Available in English
25/B-NUWSP/Agustus/2023
Pernahkah kalian menggunakan air hujan untuk minum? Di Indonesia, air hujan memang jarang digunakan untuk minum jika dibandingkan dengan air permukaan dan air tanah. Baca selengkapnya di sini. Namun, beberapa daerah memenuhi kebutuhan minum hariannya dengan air hujan, seperti di Kubu Raya (Kalimantan Barat), Kotawaringin Barat (Kalimantan Tengah), Pulau Maratua (Kalimantan Timur), dan Pulau Morotai (Maluku Utara) (USAID IUWASH, 2023; KLHK, 2018; Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, 2015; Kapita dkk., 2022). Data Badan Pusat Statistik (2020) dalam Bayu (2021) menyebutkan, air hujan digunakan sebagai sumber air utama untuk minum pada 2,18% rumah tangga di Indonesia.
Gambar 1. Persentase rumah tangga menurut sumber air utama yang digunakan untuk minum (Bayu, 2021 berdasarkan Badan Pusat Statistik, 2020)
Apakah penggunaan air hujan untuk minum berbahaya?
Sebetulnya, penggunaan air hujan untuk minum dapat dilakukan sepanjang air hujan tersebut dalam keadaan bersih dan memiliki kualitas yang sesuai dengan syarat air minum. Namun, sejumlah faktor fisik dan lingkungan dapat dengan cepat mengubah air hujan yang bersih dan segar menjadi potensi bahaya kesehatan (Hill, 2020). Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), beberapa kontaminan seperti bakteri, virus, parasit, debu, partikel asap, dan bahan kimia lainnya dapat berakhir di air hujan. Sebagai contoh, bila air hujan dikumpulkan melalui atap, jejak yang ditinggalkan hewan seperti kotoran burung dapat mengontaminasi air hujan. Tak hanya itu, air hujan yang dikumpulkan melalui atap berbahan seng dapat terkontaminasi logam berat timbal karena timbal merupakan bahan pelapis atap seng (Baker, 2022). Fenomena kontaminasi air hujan oleh timbal ini juga telah ditemukan di wilayah Kalimantan Barat oleh Khayan dkk. (2019). Khayan dkk. (2019) juga mengemukakan bahwa kualitas udara dapat memengaruhi kualitas air hujan. Udara yang tercemar dapat membuat air hujan bersifat asam dan mengandung logam berat (Hill, 2020; Khayan, 2019).
Gambar 2. Saluran pengumpul air hujan melalui atap rumah (Nurhikmah, 2022)
Penggunaan air hujan secara langsung untuk air minum sangatlah tidak direkomendasikan. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menggunakan air hujan untuk minum, di antaranya: (a) tingkat pencemaran udara, (b) metode pengumpulan air hujan, (c) metode pengolahan air hujan, dan (d) metode penyimpanan air hujan. Untuk metode pengolahan air hujan, CDC mengutarakan bahwa air hujan yang dikumpulkan untuk keperluan minum perlu melalui berbagai tahap, seperti filtrasi (penyaringan), disinfeksi, hingga pengujian secara rutin. Bila rangkaian proses ini tidak dapat dilakukan, air hujan sebaiknya hanya digunakan untuk keperluan lain seperti berkebun, mencuci pakaian, atau mandi (Hill, 2020).
Temuan Berdasarkan Studi Terbaru
Ilmuwan yang berasal dari Stockholm University dan ETH Zurich menemukan bahwa seluruh air hujan di bumi tidak aman untuk diminum karena adanya kadar PFAS (polyfluoroalkyl substances), atau bahan kimia beracun. PFAS ditemukan pertama kali pada shampo, kemasan, dan make up. Namun saat ini, PFAS sudah mulai menyebar karena banyak digunakan dalam industri elektronik, otomotif, hingga kesehatan (Tang dalam Permana, 2021). Cousins dan timnya dalam studi tersebut melakukan pengujian kualitas air hujan pada daerah yang terpencil seperti Antartika atau dataran tinggi Tibet. Hasil studi menunjukkan bahwa level PFAS di wilayah ini 14 kali lebih tinggi dari level yang disyaratkan dalam pedoman US EPA (United States Environmental Protection Agency). Cousins menyimpulkan, "Tidak ada tempat di bumi ini di mana hujan aman untuk diminum, menurut pengukuran yang telah kami lakukan." (Dionisio, 2022). PFAS dapat membahayakan kesehatan. Berdasarkan Dionisio (2022) dan Tang dalam Permana (2021), PFAS telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan yang serius termasuk kanker, gangguan hormon tiroid, masalah perilaku dan pembelajaran pada masa kanak-kanak, komplikasi ketidaksuburan dan kehamilan, masalah sistem kekebalan tubuh, dan kolesterol tinggi. Selain itu, efek PFAS pada tubuh manusia dapat dilihat pada Gambar 3.
Karena dinilai cukup berisiko, penggunaan air hujan untuk minum sebaiknya dihindari. Oleh sebab itu, kita perlu mencari alternatif sumber air lainnya yang memiliki kualitas yang lebih terjaga.
Gambar 3. Efek PFAS pada kesehatan manusia (European Environment Agency, 2020)
Sumber:
1. Baker (2022): Is Drinking Rainwater Safe?, diperoleh melalui situs internet: https://www.livescience.com/is-drinking-rainwater-safe.
2. Bayu, D. J. (2021): Sebagian Besar Masyarakat Indonesia Minum Air Isi Ulang pada 2020, diperoleh melalui situs internet: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/05/sebagian-besar-masyarakat-indonesia-minum-air-isi-ulang-pada-2020.
3. Dionisio, Chloe (2022): All Rainwater is Unsafe to Drink According to Study, diperoleh melalui situs internet: https://www.discovery.com/science/unsafe-drinking-levels-in-rainwater.
4. Hill, Ansley (2020): Can You Drink Rainwater, and Should You?, diperoleh melalui situs internet: https://www.healthline.com/nutrition/can-you-drink-rain-water.
5. Kapita, H., Rahman, I. H. A., Idrus, S., & Loby, N. (2022): Teknologi Pemanfaatan Air Hujan dengan Sistem Saringan Pasir Lambat. Jurnal Teknik SILITEK, 1(02), 135–144.
6. Khayan, Husodo, A. H., Astuti, I., Sudarmadji, Djohan, T. S. (2019): Rainwater as a Source of Drinking Water: Health Impacts and Rainwater Treatment, Journal of Environmental and Public Health, Volume 2019.
7. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2018): Menampung Air Hujan Untuk Air Minum, diperoleh melalui situs internet: http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=detail_news&newsid=432.
8. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (2015): Masyarakat Pulau Maratua Masih Bergantung Air Hujan, diperoleh melalui situs internet: https://www.kaltimprov.go.id/berita/masyarakat-pulau-maratua-masih-bergantung-air-hujan.
9. Permana, Adi (2021): Bahaya PFAS Jika Masuk ke Tubuh Manusia, diperoleh melalui situs internet: https://www.itb.ac.id/berita/bahaya-pfas-jika-masuk-ke-tubuh-manusia/58095.
