this point. This process attempts to remove elements that produce water turbidity and may also act to reduce the concentration of some pathogenic microorganisms in water (The Indonesian Public Health Portal, 2023).

Disinfection

Disinfection is the process of killing pathogenic microorganisms in water (Priambodo, 2016). Because the processes of coagulation, flocculation, sedimentation, and filtration can still allow unwanted microorganisms to pass, disinfection is performed to meet the microbiological requirements for the quality of drinking water (The Indonesian Public Health Portal, 2023). According to Razif (1985) in The Indonesian Public Health Portal (2023), disinfection can be accomplished through heating, using chlorine, adding ozone, utilizing UV light, and delivering ultrasonic vibrations.

Filtration

Filtration is the process of cleaning water by passing it through a porous medium. Fine flocs that have passed the sedimentation stage will be filtered out at this stage. Filtration can occur due to the medium grains' resistance to contaminant particles. Rapid sand filters, slow sand filters, carbon filters, and membrane filters are some of the filters that can be used throughout the filtration process (NUWSP Documentation; Malida, 2006).

Reservoir

After treatment, the water will be held in a temporary structure known as a reservoir. The reservoir's primary duty is to balance production discharge with water consumption in order to ensure the quantity and continuity of the water supply.

Figure 4. Example of (a) coagulation, (b) flocculation, (c) sedimentation, and (d) filtration units in WTP

That is a set of processes that PDAM usually takes when treating water. WTP is one of the most important things that needs to be done to make sure water quality so that people can have their right to water met.

 

Sources:

1. Beta (2022): Koagulasi, Flokulasi, dan Clarifier, obtained through the internet site: https://beta.co.id/id/koagulasi-flokulasi-dan-clarifier/

2. BSN (2008): SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi unit paket instalasi pengolahan air, obtained through the internet site: http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/29544_SNI-6773_2008-1_Spesifikasi-unit-paket-instalasi-pengolahan-air.pdf.

3. Dewi, S.R. (2012): Koagulasi-Flokulasi, obtained through the internet site: http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/SRD_koagulasi-flokulasi.pdf.

4. Djoko (2016): Sumber Air Baku Untuk Air Minum, obtained through the internet site: http://research.eng.ui.ac.id/news/read/47/sumber-air-baku-untuk-air-minum.

5. Malida, M. (2006): Efektifitas Horizontal Flow Roughing Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Suspended Solid (TSS) pada Air Permukaan, Undergraduate Thesis, Islamic University of Indonesia, Yogyakarta.

6. NUWSP Documentation.

7. Priambodo, E. A. (2016): Perancangan Unit Bangunan Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Undergraduate Thesis, Sepuluh Nopember Institute of Technology, Surabaya.

8. Rachmania, K.A. (2020): Efektivitas Kombinasi Serbuk Biji Kelor (Moringa Oleifera L.) dengan Serbuk Biji Flamboyan (Delonix Regia R.) Sebagai Koagulan Alami Untuk Menurunkan BOD, COD, TSS, dan Kekeruhan pada Limbah Cair Industri Tahu, Undergraduate Thesis, Sunan Ampel State Islamic University, Surabaya.

9. The Indonesian Public Health Portal (2023): Proses Pengolahan Air, obtained through the internet site: https://www.indonesian-publichealth.com/proses-pengolahan-air/.

Photo Credit:

Getty Images in Canva Pro

 

Written by:

Deviana Matudilifa Yusuf

Translated by:

Lely Lydia Rahmawati

 

#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply

#airminum #drinkingwater #IPA #WTP #koagulasi #coagulation #flokulasi #flocculation #sedimentasi #sedimentation #disinfeksi #disinfection #filtrasi #filtration #reservoir

Strategi Kabupaten Bengkulu Tengah dalam Memenuhi Outcome Program NUWSP

Available in English

22/A-NUWSP/Juli/2023

 

Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan salah satu lokasi yang mendapatkan bantuan stimulan program NUWSP tahun 2020. Kegiatan konstruksi NUWSP di Kabupaten Bengkulu Tengah dimulai pada tanggal 22 Maret 2021 dan telah selesai pada tanggal 31 Desember 2021. Setelah dibangun, infrastruktur penyediaan air minum tersebut akan didukung keberfungsiannya dengan Sambungan Rumah (SR), yang merupakan salah satu outcome program NUWSP. Pada bulan Desember 2022, realisasi pencapaian outcome program NUWSP di Bengkulu Tengah yaitu sebanyak 870 unit SR atau setara dengan 48% dari target 1800 unit SR yang harus dicapai.