10. USAID IUWASH (2023): Widarningsih: Pejuang Air Minum dan Sanitasi dari Kubu Raya, diperoleh melalui situs internet: https://iuwashtangguh.or.id/widarningsih-pejuang-air-minum-dan-sanitasi-dari-kubu-raya/.
Kredit Foto:
1. European Environment Agency (2020): Effects of PFAS on Human Health, diperoleh melalui situs internet: https://www.eea.europa.eu/signals/signals-2020/infographics/effects-of-pfas-on-human-health/view.
2. Getty Images Signature dalam Canva Pro.
3. Nurhikmah, Siti (2022): Wajib Tahu! Ini 5 Jenis Saluran Air Hujan Biar Rumah Nggak Becek, diperoleh melalui situs internet: https://artikel.rumah123.com/wajib-tahu-ini-5-jenis-saluran-air-hujan-biar-rumah-nggak-becek-110174
Ditulis oleh:
Deviana Matudilifa Yusuf
Is Rainwater Drinkable?
Have you ever used rainwater for drinking? Unlike surface water and groundwater, Indonesians rarely use rainwater for drinking. To learn more, click here. Kubu Raya (West Kalimantan), West Kotawaringin (Central Kalimantan), Maratua Island (East Kalimantan), and Morotai Island (North Maluku) are just a few examples of places where rainwater is used for daily drinking (USAID IUWASH, 2023; KLHK, 2018; Provincial Government of East Kalimantan, 2015; Kapita et al., 2022). According to the Central Bureau of Statistics (2020) cited in Bayu (2021), 2,18 percent of Indonesian households rely on rainwater as their primary drinking water supply.
Figure 1. Percentage of households by main drinking water source (Bayu, 2021, based on Central Bureau of Statistics, 2020)
Is the consumption of rainwater dangerous?
In fact, rainwater can be used for drinking if it is clean and satisfies the quality standards for drinking water. A number of physical and environmental factors, however, can rapidly transform pure, fresh rainwater into a potential health hazard (Hill, 2020). According to the Centers for Disease Control and Prevention (CDC), some contaminants such as bacteria, viruses, parasites, dust, smoke particles, and other chemicals can end up in rainwater. Animal traces, such as bird droppings, can contaminate rainwater collected through a roof, for instance. In addition, rainwater collected through a zinc roof can be contaminated with heavy metal lead because lead is a component of zinc roof coatings (Baker, 2022). This phenomenon of rainwater contamination by lead has also been observed in West Kalimantan, according to Khayan et al. (2019). Additionally, Khayan et al. (2019) reported that air quality can impact the quality of rainwater. Air pollution can make rainwater acidic and laden with heavy metals (Hill, 2020; Khayan, 2019).
Figure 2. Rainwater collection system through a house's roof (Nurhikmah, 2022)
It is not recommended to use rainwater directly for drinking water. When using rainwater for drinking, several factors must be considered, including (a) the level of air pollution, (b) the method of rainwater collection, (c) the method of rainwater treatment, and (d) the method of rainwater storage. According to the Centers for Disease Control and Prevention (CDC), rainwater collected for consumption must undergo multiple stages, including filtration, disinfection, and routine testing. If this succession of processes cannot be completed, rainwater should only be used for gardening, laundry, or bathing (Hill, 2020).
The Findings of Recent Studies
Stockholm University and ETH Zurich researchers discovered that all rainwater on Earth is unsafe to drink due to high levels of PFAS (polyfluoroalkyl substances) or toxic compounds. PFAS were initially discovered in detergent, packaging, and cosmetics. However, PFAS have recently begun to widely spread due to their extensive use in the electronics, automotive, and health industries (Tang in Permana, 2021). In the investigation, Cousins and his team conducted rainwater quality tests in remote regions such as Antarctica and the Tibetan plateau. According to the findings of this study, the concentration of PFAS in this region is fourteen times higher than what is recommended by the US EPA (United States Environmental Protection Agency). Cousins noted, "There is nowhere on earth where the rain would be safe to drink, according to the measurements that we have taken." (Dionisio, 2022). PFAS can pose health risks. According to Dionisio (2022) and Tang in Permana (2021), PFAS has been linked to a variety of serious health issues, such as cancer, thyroid hormone disorders, behavioral and learning problems in childhood, complications of infertility and pregnancy, immune system issues, and high cholesterol. In addition, Figure 3 depicts the effect of PFAS on human health.
The use of rainwater for drinking should be avoided, as it is regarded as quite dangerous. Therefore, we must seek out alternative sources of water that are of higher quality.
Figure 3. PFAS effects on human health (European Environment Agency, 2020)
Sources:
1. Baker (2022): Is Drinking Rainwater Safe?, obtained through the internet site: https://www.livescience.com/is-drinking-rainwater-safe.
2. Bayu, D. J. (2021): Sebagian Besar Masyarakat Indonesia Minum Air Isi Ulang pada 2020, obtained through the internet site: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/05/sebagian-besar-masyarakat-indonesia-minum-air-isi-ulang-pada-2020.
3. Dionisio, Chloe (2022): All Rainwater is Unsafe to Drink According to Study, obtained through the internet site: https://www.discovery.com/science/unsafe-drinking-levels-in-rainwater.
4. Hill, Ansley (2020): Can You Drink Rainwater, and Should You?, obtained through the internet site: https://www.healthline.com/nutrition/can-you-drink-rain-water.
5. Kapita, H., Rahman, I. H. A., Idrus, S., & Loby, N. (2022): Teknologi Pemanfaatan Air Hujan dengan Sistem Saringan Pasir Lambat. Jurnal Teknik SILITEK, 1(02), 135–144.
6. Khayan, Husodo, A. H., Astuti, I., Sudarmadji, Djohan, T. S. (2019): Rainwater as a Source of Drinking Water: Health Impacts and Rainwater Treatment, Journal of Environmental and Public Health, Volume 2019.
7. KLHK (2018): Menampung Air Hujan Untuk Air Minum, obtained through the internet site: http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=detail_news&newsid=432.
8. Provincial Government of East Kalimantan (2015): Masyarakat Pulau Maratua Masih Bergantung Air Hujan, obtained through the internet site: https://www.kaltimprov.go.id/berita/masyarakat-pulau-maratua-masih-bergantung-air-hujan.
9. Permana, Adi (2021): Bahaya PFAS Jika Masuk ke Tubuh Manusia, obtained through the internet site: https://www.itb.ac.id/berita/bahaya-pfas-jika-masuk-ke-tubuh-manusia/58095.
10. USAID IUWASH (2023): Widarningsih: Pejuang Air Minum dan Sanitasi dari Kubu Raya, obtained through the internet site: https://iuwashtangguh.or.id/widarningsih-pejuang-air-minum-dan-sanitasi-dari-kubu-raya/.
Photo Credits:
1. European Environment Agency (2020): Effects of PFAS on Human Health, obtained through the internet site: https://www.eea.europa.eu/signals/signals-2020/infographics/effects-of-pfas-on-human-health/view.
2. Getty Images Signature in Canva Pro.
3. Nurhikmah, Siti (2022): Wajib Tahu! Ini 5 Jenis Saluran Air Hujan Biar Rumah Nggak Becek, obtained through the internet site: https://artikel.rumah123.com/wajib-tahu-ini-5-jenis-saluran-air-hujan-biar-rumah-nggak-becek-110174.
Written by:
Deviana Matudilifa Yusuf
Translated by:
Lely Lydia Rahmawati
#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply
#airhujan #rainwater #airminum #drinkingwater #PFAS
Available in English
24/A-NUWSP/Agustus/2023
Salah satu prioritas utama yang perlu diperhatikan dalam kegiatan konstruksi NUWSP adalah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dalam pelaksanaannya, SMK3 mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk menjamin terwujudnya “keselamatan konstruksi” (Kementerian PUPR, 2021). Hal ini berkaitan dengan pemenuhan standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan. Harapannya, setiap implementasi kegiatan NUWSP dapat memperhatikan SMKK agar zero accident (nihil kecelakaan) pada penyelenggaraan konstruksi dapat terwujud.
Penyedia jasa konstruksi NUWSP Kabupaten Tulungagung telah berkomitmen untuk mewujudkan keselamatan konstruksi melalui Pakta Komitmen Keselamatan Konstruksi. Pakta komitmen ini memuat kesanggupan penyedia jasa dalam: (a) memenuhi ketentuan keselamatan konstruksi; (b) menggunakan tenaga kerja kompeten bersertifikat; (c) menggunakan peralatan yang memenuhi standar kelaikan; (d) menggunakan material yang memenuhi standar mutu; (e) menggunakan teknologi yang memenuhi standar kelaikan; (f) melaksanakan Standar Operasi dan Prosedur (SOP); serta (g) memenuhi 9 (sembilan) komponen biaya SMKK (Kementerian PUPR, 2019). Untuk menerapkan SMKK, penyedia jasa konstruksi NUWSP Kabupaten Tulungagung menyiapkan beberapa hal yang meliputi:
1. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK);
2. Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL);
3. Rencana Manajemen Lalu Lintas Pekerjaan (RMLLP);
4. Sosialisasi, promosi, dan pelatihan;
5. Alat pelindung kerja (APK) dan alat pelindung diri (APD);
6. Asuransi dan perizinan;
7. Personil keselamatan konstruksi;
8. Fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan;
9. Rambu dan perlengkapan lalu lintas yang diperlukan untuk manajemen lalu lintas; serta
10. Kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian risiko keselamatan.
Gambar 1. Penggunaan APD yang lengkap pada kegiatan konstruksi NUWSP Kabupaten Tulungagung
Penerapan SMKK selama kegiatan konstrusi telah dianggarkan dan direalisasikan oleh penyedia jasa konstruksi NUWSP Kabupaten Tulungagung. Salah satu sasaran keselamatan konstruksi adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dan orang lainnya di tempat kerja konstruksi (formal dan informal). Untuk mencapai sasaran tersebut, penyedia jasa mengadakan kegiatan sosialisasi, promosi, dan pelatihan, yang meliputi beberapa program seperti:
1. Induksi keselamatan konstruksi (safety induction)
Kegiatan penjelasan dan pengarahan tentang keselamatan konstruksi yang berkaitan dengan metode pelaksanaan, potensi bahaya, pengendalian bahaya, tanggap darurat, dan cara-cara penyelamatan pada kegiatan. Kegiatan induksi keselamatan konstruksi ini ditujukan kepada pekerja maupun pengunjung.
2. Pertemuan pagi hari (safety briefing)
Safety breifing dilakukan pada pagi hari sebelum bekerja selama 10 sampai dengan 15 menit. Kegiatan ini bertujuan untuk menjelaskan informasi keselamatan secara periodik ke seluruh tingkat pekerja. Selain itu, safety briefing dilakukan sebagai bentuk pembiasaan kondisi keselamatan konstruksi yang aman; sikap dan perilaku kerja bermutu, efisiensi, serta konsisten.
Gambar 2. Pekerja NUWSP Kabupaten Tulungagung melakukan safety breifing di Gudang Pipa Kecamatan Rejotangan
3. Pertemuan kelompok kerja (safety talk dan/atau toolbox meeting)
Toolbox meeting dilakukan oleh internal kelompok kerja setiap sebulan sekali untuk meningkatkan pemeliharaan kondisi keselamatan konstruksi yang aman serta pemeliharaan sikap dan perilaku kerja bermutu dan efisien. Pada 26 Juni 2023, toolbox meeting dilakukan dengan kegiatan senam pagi bersama para pekerja konstruksi di Gudang Pipa Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung. Kegiatan ini merupakan bentuk pencegahan kecelakaan kerja dengan meningkatkan kesehatan pekerja, sehingga bisa berdampak pada peningkatan produktivitas kerja.
Gambar 3. Pekerja NUWSP Kabupaten Tulungagung melakukan senam pagi di Gudang Pipa Kecamatan Rejotangan
4. Patroli keselamatan konstruksi
Kegiatan ini dilakukan oleh petugas safety patrol. Para petugas akan melakukan inspeksi di lokasi proyek. Mereka bertugas untuk melihat keadaan atau item pekerjaan yang sedang dilaksanakan serta kondisi pekerja untuk melihat potensi penyebab terjadinya kecelakaan. Petugas safety patrol juga melakukan upaya antisipasi agar kecelakaan tersebut tidak terjadi. Petugas safety patrol juga akan memantau pekerja agar selalu mengenakan alat pelindung diri dengan lengkap sesuai dengan item pekerjaan serta kondisi area yang sedang dilaksanakan.
5. Pelatihan keselamatan konstruksi
Pelatihan keselamatan konstruksi telah dijadwalkan oleh penyedia jasa konstruksi NUWSP Kabupaten Tulungagung sebagai upaya pembinaan keselamatan kerja terhadap karyawan agar dapat meminimalkan/meniadakan keadaan yang berbahaya di tempat kerja. Pembinaan keselamatan kerja dapat dilakukan di dalam ruangan (indoor safety development) atau praktik di lapangan (outdoor safety development) oleh safety officer sebagai penanggung jawab kegiatan ini. Topik yang akan dibahas dalam pelatihan keselamatan konstruksi meliputi analisis keselamatan pekerjaan, perilaku berbasis keselamatan, dan pelatihan penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
6. Spanduk, papan informasi K3, dan poster
Kegiatan NUWSP Kabupaten Tulungagung telah dilengkapi dengan (a) papan informasi K3 yang berisi kinerja K3 dan informasi K3 lainnya; (b) papan informasi pekerjaan dan potensi bahaya pada setiap lokasi kerja; serta (c) rambu dan banner sesuai dengan potensi bahaya pada lokasi kerja. Penggunaan spanduk, papan informasi K3, dan poster sebagai salah satu sarana diharapkan dapat meminimalkan/meniadakan keadaan berbahaya di tempat kerja yang bisa langsung berdampak pada pekerja ataupun masyarakat di sekitar kegiatan konstruksi.
Gambar 4. Inspection engineer HSE penyedia jasa NUWSP Kabupaten Tulungagung menambahkan stiker/poster potensi bahaya pada alat berat yang digunakan (area blind spot)
Implementasi keselamatan konstruksi memiliki peran yang penting di dalam setiap proses penyelenggaraan konstruksi. Komitmen dari berbagai pihak terkait diperlukan agar keselamatan konstruksi dapat terwujud. Harapannya, kegiatan NUWSP Kabupaten Tulungagung dapat mengimplementasikan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) secara konsisten hingga nantinya penyelenggaraan konstruksi dapat berjalan aman dan zero accident dapat terwujud.