Keikutsertaan Perumda Tirta Rafflesia (BUMD Air Minum Kabupaten Bengkulu Tengah) mengikuti program stimulan NUWSP berhubungan erat dengan permasalahan dan isu strategis yang dihadapinya dalam penyediaan air minum. Seperti halnya, permasalahan dan isu strategis pada aspek operasi, antara lain: (1) jam operasional layanan akses air minum belum 24 jam; (2) rendahnya efisiensi produksi (36,29%); (3) rendahnya penggantian meter air pelanggan (0.35% dari jumlah eksisting); (4) aliran air dari intake sering tersumbat sampah saat hujan; (5) kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA) eksisting tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan air; (6) unit distribusi rentan bocor; (7) tercemarnya sumber air baku; dan (8) tingginya tingkat keluhan masyarakat akan pelayanan air minum, khususnya di Kecamatan Talang Empat. Sedangkan pada aspek pelayanan, permasalahannya yaitu cakupan pelayanan hanya sebesar 25,38% dan pertumbuhan pelanggan menurun dalam 3 tahun terakhir. Selain itu, terdapat pula permasalahan dan isu strategis pada aspek keuangan, antara lain: (1) belum tercapainya tarif full cost recovery; (2) menurunnya tarif rata-rata sebesar 5%; dan (3) menurunnya tingkat efisiensi penagihan selama 3 tahun terakhir.

Dengan isu strategis tersebut, Kabupaten Bengkulu Tengah mengusulkan program NUWSP untuk Optimalisasi SPAM Datar Lebar dengan lingkup kegiatan yang terdiri dari perbaikan intake eksisting, pembangunan IPA baja berkapasitas 20 liter/detik, pembangunan reservoir, dan pembangunan jaringan distribusi utama. Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah ikut serta mendukung program NUWSP dengan cara mempersiapkan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB). DDUB digunakan untuk pelaksanaan tahun 2021 dan 2022 berupa pembangunan jaringan distribusi bagi dan jaringan distribusi layanan.

Gambar 1. IPA dan reservoir pada optimalisasi SPAM di Bengkulu Tengah

Untuk mendukung keberfungsian infrastruktur yang dibangun pada optimalisasi SPAM Datar Lebar, Kabupaten Bengkulu Tengah memiliki tanggung jawab untuk melakukan perbaikan kualitas layanan pada 3.086 SR dan pengembangan cakupan layanan sebanyak 1.800 SR baru. Hingga bulan Desember tahun 2022, perbaikan kualitas layanan sudah rampung dilakukan namun pengembangan cakupan layanan baru terpasang 870 unit SR baru atau setara dengan 48% dari target yang diharapkan.

Gambar 2. Sosialisasi program NUWSP

Bagi Perumda Tirta Rafflesia, kemarau panjang yang terjadi dari awal hingga pertengahan tahun 2023 merupakan peluang untuk mempercepat penambahan SR baru karena banyak sumur penduduk yang kering dan kualitas air tanah menurun. Hal ini berakibat pada meningkatnya minat masyarakat dalam melakukan pemasangan SR. Untuk calon pelanggan yang kurang mampu membayar biaya pemasangan SR, Perumda Tirta Rafflesia mengadakan program membayar SR dengan cara mengangsur. Masyarakat dapat melakukan angsuran dengan biaya minimal Rp 250.000,00 per bulan. Pada angsuran pertama, masyarakat sudah bisa menikmati air dari program NUWSP. Hingga akhir bulan Mei tahun 2023, total jumlah SR baru yang telah terpasang yaitu sebanyak 1802 unit yang berarti target program NUWSP telah terpenuhi. Keberhasilan ini tidak terlepas dari berbagai strategi dan program yang dilakukan seperti:

1. Kerja sama dengan Pemerintah Daerah dalam rangka sosialisasi program penyerapan manfaat Optimalisasi IPA Datar Lebar di tingkat kecamatan hingga desa;

2. Sosialisasi dan pemasaran SR melalui media cetak dan media sosial hingga door to door;

3. Koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum & Penataan Ruang terkait desa yang belum memiliki jaringan perpipaan sehingga lokasi tersebut dapat masuk dalam lokus desa lokasi pekerjaan DDUB;

4. Melakukan program pemasangan sambungan rumah dengan angsuran 4x bayar; dan

5. Pemanfaatan informasi dari BMKG tentang musim kemarau.

Gambar 3. Jumlah pemasangan SR baru dari bulan Januari 2022-Mei 2023

Sebagai penyedia air minum di Bengkulu Tengah, Perumda Tirta Rafflesia merasakan perubahan akibat hadirnya program NUWSP. Dampak yang dirasakan di antaranya: (1) meningkatnya jam pelayanan hingga 24 jam; (2) meningkatnya tekanan air di daerah pelayanan menjadi di atas 0,7 bar; (3) meningkatnya pemakaian air pelanggan dari 17 m3/pelanggan/bulan menjadi 19 m3/pelanggan/bulan; (4) menurunnya tingkat kehilangan air dari 27,75% menjadi 23,47%; dan (5) meningkatnya pendapatan penjualan air dari Rp 202.806.800,00 per bulan menjadi Rp 302.566.050,00 per bulan.

Untuk memelihara kebermanfaatan program NUWSP di Bengkulu Tengah, Perumda Tirta Rafflesia menjaga kualitas pelayanan air minum dengan kegiatan operasional dan pemeliharaan seperti: (1) meningkatkan jam kerja operator dengan menambah personil serta pemberian insentif; (2) membentuk tim cepat tanggap dalam menangani kebocoran pada jaringan perpipaan; (3) melakukan penanganan cepat, tepat dan akurat terhadap pengaduan pelanggan; (4) menjaga kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan terhadap penyediaan air; serta (5) membentuk tim penagihan per wilayah untuk meningkatkan efisiensi penagihan dan keberlangsungan perusahaan.

Kini, manfaat kegiatan NUWSP telah dirasakan masyarakat, Perumda Tirta Rafflesia, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkulu Tengah. Keberhasilan Kabupaten Bengkulu Tengah dalam memenuhi target outcome program NUWSP tak terlepas dari penyiapan strategi dan program kerja serta didukung oleh komitmen dan kerja keras Perumda Tirta Rafflesia serta stakeholder lainnya yang terlibat.

 

Sumber:

1. Dokumentasi NUWSP.

2. Dokumentasi Perumda Tirta Rafflesia.

Kredit Foto:

Getty Images dalam Canva Pro

 

Ditulis oleh:

Defi Kurnia F., S.T., M.M. (Team Leader RMAC-1 NUWSP)

Movizar Apriandi, S.T., M.Ling (Direktur Perumda Tirta Rafflesia Kab. Bengkulu Tengah)

Ferry Yansen, S.Kom (Subbag Perencanaan Perumda Tirta Rafflesia Kab. Bengkulu Tengah)

 


 

The Strategy of Central Bengkulu Regency in Achieving the NUWSP Program Outcomes

Central Bengkulu Regency is one of the locations that will benefit from a seed grant of NUWSP program in 2020. The construction of the NUWSP in Central Bengkulu Regency began on March 22, 2021, and ended on December 31, 2021. After construction, the drinking water supply infrastructure will be functionally supported by household connection (SR), that is one of the NUWSP program outcomes. The realization of the NUWSP program’s results in Central Bengkulu Regency in December 2022 was 870 SR units or 48% of the 1800 SR target that had to be attained.