Sumber:
1. Dokumentasi NUWSP.
2. Dokumentasi Penyedia Jasa Konstruksi NUWSP Kabupaten Tulungagung.
3. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2019): Pelatihan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) Modul 3 Pengetahuan Dasar Keselamatan Konstruksi, diperoleh melalui situs internet: https://simantu.pu.go.id/epel/edok/fc523_Modul_3_Pengetahuan_Dasar_Keselamatan_Konstruksi.pdf.
4. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2019): Pelatihan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) Modul 4 Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK), diperoleh melalui situs internet: https://simantu.pu.go.id/epel/edok/a44a2_Modul_4_Sistem_Manajemen_Keselamatan_Konstruksi__SMKK_.pdf.
5. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2021): Penyedia Jasa Wajib Memasukan Biaya Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, diperoleh melalui situs internet: https://binakonstruksi.pu.go.id/informasi-terkini/sekretariat-direktorat-jenderal/penyedia-jasa-wajib-memasukan-biaya-sistem-manajemen-keselamatan-konstruksi/.
6. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2021): Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi.
7. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2022): Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi Modul 6 Dasar-Dasar Keselamatan Konstruksi, diperoleh melalui situs internet: https://temank3.com/wp-content/uploads/2022/06/Modul-6-Dasar-Dasar-Keselamatan-Konstruksi_20220228.pdf.
8. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2022): Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi Modul 7 Manajemen Lingkungan, Kesehatan, dan Hygiene, diperoleh melalui situs internet: https://temank3.com/wp-content/uploads/2022/06/Modul-7-Manajemen-Lingkungan-Kesehatan-dan-Hygiene_202205.pdf.
Ditulis oleh:
Ririn Okatia
Niken Seqip Dhewantari
Deviana Matudilifa Yusuf
Realizing Zero Accident in NUWSP Construction Implementation in Tulungagung Regency
The Occupational Health and Safety Management System (OHSMS) is one of the top priorities requiring consideration in NUWSP construction activities. In its implementation, OHSMS refers to the Minister of Public Works and Housing (PUPR) Regulation No. 10 of 2021 related to Guidelines for Construction Safety Management Systems. The Construction Safety Management System (SMKK) is a component of the construction management system intended to ensure "construction safety" (Ministry of PUPR, 2021). This pertains to meeting standards for security, safety, health, and sustainability. Hopefully, every implementation of NUWSP activities will give attention to SMKK, in order to accomplish zero accidents construction implementation.
NUWSP construction service provider in Tulungagung Regency has committed to achieving construction safety through the Construction Safety Commitment Pact. The ability of service providers to: (a) comply with construction safety requirements; (b) use a certified competent workforce; (c) use equipment that meets eligibility standards; (d) use materials that meet quality standards; (e) use technology that meets eligibility standards; (f) implement Standard Operations and Procedures (SOP); and (g) fulfill 9 (nine) SMKK cost components are included in this commitment pact (Ministry of PUPR, 2019). The Tulungagung Regency NUWSP construction service provider planned numerous things to implement the SMKK, including:
1. Construction safety plan (RKK);
2. Environmental management and monitoring work plan (RKPPL);
3. Work traffic management plan (RMLLP);
4. Socialization, promotion, and training;
5. Work protective equipment (APK) dan personal protective equipment (PPE);
6. Insurance and permitting;
7. Construction safety personnel;
8. Facilities, infrastructure, and medical devices;
9. Traffic signs and equipment needed for traffic management; as well as
10. Activities and equipment related to safety risk control.
Figure 1. Applying complete PPE in NUWSP construction activities in Tulungagung Regency
The service provider of NUWSP Tulungagung Regency budgeted for and implemented the SMKK during the construction. One of the goals of construction safety is to protect workers' and other people's safety and health in construction workplaces (both formal and informal). To attain this goal, service providers participate in socialization, promotion, and training initiatives that involve a variety of programs such as:
1. Safety induction
Explanation and briefing activities concerning construction safety, including implementation methods, possible risks, risk management, emergency response, and methods for rescuing the activity. This safety induction is intended for both employees and visitors.
2. Safety briefing
Before beginning work, a safety briefing is conducted for 10 to 15 minutes. The objective of this activity is to periodically convey safety information to all levels of employees. Furthermore, a safety briefing is conducted as a form of habituation to safe construction safety conditions; quality, efficiency, and consistency in work attitude and behavior.
Figure 2. NUWSP workers in Tulungagung Regency conduct a safety briefing at the Pipe Warehouse in Rejotangan District
3. Safety talk and/or toolbox meeting
The internal working group holds toolbox meetings once a month to improve the maintenance of safe construction safety conditions as well as the maintenance of quality and efficient work attitudes and behavior. On June 26, 2023, a toolbox meeting through morning exercise with construction employees was conducted at the Pipe Warehouse, Rejotangan District, Tulungagung Regency. This activity is a type of work accident prevention via improving worker health, that can have an impact on increasing work productivity.
Figure 3. NUWSP workers in Tulungagung Regency do morning exercise at the Pipe Warehouse in Rejotangan District
4. Construction safety patrols
Safety patrol officers are in charge of this task. The officers will conduct inspections at the construction site. They are entrusted with inspecting of work being performed, as well as the workers' conditions, to identify probable causes of accidents. Safety patrol officers also make proactive attempts to avoid these accidents. They will also monitor workers to ensure that they are always wearing appropriate personal protection equipment for the job at hand and the condition of the work location.
5. Construction safety training
The service provider of NUWSP Tulungagung Regency has arranged construction safety training in an effort to develop work safety for employees in order to minimize/eliminate dangerous conditions in the workplace. The safety officer, as the person in charge of this activity, can conduct occupational safety coaching indoors (indoor safety development) or in the field (outdoor safety development). Job safety analysis, safety-based behavior, and training in the use of Light Fire Extinguishers (APAR) are among the topics that will be covered in construction safety training.
6. Banners, OHS information boards, and posters
NUWSP activities in Tulungagung Regency have (a) OHS information boards containing OHS performance and other OHS information; (b) job information and potential hazards boards at each work location; and (c) signs and banners corresponding to the potential hazards at the work location. The usage of banners, OHS information boards, and posters in the workplace are supposed to reduce/eliminate hazardous circumstances that can directly affect workers or the community surrounding construction activity.
Figure 4. HSE inspection engineer of NUWSP Tulungagung Regency service provider adds a potential hazard sticker/poster to the heavy equipment used (blind spot area)
The implementation of construction safety is crucial in all phases of construction implementation. For construction safety to be realized, numerous linked parties must commit. The objective is that NUWSP activities in Tulungagung Regency would constantly execute the Construction Safety Management System (SMKK), allowing future projects to function smoothly and with zero accidents.
Sources:
1. Documentation of NUWSP Tulungagung Regency Service Provider.
2. Ministry of Public Works and Housing (2019): Pelatihan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) Modul 3 Pengetahuan Dasar Keselamatan Konstruksi, obtained through the internet site: https://simantu.pu.go.id/epel/edok/fc523_Modul_3_Pengetahuan_Dasar_Keselamatan_Konstruksi.pdf.
3. Ministry of Public Works and Housing (2019): Pelatihan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) Modul 4 Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK), obtained through the internet site: https://simantu.pu.go.id/epel/edok/a44a2_Modul_4_Sistem_Manajemen_Keselamatan_Konstruksi__SMKK_.pdf.
4. Ministry of Public Works and Housing (2021): Penyedia Jasa Wajib Memasukan Biaya Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, obtained through the internet site: https://binakonstruksi.pu.go.id/informasi-terkini/sekretariat-direktorat-jenderal/penyedia-jasa-wajib-memasukan-biaya-sistem-manajemen-keselamatan-konstruksi/.
5. Ministry of Public Works and Housing (2021): Minister of Public Works and Housing Regulation No. 10 of 2021.
6. Ministry of Public Works and Housing (2022): Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi Modul 6 Dasar-Dasar Keselamatan Konstruksi, obtained through the internet site: https://temank3.com/wp-content/uploads/2022/06/Modul-6-Dasar-Dasar-Keselamatan-Konstruksi_20220228.pdf.
7. Ministry of Public Works and Housing (2022): Bimbingan Teknis Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi Modul 7 Manajemen Lingkungan, Kesehatan, dan Hygiene, obtained through the internet site: https://temank3.com/wp-content/uploads/2022/06/Modul-7-Manajemen-Lingkungan-Kesehatan-dan-Hygiene_202205.pdf.
8. NUWSP Documentation.
Written by:
Ririn Okatia
Niken Seqip Dhewantari
Deviana Matudilifa Yusuf
Translated by:
Lely Lydia Rahmawati
#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply
#nuwsptulungagung #kabupatentulungagung #pemdatulungagung #pdamtulungagung #zeroaccident #nihilkecelakaan #SMK3 #SMKK #HSE
Available in English
23/B-NUWSP/Juli/2023
Setiap harinya, kita menggunakan air untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan berbagai keperluan lainnya. Tentu banyak dari kita yang memanfaatkan air yang didistribusikan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Bagaimana PDAM mengolah air baku hingga menjadi air dengan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang mumpuni hingga siap digunakan? Marilah kita simak penjelasan-penjelasan berikut.
Pengolahan air yang dilakukan PDAM dapat bervariasi tergantung dari jenis dan kualitas air baku yang digunakan. Air yang kita gunakan dapat bersumber dari air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut. Simak penjelasan selengkapnya di sini. Air permukaan sebagai sumber air baku masih menjadi pilihan utama bagi PDAM saat ini (PII dalam Djoko, 2016). Meski bervariasi, secara umum proses pengolahan air permukaan yang dilakukan oleh PDAM dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Unit pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) (BSN, 2008)
Koagulasi
Air baku seperti air permukaan dan air tanah tentu mengandung partikel-partikel pengotor, salah satunya Total Suspended Solid (TSS). TSS umumnya melayang di dalam air karena bermuatan negatif dan saling tolak menolak satu sama lain, sehingga sulit untuk disatukan dan diendapkan (Beta, 2022; Rachmania, 2020). Untuk itu, diperlukan pengolahan yang memungkinkan partikel pengotor tersebut dapat menggumpal dan mengendap sehingga lebih mudah dipisahkan.
Koagulasi merupakan proses pencampuran air baku dengan bahan kimia (koagulan) sehingga membentuk campuran yang homogen. Unit koagulasi juga sering disebut unit pengadukan cepat karena pada prosesnya, pengadukan cepat dilakukan untuk mempercepat dan menyeragamkan penyebaran koagulan pada air yang diolah. Ketika air baku bercampur dengan koagulan, partikel pengotor yang semula bermuatan negatif akan dinetralkan. Muatan netral pada partikel pengotor terjadi karena adanya gaya tarik menarik antara partikel pengotor dan koagulan. Lama kelamaan, partikel pengotor ini akan berkumpul dan membentuk gumpalan kecil (mikroflok) (Malida, 2006; Rachmania, 2020). Ilustrasi pengikatan partikel pengotor oleh koagulan menjadi mikroflok dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Ilustrasi pengikatan partikel pengotor oleh koagulan (Risdianto, 2007 dalam Rachmania, 2020)
Flokulasi
Air baku yang telah diolah melalui proses koagulasi selanjutnya akan masuk pada unit flokulasi. Pada unit ini, mikroflok yang sudah terbentuk akan menggumpalkan partikel pengotor menjadi flok-flok yang lebih besar dengan bantuan pengadukan lambat (slow mixing). Flok-flok yang lebih besar nantinya dapat diendapkan di unit sedimentasi (Setyawati dkk., 2018 dalam Rachmania, 2020). Ilustrasi penggumpalan mikroflok menjadi flok yang lebih besar yang dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Ilustrasi penggumpalan mikroflok menjadi flok yang lebih besar (Risdianto, 2007 dalam Rachmania, 2020)
​​​​​​​​​​​​​​Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses untuk memisahkan partikel yang terkandung di dalam air dengan cara pengendapan melalui pengaruh gravitasi (Dewi, 2012). Pada tahap ini, flok yang telah terbentuk pada proses koagulasi dan flokulasi akan mengendap. Menurut The Indonesian Public Health Portal (2023), proses ini bertujuan untuk mereduksi bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan air dan dapat juga berfungsi mereduksi kandungan mikrorganisme patogen tertentu dalam air.
Disinfeksi
Disinfeksi merupakan proses untuk membunuh berbagai mikroorganisme yang terkandung di dalam air (Priambodo, 2016). Disinfeksi dilakukan agar syarat mikrobiologi untuk kualitas air minum dapat terpenuhi karena proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi masih dapat meloloskan bakteri/mikroorganisme yang tidak diharapkan (The Indonesian Public Health Portal, 2023). Razif (1985) dalam The Indonesian Public Health Portal (2023) mengemukakan bahwa disinfeksi dapat dilakukan dengan cara pemanasan, penggunaan klor, penambahan ozon, penggunaan sinar ultra violet, dan pemberian getaran ultrasonik.
Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan adalah proses dimana air dibersihkan dengan cara pengaliran melalui bahan yang berpori. Pada tahap ini, flok-flok halus yang masih lolos pada tahap sedimentasi akan tersaring. Filtrasi dapat terjadi karena adanya tahanan dari butiran media terhadap partikel pengotor. Beberapa jenis filter yang dapat digunakan pada proses filtrasi di antaranya: saringan pasir cepat, saringan pasir lambat, filter karbon, dan filter membran (Dokumentasi NUWSP; Malida, 2006).
Reservoir
Setelah diolah, air akan ditampung dalam penampungan sementara yang disebut reservoir. Fungsi utama dari reservoir adalah untuk menyeimbangkan antara debit produksi dengan debit pemakaian air sehingga kuantitas dan kontinuitas pada penyediaan air dapat terpenuhi.