The participation of Perumda Tirta Rafflesia (Central Bengkulu Regency’s Drinking Water BUMD) in the NUWSP seed grant is inseparable to the concerns and strategic issues that it encounters in the provision of drinking water. Similarly, operational strategic problems and issues include: (1) the drinking water services are not yet able to operate for 24 hours (2) low production efficiency (36.29%); (3) low replacement of customer water meters (0,35% of the existing number); (4) the water flow from the intake is frequently blocked with garbage when it rains; (5) the capacity of the existing Water Treatment Plant (WTP) is insufficient to meet water demand; (6) leak-prone distribution unit; (7) polluted raw water sources; and (8) large number of customer complaints about drinking water services, particularly in Talang Empat District. In the service sector, the issue is that service coverage is just 25.38%, and customer increase has dropped over the last three years. Aside from that, there are financial concerns and strategic issues, such as: (1) the full cost recovery rate has not been accomplished; (2) the average tariff has decreased by 5%; and (3) a decrease in billing efficiency over the last three years.

In consideration of this strategic issue, Central Bengkulu Regency proposed the NUWSP program for Optimizing Datar Lebar SPAM, with a scope of activities that includes repairing the existing intake, constructing a steel WTP with a capacity of 20 liters/second, constructing reservoirs, and constructing the main distribution network. Central Bengkulu Government is assisting the NUWSP program by establishing DDUB (local government funds for joint projects). DDUB is used for the construction of the branch distribution network and service pipes in 2021 and 2022.

Figure 1. WTP and reservoir of SPAM optimization in Central Bengkulu

Central Bengkulu Regency is responsible for improving service quality in 3.086 SRs and developing service coverage in 1.800 new SRs to enable the operation of the infrastructure established on Datar Lebar SPAM optimization. Service quality improvement have been completed through December 2002. However, the development of service coverage has only installed 870 new SR units, or 48% of the planned target.

Figure 2. Socialization of NUWSP program

For Perumda Tirta Rafflesia, the long dry season that occurred from early to mid-2023 is an opportunity to accelerate the addition of new SRs because many residents' wells are dry and the quality of groundwater is declining. This resulted in increased public interest in installing SR. For prospective customers who cannot afford to pay for the SR installation fee, Perumda Tirta Rafflesia is holding an SR payment program in installments. The people can make installments with a minimum fee of IDR 250.000,00 per month. In the first installment, people can already enjoy water from the NUWSP program. Until the end of May 2023, the total number of new SRs that has been installed is 1802 units, which means that the NUWSP program target has been met. This success is inseparable from various strategies and programs carried out such as:

1. Collaboration with the Local Government in the context of socializing the program to absorb the benefits of Datar Lebar IPA optimization at the district to village levels;

2. Door-to-door socialization and marketing of SR through print and social media;

3. Coordination with the Office of Public Works and Spatial Planning regarding villages without a pipeline network so that these locations can be added to the village locus where DDUB operates;

4. Conducting a residential connection installation program with four installment payments; and

5. Implementing BMKG information regarding the dry season.

Figure 3. Number of new SR installed from January 2022-May 2023

As a provider of drinking water in Central Bengkulu, Perumda Tirta Rafflesia has witnessed some changes as a result of the NUWSP program. The impacts include: (1) increasing service hours to 24 hours; (2) increasing air pressure in the service area to above 0.7 bar; (3) increasing customer water usage from 17 to 19 m3/customer/month; (4) decreasing NRW (Non-Revenue Water) from 27,75% to 23,47%; and (5) increasing water sales revenue from IDR 202.806.800,00 per month to IDR 302.566.050,00 per month.

For maintaining the benefit of NUWSP program in Central Bengkulu, Perumda Tirta Rafflesia ensures the quality of drinking water services by performing operational and maintenance tasks such as (1) increasing the working hours of operators by adding personnel and providing incentives; (2) forming a rapid response team in dealing with leaks in the pipeline network; (3) responding quickly, precisely, and accurately to customer complaints; (4) maintaining the quality, quantity, and continuity of the water supply; and (5) establishing regional collection teams in order to increase billing efficiency and corporate sustainability.