Gambar 4. Contoh unit (a) koagulasi, (b) flokulasi, (c) sedimentasi, dan (d) filtrasi pada IPA
Itulah tadi rangkaian proses yang secara umum dilakukan PDAM dalam mengolah air. IPA adalah salah satu hal yang penting untuk menjamin kualitas dalam penyediaan air sehingga hak masyarakat atas air dapat terpenuhi.
Sumber:
1. Beta (2022): Koagulasi, Flokulasi, dan Clarifier, diperoleh melalui situs internet: https://beta.co.id/id/koagulasi-flokulasi-dan-clarifier/
2. BSN (2008): SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi unit paket instalasi pengolahan air, diperoleh melalui situs internet: http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/29544_SNI-6773_2008-1_Spesifikasi-unit-paket-instalasi-pengolahan-air.pdf.
3. Dewi, S.R. (2012): Koagulasi-Flokulasi, diperoleh melalui situs internet: http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/SRD_koagulasi-flokulasi.pdf.
4. Djoko (2016): Sumber Air Baku Untuk Air Minum, diperoleh melalui situs internet: http://research.eng.ui.ac.id/news/read/47/sumber-air-baku-untuk-air-minum.
5. Dokumentasi NUWSP.
6. Malida, M. (2006): Efektifitas Horizontal Flow Roughing Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Suspended Solid (TSS) pada Air Permukaan, Skripsi Program Sarjana, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
7. Priambodo, E. A. (2016): Perancangan Unit Bangunan Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Skripsi Program Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
8. Rachmania, K.A. (2020): Efektivitas Kombinasi Serbuk Biji Kelor (Moringa Oleifera L.) dengan Serbuk Biji Flamboyan (Delonix Regia R.) Sebagai Koagulan Alami Untuk Menurunkan BOD, COD, TSS, dan Kekeruhan pada Limbah Cair Industri Tahu, Skripsi Program Sarjana, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya.
9. The Indonesian Public Health Portal (2023): Proses Pengolahan Air, diperoleh melalui situs internet: https://www.indonesian-publichealth.com/proses-pengolahan-air/.
Kredit Foto:
Getty Images dalam Canva Pro
Ditulis oleh:
Deviana Matudilifa Yusuf
How Does PDAM Manage Water?
We utilize water every day for drinking, cooking, bathing, washing, and a variety of other uses. Certainly, many of us use the water distributed by the local government-owned water utility (PDAM). How does PDAM transform raw water so that it becomes water that has the required quality, quantity, and continuity until it becomes ready to use? Let's have a look at the various explanations that follow.
PDAM's water treatment methods are adjustable to the type and quality of raw water used. Raw water can be originated from surface water, groundwater, rainwater, and seawater. The whole explanation can be found here. Surface water is still the most preferred source of raw water for PDAMs at this time (PII in Djoko, 2016). Although it varies, in general, the surface water treatment process carried out by PDAM can be seen in Figure 1.
Figure 1. Units in a Water Treatment Plant (WTP) (BSN, 2008)
Coagulation
Raw water such as surface water and groundwater contains impurities, including Total Suspended Solid (TSS). TSS generally floats in water because it is negatively charged and repels one another, making collection and deposit difficult (Beta, 2022; Rachmania, 2020). As a result, processing is required to allow the impurities to agglomerate and settle, allowing them to be separated more easily.
Coagulation is the process of combining raw water with chemicals (coagulants) to create a homogenous mixture. The coagulation unit is also known as the rapid-mixing unit since rapid-stirring is used in the process to instantly and evenly distribute the coagulant in the treated water. The negatively charged impurities will be neutralized when the raw water is mixed with the coagulant. The impurities acquire a neutral charge due to their attractive force with the coagulant. These impurities will aggregate and form small clumps (microflocs) over time (Malida, 2006; Rachmania, 2020). Figure 2 shows an illustration of the coagulant binding impurities into microflocs.
Figure 2. Illustration of the coagulant binding impurities (Risdianto, 2007 in Rachmania, 2020)
Flocculation
The flocculation unit will receive raw water that has been treated through the coagulation process. Within this unit, the microflocs that have been generated will agglomerate impurities, resulting in the formation of larger flocs through the help of a slow-mixing process. Larger flocs may potentially settle in the sedimentation unit (Setyawati et al., 2018 in Rachmania, 2020). Figure 3 provides an illustration of microflocs clumping into larger flocs.
Figure 3. Illustration of microflocs clumping into larger flocs (Risdianto, 2007 in Rachmania, 2020)
​​​​​​​​​​​​​​Sedimentation
Sedimentation is the separation of particles from water by gravitational settling (Dewi, 2012). The flocs generated during the coagulation and flocculation processes will settle at this point. This process attempts to remove elements that produce water turbidity and may also act to reduce the concentration of some pathogenic microorganisms in water (The Indonesian Public Health Portal, 2023).
Disinfection
Disinfection is the process of killing pathogenic microorganisms in water (Priambodo, 2016). Because the processes of coagulation, flocculation, sedimentation, and filtration can still allow unwanted microorganisms to pass, disinfection is performed to meet the microbiological requirements for the quality of drinking water (The Indonesian Public Health Portal, 2023). According to Razif (1985) in The Indonesian Public Health Portal (2023), disinfection can be accomplished through heating, using chlorine, adding ozone, utilizing UV light, and delivering ultrasonic vibrations.
Filtration
Filtration is the process of cleaning water by passing it through a porous medium. Fine flocs that have passed the sedimentation stage will be filtered out at this stage. Filtration can occur due to the medium grains' resistance to contaminant particles. Rapid sand filters, slow sand filters, carbon filters, and membrane filters are some of the filters that can be used throughout the filtration process (NUWSP Documentation; Malida, 2006).
Reservoir
After treatment, the water will be held in a temporary structure known as a reservoir. The reservoir's primary duty is to balance production discharge with water consumption in order to ensure the quantity and continuity of the water supply.
Figure 4. Example of (a) coagulation, (b) flocculation, (c) sedimentation, and (d) filtration units in WTP
That is a set of processes that PDAM usually takes when treating water. WTP is one of the most important things that needs to be done to make sure water quality so that people can have their right to water met.
Sources:
1. Beta (2022): Koagulasi, Flokulasi, dan Clarifier, obtained through the internet site: https://beta.co.id/id/koagulasi-flokulasi-dan-clarifier/
2. BSN (2008): SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi unit paket instalasi pengolahan air, obtained through the internet site: http://water.lecture.ub.ac.id/files/2012/05/29544_SNI-6773_2008-1_Spesifikasi-unit-paket-instalasi-pengolahan-air.pdf.
3. Dewi, S.R. (2012): Koagulasi-Flokulasi, obtained through the internet site: http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/03/SRD_koagulasi-flokulasi.pdf.
4. Djoko (2016): Sumber Air Baku Untuk Air Minum, obtained through the internet site: http://research.eng.ui.ac.id/news/read/47/sumber-air-baku-untuk-air-minum.
5. Malida, M. (2006): Efektifitas Horizontal Flow Roughing Filter dalam Menurunkan Kekeruhan dan Total Suspended Solid (TSS) pada Air Permukaan, Undergraduate Thesis, Islamic University of Indonesia, Yogyakarta.
6. NUWSP Documentation.
7. Priambodo, E. A. (2016): Perancangan Unit Bangunan Pengolahan Air Minum Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Undergraduate Thesis, Sepuluh Nopember Institute of Technology, Surabaya.
8. Rachmania, K.A. (2020): Efektivitas Kombinasi Serbuk Biji Kelor (Moringa Oleifera L.) dengan Serbuk Biji Flamboyan (Delonix Regia R.) Sebagai Koagulan Alami Untuk Menurunkan BOD, COD, TSS, dan Kekeruhan pada Limbah Cair Industri Tahu, Undergraduate Thesis, Sunan Ampel State Islamic University, Surabaya.
9. The Indonesian Public Health Portal (2023): Proses Pengolahan Air, obtained through the internet site: https://www.indonesian-publichealth.com/proses-pengolahan-air/.
Photo Credit:
Getty Images in Canva Pro
Written by:
Deviana Matudilifa Yusuf
Translated by:
Lely Lydia Rahmawati
#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply
#airminum #drinkingwater #IPA #WTP #koagulasi #coagulation #flokulasi #flocculation #sedimentasi #sedimentation #disinfeksi #disinfection #filtrasi #filtration #reservoir
Available in English
22/A-NUWSP/Juli/2023
Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan salah satu lokasi yang mendapatkan bantuan stimulan program NUWSP tahun 2020. Kegiatan konstruksi NUWSP di Kabupaten Bengkulu Tengah dimulai pada tanggal 22 Maret 2021 dan telah selesai pada tanggal 31 Desember 2021. Setelah dibangun, infrastruktur penyediaan air minum tersebut akan didukung keberfungsiannya dengan Sambungan Rumah (SR), yang merupakan salah satu outcome program NUWSP. Pada bulan Desember 2022, realisasi pencapaian outcome program NUWSP di Bengkulu Tengah yaitu sebanyak 870 unit SR atau setara dengan 48% dari target 1800 unit SR yang harus dicapai.
Keikutsertaan Perumda Tirta Rafflesia (BUMD Air Minum Kabupaten Bengkulu Tengah) mengikuti program stimulan NUWSP berhubungan erat dengan permasalahan dan isu strategis yang dihadapinya dalam penyediaan air minum. Seperti halnya, permasalahan dan isu strategis pada aspek operasi, antara lain: (1) jam operasional layanan akses air minum belum 24 jam; (2) rendahnya efisiensi produksi (36,29%); (3) rendahnya penggantian meter air pelanggan (0.35% dari jumlah eksisting); (4) aliran air dari intake sering tersumbat sampah saat hujan; (5) kapasitas Instalasi Pengolahan Air (IPA) eksisting tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan air; (6) unit distribusi rentan bocor; (7) tercemarnya sumber air baku; dan (8) tingginya tingkat keluhan masyarakat akan pelayanan air minum, khususnya di Kecamatan Talang Empat. Sedangkan pada aspek pelayanan, permasalahannya yaitu cakupan pelayanan hanya sebesar 25,38% dan pertumbuhan pelanggan menurun dalam 3 tahun terakhir. Selain itu, terdapat pula permasalahan dan isu strategis pada aspek keuangan, antara lain: (1) belum tercapainya tarif full cost recovery; (2) menurunnya tarif rata-rata sebesar 5%; dan (3) menurunnya tingkat efisiensi penagihan selama 3 tahun terakhir.
Dengan isu strategis tersebut, Kabupaten Bengkulu Tengah mengusulkan program NUWSP untuk Optimalisasi SPAM Datar Lebar dengan lingkup kegiatan yang terdiri dari perbaikan intake eksisting, pembangunan IPA baja berkapasitas 20 liter/detik, pembangunan reservoir, dan pembangunan jaringan distribusi utama. Pemerintah Kabupaten Bengkulu Tengah ikut serta mendukung program NUWSP dengan cara mempersiapkan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB). DDUB digunakan untuk pelaksanaan tahun 2021 dan 2022 berupa pembangunan jaringan distribusi bagi dan jaringan distribusi layanan.
Gambar 1. IPA dan reservoir pada optimalisasi SPAM di Bengkulu Tengah
Untuk mendukung keberfungsian infrastruktur yang dibangun pada optimalisasi SPAM Datar Lebar, Kabupaten Bengkulu Tengah memiliki tanggung jawab untuk melakukan perbaikan kualitas layanan pada 3.086 SR dan pengembangan cakupan layanan sebanyak 1.800 SR baru. Hingga bulan Desember tahun 2022, perbaikan kualitas layanan sudah rampung dilakukan namun pengembangan cakupan layanan baru terpasang 870 unit SR baru atau setara dengan 48% dari target yang diharapkan.
Gambar 2. Sosialisasi program NUWSP
Bagi Perumda Tirta Rafflesia, kemarau panjang yang terjadi dari awal hingga pertengahan tahun 2023 merupakan peluang untuk mempercepat penambahan SR baru karena banyak sumur penduduk yang kering dan kualitas air tanah menurun. Hal ini berakibat pada meningkatnya minat masyarakat dalam melakukan pemasangan SR. Untuk calon pelanggan yang kurang mampu membayar biaya pemasangan SR, Perumda Tirta Rafflesia mengadakan program membayar SR dengan cara mengangsur. Masyarakat dapat melakukan angsuran dengan biaya minimal Rp 250.000,00 per bulan. Pada angsuran pertama, masyarakat sudah bisa menikmati air dari program NUWSP. Hingga akhir bulan Mei tahun 2023, total jumlah SR baru yang telah terpasang yaitu sebanyak 1802 unit yang berarti target program NUWSP telah terpenuhi. Keberhasilan ini tidak terlepas dari berbagai strategi dan program yang dilakukan seperti:
1. Kerja sama dengan Pemerintah Daerah dalam rangka sosialisasi program penyerapan manfaat Optimalisasi IPA Datar Lebar di tingkat kecamatan hingga desa;
2. Sosialisasi dan pemasaran SR melalui media cetak dan media sosial hingga door to door;
3. Koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum & Penataan Ruang terkait desa yang belum memiliki jaringan perpipaan sehingga lokasi tersebut dapat masuk dalam lokus desa lokasi pekerjaan DDUB;
4. Melakukan program pemasangan sambungan rumah dengan angsuran 4x bayar; dan
5. Pemanfaatan informasi dari BMKG tentang musim kemarau.
Gambar 3. Jumlah pemasangan SR baru dari bulan Januari 2022-Mei 2023
Sebagai penyedia air minum di Bengkulu Tengah, Perumda Tirta Rafflesia merasakan perubahan akibat hadirnya program NUWSP. Dampak yang dirasakan di antaranya: (1) meningkatnya jam pelayanan hingga 24 jam; (2) meningkatnya tekanan air di daerah pelayanan menjadi di atas 0,7 bar; (3) meningkatnya pemakaian air pelanggan dari 17 m3/pelanggan/bulan menjadi 19 m3/pelanggan/bulan; (4) menurunnya tingkat kehilangan air dari 27,75% menjadi 23,47%; dan (5) meningkatnya pendapatan penjualan air dari Rp 202.806.800,00 per bulan menjadi Rp 302.566.050,00 per bulan.