The people, Perumda Tirta Rafflesia, and Central Bengkulu Government are now reaping the advantages of NUWSP initiatives. The achievement of Central Bengkulu Regency in attaining the NUWSP outcomes is directly linked to the development of strategies and work plans, that are supported through the dedication and hard work of Perumda Tirta Rafflesia and other stakeholders.

 

Sources:

NUWSP Documentation.

Perumda Tirta Rafflesia Documentation.

Photo Credit:

Getty Images in Canva Pro

 

Written by:

Defi Kurnia F., S.T., M.M. (RMAC 1 Team Leader)

Movizar Apriandi, S.T., M.Ling (Director of Perumda Tirta Rafflesia)

Ferry Yansen, S.Kom (Planning Department of Perumda Tirta Rafflesia)

Translated by:

Lely Lydia Rahmawati

 

#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply

#nuwspbengkulutengah #kabupatenbengkulutengah #pemdabengkulutengah #pdambengkulutengah #tirtarafflesia #strategi #strategy #sambunganrumah #sr #householdconnection #airminum #drinkingwater

Mengenal Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

Available in English

21/B-NUWSP/Juli/2023

 

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015, Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) merupakan satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air minum. SPAM diselenggarakan agar masyarakat dapat menikmati layanan air minum sehingga haknya atas air minum dapat terpenuhi. Penyelenggaraan SPAM sendiri terdiri atas kegiatan pengembangan dan pengelolaan SPAM. Pengembangan SPAM dapat berupa pembangunan SPAM baru serta peningkatan dan perluasan SPAM eksisting. Sementara pengelolaan SPAM berkaitan dengan kemanfaatan fungsi sarana dan prasarana yang telah tersedia, meliputi operasi dan pemeliharaan, perbaikan, peningkatan sumber daya manusia, serta kelembagaan.

SPAM dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu SPAM jaringan perpipaan (JP) dan SPAM bukan jaringan perpipaan (BJP). Apakah yang dimaksud dengan SPAM JP dan SPAM BJP? Pertanyaan inilah yang akan kita jawab pada uraian selanjutnya.

SPAM Jaringan Perpipaan (JP)

SPAM JP adalah satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air minum yang disalurkan kepada pelanggan melalui sistem perpipaan (Kementerian PUPR, 2016). Berdasarkan CNBC Indonesia (2023), layanan air minum melalui SPAM JP di Indonesia baru menjangkau 20% dari seluruh rumah tangga yang seharusnya dilayani. Angka ini masih terbilang kecil mengingat pemerintah menargetkan seluruh masyarakat Indonesia bisa mencapai akses air minum perpipaan 100% pada tahun 2030 (Nur Aisyah dalam Liputan 6, 2021). Untuk itu, akses SPAM JP di Indonesia perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat mengakses air dengan kualitas yang baik dalam jumlah yang cukup secara kontinu.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 menjelaskan bahwa SPAM JP terdiri dari beberapa unit, yaitu unit air baku, unit produksi, unit distribusi, dan unit pelayanan.

1. Unit air baku

Unit air baku adalah sarana yang digunakan untuk pengambilan dan/atau penyediaan air baku. Sarana ini dapat berupa bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem perpompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya (Pemerintah Republik Indonesia, 2015).

Gambar 1. Bangunan penyadap

2. Unit produksi

Unit produksi merupakan infrastruktur yang digunakan untuk proses pengolahan air baku menjadi air minum, baik melalui proses fisika, kimia, dan/atau biologi. Sarana ini terdiri atas bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum. Pada unit produksi, bangunan pengolahan dapat bervariasi karena umumnya tergantung pada kualitas air baku yang digunakan. Jika air baku bersumber dari air permukaan, proses pengolahan yang umumnya dilakukan yaitu prasedimentasi, pengaduk cepat (koagulasi), pengaduk lambat (flokulasi), pengendapan (sedimentasi), penyaringan (filtrasi), dan desinfeksi. Jika air baku bersumber dari air tanah khususnya yang mengandung besi dan mangan, proses lainnya seperti aerasi, klorinasi, dan ozonisasi dapat ditambahkan pada proses produksi (Dokumentasi NUWSP; Pemerintah Republik Indonesia, 2015).

 ​​​​​​​

Gambar 2. Unit pengaduk cepat

3. Unit distribusi

Unit distribusi merupakan sarana pengaliran air minum dari bangunan penampungan sampai unit pelayanan. Sarana ini terdiri atas jaringan distribusi dan perlengkapannya, bangunan penampungan, serta alat pengukuran dan peralatan pemantauan (Pemerintah Republik Indonesia, 2015).

4. Unit pelayanan

Unit pelayanan merupakan titik pengambilan air. Sarana ini dapat berupa sambungan langsung, hidran umum, dan/atau hidran kebakaran (Pemerintah Republik Indonesia, 2015).

​​​​​​​

Gambar 3. Unit pelayanan: (a) sambungan langsung, (b) hidran umum, dan (c) hidran kebakaran

SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)

SPAM BJP adalah satu kesatuan sarana prasarana penyediaan air minum yang disalurkan atau diakses pelanggan tanpa sistem perpipaan (Kementerian PUPR, 2016). SPAM BJP dapat berupa sumur dangkal, sumur pompa, bak penampungan air hujan, terminal air, dan bangunan penangkap mata air. Definisi masing-masing jenis SPAM BJP berdasarkan Kementerian PUPR (2016) dalam Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (2018) yakni sebagai berikut:

1. Sumur dangkal

Sumur dangkal merupakan sarana untuk menyadap dan menampung air tanah dari akuifer yang digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum. Sumur dangkal mampu menghasilkan 400 liter/hari untuk satu keluarga.

2. Sumur pompa

Sumur pompa merupakan sarana penyediaan air minum berupa sumur yang dibuat dengan mengebor tanah pada kedalaman tertentu sehingga diperoleh air sesuai dengan kuantitas yang diinginkan. Pengambilan air dilakukan dengan menghisap atau menekan air ke permukaan dengan menggunakan pompa tangan.

3. Bak penampungan air hujan

Bak penampungan air hujan merupakan wadah untuk menampung air hujan sebagai air baku, umumnya dilengkapi penyaring.

4. Terminal air

Terminal air merupakan sarana pelayanan air minum yang digunakan secara komunal, berupa bak penampung air yang ditempatkan di atas permukaan tanah atau pondasi. Pengisian air dilakukan dengan sistem curah dari mobil tangki air atau kapal tangki air.

5. Bangunan penangkap mata air

Bangunan penangkap mata air adalah bangunan atau konstruksi untuk melindungi sumber mata air terhadap pencemaran yang dilengkapi dengan bak penampung.

Gambar 4. Sumur pompa sebagai salah satu jenis SPAM BJP

Itulah tadi penjelasan tentang SPAM serta jenis-jenisnya, baik SPAM JP dan SPAM BJP. Saat ini, pemerintah sedang berupaya melakukan pengembangan SPAM melalui berbagai program, salah satunya National Urban Water Supply Project (NUWSP). NUWSP menjadi wadah bagi pemerintah untuk meningkatkan akses SPAM JP di area perkotaan. Semoga dengan meningkatnya akses SPAM JP di Indonesia melalui program NUWSP, akses air minum yang dinikmati oleh masyarakat dapat meluas.

 

Sumber:

1. CNBC Indonesia (2023): APBN Terbatas, Kebutuhan Dana Air Minum Perpipaan Rp 1.000, diperoleh melalui situs internet: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230705095844-4-451446/apbn-terbatas-kebutuhan-dana-air-minum-perpipaan-rp-1000-t.

2. Dokumentasi NUWSP.

3. Kementerian PUPR (2016): Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum.

4. Liputan 6 (2021): Pemerintah Target Seluruh Warga Bisa Akses Air Minum Perpipaan di 2030, diperoleh melalui situs internet: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4832125/pemerintah-target-seluruh-warga-bisa-akses-air-minum-perpipaan-di-2030.

5. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (2018): Air Minum (Bukan Jaringan Perpipaan), diperoleh melalui situs internet: http://simanis.dpubinmarcipka.jatengprov.go.id/air_minum/bjp.

6. Pemerintah Republik Indonesia (2015): Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum.

Kredit Foto:

1. Got Creator dalam Canva Pro.

2. Hollie McCrae-Wells dalam Canva Pro.

3. Mahadi, Samala (2022): 5 Jenis Sumur Yang Cocok Dibangun Di Rumah. Mana Yang Lebih Baik?, diperoleh melalui situs internet: https://berita.99.co/jenis-sumur-di-rumah/.

4. Pemerintah Kota Palangkaraya (2021): Toilet Darurat, diperoleh melalui situs internet: https://mediacenter.palangkaraya.go.id/toilet-darurat/.

5. Rutchapong dalam Canva Pro.

 

Ditulis oleh:

Deviana Matudilifa Yusuf

 


 

Discover the Drinking Water Supply System (SPAM)

The Drinking Water Supply System (SPAM) is a unit of drinking water supply infrastructure, according to Republic of Indonesia Government Regulation Number 122 of 2015. SPAM is arranged so that people can enjoy drinking water services, thus fulfilling their entitlement to water. SPAM implementation is made up of SPAM development and management. SPAM development can include both the creation of new SPAMs as well as the upgrading and expansion of existing SPAMs. While SPAM management is concerned with the use of existing infrastructure, such as operation and maintenance, repair, and the improvement of human resources and institutions.

SPAM is classified as either piped SPAM (JP) or non-piped SPAM (BJP). What is the difference between SPAM JP and SPAM BJP? This question will be addressed in the following explanation.

Piped SPAM (SPAM JP)

SPAM JP is an infrastructure for supplying drinking water to clients through a piped system (Ministry of PUPR, 2016). According to CNBC Indonesia (2023), drinking water services provided by SPAM JP in Indonesia reach only 20% of all households that should be served. This figure remains relatively small in comparison to the government's goal of providing 100% piped drinking water to all Indonesians by 2030 (Nur Aisyah in Liputan 6, 2021). As a result, access to SPAM JP in Indonesia must be improved so that people get access to good quality and sufficient amounts of water continuously.

According to Republic of Indonesia Government Regulation Number 122 of 2015, SPAM JP is made up of numerous units, including raw water units, production units, distribution units, and service units.

1. Raw water units

Raw water units are facilities that receive and/or supply raw water. Water storage, water intake, measuring instruments and monitoring equipment, pumping systems, and/or carrier buildings and associated equipment are examples of these facilities (Republic of Indonesia Government, 2015).

Figure 1. Water intake

2. Production units

The infrastructure utilized to turn raw water into drinking water through physical, chemical, and/or biological processes is known as the production unit. This facility is made up of treatment units and associated machinery, operating equipment, measuring instruments and monitoring equipment, as well as water storage. Treatment units can vary depending on the quality of raw water utilized. The typical treatment procedures used when raw water is obtained from surface water include pre-sedimentation, coagulation, flocculation, sedimentation, filtration, and disinfection. Aeration, chlorination, and ozonation are additional procedures that can be added to the treatment process if raw water is obtained from groundwater, particularly those with iron and manganese content (NUWSP Documentation; Republic of Indonesia Government, 2015).

 ​​​​​​​

Figure 2. Coagulation unit

3. Distribution units

Water for drinking is transferred from the reservoir to the service unit via the distribution unit. These infrastructures include a distribution network and its supporting accessories, reservoir, as well as measuring instruments and monitoring equipment (Republic of Indonesia Government, 2015).

4. Service units

A water intake point is the service unit. Direct connections, public hydrants, and/or fire hydrants are some examples of these infrastructures (Republic of Indonesia Government, 2015).

​​​​​​​

Figure 3. Service unit: (a) direct connection, (b) public hydrant, and (c) fire hydrant

Non-piped SPAM (SPAM BJP)

SPAM BJP is an infrastructure for supplying drinking water to clients without a piped system (Ministry of PUPR, 2016). Shallow well, pumped well, rainwater storage container, water terminal, and spring catchment structure can all be examples of SPAM BJP. Based on the Ministry of PUPR (2016) in the Central Java Provincial Government (2018), the following is the definition of each category of SPAM BJP:

1. Shallow well

Groundwater from aquifers that are used as raw water sources for drinking water can be tapped and collected via shallow wells. A shallow well can provide 400 litres of water per day to a single family.

2. Pumped well

Pumped well is a type of water supply infrastructure that is created by drilling into the earth at a specific depth in order to acquire water in the desired quantity. Using a hand pump, water is gathered by sucking it up or pushing it to the surface.

3. Rainwater storage tank

Tanks for holding rainwater in their raw state are known as rainwater storage tanks, and most of them come with filters.

4. Water terminal

Water terminal, which takes the shape of a water storage tank positioned on the ground or a foundation, is a drinking water service facility that is utilized communally. Using a bulk method, water is filled from a water tanker or water tank car.

5. Spring catchment structure

Spring catchment structure is a structure or construction that has a reservoir to protect springs from pollution.

Figure 4. SPAM BJP in the form of a pumped well

That was a description of SPAM and its several varieties, including SPAM JP and SPAM BJP. The National Urban Water Supply Project (NUWSP), one of the government's several current programs, aims to develop SPAM. The NUWSP is a platform for the government to enhance SPAM JP accessibility in urban areas. By expanding the availability of SPAM JP in Indonesia through the NUWSP initiative, we seek to improve the community's access to drinking water.

 

Sources:

1. Central Java Provincial Government (2018): Air Minum (Bukan Jaringan Perpipaan), obtained through the internet site: http://simanis.dpubinmarcipka.jatengprov.go.id/air_minum/bjp.

2. CNBC Indonesia (2023): APBN Terbatas, Kebutuhan Dana Air Minum Perpipaan Rp 1.000, obtained through the internet site: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230705095844-4-451446/apbn-terbatas-kebutuhan-dana-air-minum-perpipaan-rp-1000-t.

3. Liputan 6 (2021): Pemerintah Target Seluruh Warga Bisa Akses Air Minum Perpipaan di 2030, obtained through the internet site: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4832125/pemerintah-target-seluruh-warga-bisa-akses-air-minum-perpipaan-di-2030.

4. Ministry of PUPR (2016): Minister of PUPR Regulation Number 27/PRT/M/2016.

5. NUWSP Documentation.

6. Republic of Indonesia Government (2015): Republic of Indonesia Government Regulation No. 122 of 2015.

Photo Credits:

1. Got Creator in Canva Pro.

2. Hollie McCrae-Wells in Canva Pro.

3. Mahadi, Samala (2022): 5 Jenis Sumur Yang Cocok Dibangun Di Rumah. Mana Yang Lebih Baik?, obtained through the internet site: https://berita.99.co/jenis-sumur-di-rumah/.

4. Palangkaraya Government (2021): Toilet Darurat, obtained through the internet site: https://mediacenter.palangkaraya.go.id/toilet-darurat/.

5. Rutchapong in Canva Pro.

 

Written by:

Deviana Matudilifa Yusuf

Translated by:

Lely Lydia Rahmawati

 

#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply

#airminum #drinkingwater #SPAM #pipedwater #nonpipedwater

  • Direktorat Air Minum,
    Ditjen Cipta Karya,
    Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
    Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru,
    Jakarta 12110.


  • 021-72796907

  • cpmunuwsp@gmail.com
    Visitor
  • Total:406,737
  • Bulan Ini :11,881
  • Seminggu Terakhir :8,249
  • Hari ini :645