Untuk memelihara kebermanfaatan program NUWSP di Bengkulu Tengah, Perumda Tirta Rafflesia menjaga kualitas pelayanan air minum dengan kegiatan operasional dan pemeliharaan seperti: (1) meningkatkan jam kerja operator dengan menambah personil serta pemberian insentif; (2) membentuk tim cepat tanggap dalam menangani kebocoran pada jaringan perpipaan; (3) melakukan penanganan cepat, tepat dan akurat terhadap pengaduan pelanggan; (4) menjaga kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan terhadap penyediaan air; serta (5) membentuk tim penagihan per wilayah untuk meningkatkan efisiensi penagihan dan keberlangsungan perusahaan.
Kini, manfaat kegiatan NUWSP telah dirasakan masyarakat, Perumda Tirta Rafflesia, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkulu Tengah. Keberhasilan Kabupaten Bengkulu Tengah dalam memenuhi target outcome program NUWSP tak terlepas dari penyiapan strategi dan program kerja serta didukung oleh komitmen dan kerja keras Perumda Tirta Rafflesia serta stakeholder lainnya yang terlibat.
Sumber:
1. Dokumentasi NUWSP.
2. Dokumentasi Perumda Tirta Rafflesia.
Kredit Foto:
Getty Images dalam Canva Pro
Ditulis oleh:
Defi Kurnia F., S.T., M.M. (Team Leader RMAC-1 NUWSP)
Movizar Apriandi, S.T., M.Ling (Direktur Perumda Tirta Rafflesia Kab. Bengkulu Tengah)
Ferry Yansen, S.Kom (Subbag Perencanaan Perumda Tirta Rafflesia Kab. Bengkulu Tengah)
The Strategy of Central Bengkulu Regency in Achieving the NUWSP Program Outcomes
Central Bengkulu Regency is one of the locations that will benefit from a seed grant of NUWSP program in 2020. The construction of the NUWSP in Central Bengkulu Regency began on March 22, 2021, and ended on December 31, 2021. After construction, the drinking water supply infrastructure will be functionally supported by household connection (SR), that is one of the NUWSP program outcomes. The realization of the NUWSP program’s results in Central Bengkulu Regency in December 2022 was 870 SR units or 48% of the 1800 SR target that had to be attained.
The participation of Perumda Tirta Rafflesia (Central Bengkulu Regency’s Drinking Water BUMD) in the NUWSP seed grant is inseparable to the concerns and strategic issues that it encounters in the provision of drinking water. Similarly, operational strategic problems and issues include: (1) the drinking water services are not yet able to operate for 24 hours (2) low production efficiency (36.29%); (3) low replacement of customer water meters (0,35% of the existing number); (4) the water flow from the intake is frequently blocked with garbage when it rains; (5) the capacity of the existing Water Treatment Plant (WTP) is insufficient to meet water demand; (6) leak-prone distribution unit; (7) polluted raw water sources; and (8) large number of customer complaints about drinking water services, particularly in Talang Empat District. In the service sector, the issue is that service coverage is just 25.38%, and customer increase has dropped over the last three years. Aside from that, there are financial concerns and strategic issues, such as: (1) the full cost recovery rate has not been accomplished; (2) the average tariff has decreased by 5%; and (3) a decrease in billing efficiency over the last three years.
In consideration of this strategic issue, Central Bengkulu Regency proposed the NUWSP program for Optimizing Datar Lebar SPAM, with a scope of activities that includes repairing the existing intake, constructing a steel WTP with a capacity of 20 liters/second, constructing reservoirs, and constructing the main distribution network. Central Bengkulu Government is assisting the NUWSP program by establishing DDUB (local government funds for joint projects). DDUB is used for the construction of the branch distribution network and service pipes in 2021 and 2022.
Figure 1. WTP and reservoir of SPAM optimization in Central Bengkulu
Central Bengkulu Regency is responsible for improving service quality in 3.086 SRs and developing service coverage in 1.800 new SRs to enable the operation of the infrastructure established on Datar Lebar SPAM optimization. Service quality improvement have been completed through December 2002. However, the development of service coverage has only installed 870 new SR units, or 48% of the planned target.
Figure 2. Socialization of NUWSP program
For Perumda Tirta Rafflesia, the long dry season that occurred from early to mid-2023 is an opportunity to accelerate the addition of new SRs because many residents' wells are dry and the quality of groundwater is declining. This resulted in increased public interest in installing SR. For prospective customers who cannot afford to pay for the SR installation fee, Perumda Tirta Rafflesia is holding an SR payment program in installments. The people can make installments with a minimum fee of IDR 250.000,00 per month. In the first installment, people can already enjoy water from the NUWSP program. Until the end of May 2023, the total number of new SRs that has been installed is 1802 units, which means that the NUWSP program target has been met. This success is inseparable from various strategies and programs carried out such as:
1. Collaboration with the Local Government in the context of socializing the program to absorb the benefits of Datar Lebar IPA optimization at the district to village levels;
2. Door-to-door socialization and marketing of SR through print and social media;
3. Coordination with the Office of Public Works and Spatial Planning regarding villages without a pipeline network so that these locations can be added to the village locus where DDUB operates;
4. Conducting a residential connection installation program with four installment payments; and
5. Implementing BMKG information regarding the dry season.
Figure 3. Number of new SR installed from January 2022-May 2023
As a provider of drinking water in Central Bengkulu, Perumda Tirta Rafflesia has witnessed some changes as a result of the NUWSP program. The impacts include: (1) increasing service hours to 24 hours; (2) increasing air pressure in the service area to above 0.7 bar; (3) increasing customer water usage from 17 to 19 m3/customer/month; (4) decreasing NRW (Non-Revenue Water) from 27,75% to 23,47%; and (5) increasing water sales revenue from IDR 202.806.800,00 per month to IDR 302.566.050,00 per month.
For maintaining the benefit of NUWSP program in Central Bengkulu, Perumda Tirta Rafflesia ensures the quality of drinking water services by performing operational and maintenance tasks such as (1) increasing the working hours of operators by adding personnel and providing incentives; (2) forming a rapid response team in dealing with leaks in the pipeline network; (3) responding quickly, precisely, and accurately to customer complaints; (4) maintaining the quality, quantity, and continuity of the water supply; and (5) establishing regional collection teams in order to increase billing efficiency and corporate sustainability.
The people, Perumda Tirta Rafflesia, and Central Bengkulu Government are now reaping the advantages of NUWSP initiatives. The achievement of Central Bengkulu Regency in attaining the NUWSP outcomes is directly linked to the development of strategies and work plans, that are supported through the dedication and hard work of Perumda Tirta Rafflesia and other stakeholders.
Sources:
NUWSP Documentation.
Perumda Tirta Rafflesia Documentation.
Photo Credit:
Getty Images in Canva Pro
Written by:
Defi Kurnia F., S.T., M.M. (RMAC 1 Team Leader)
Movizar Apriandi, S.T., M.Ling (Director of Perumda Tirta Rafflesia)
Ferry Yansen, S.Kom (Planning Department of Perumda Tirta Rafflesia)
Translated by:
Lely Lydia Rahmawati
#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply
#nuwspbengkulutengah #kabupatenbengkulutengah #pemdabengkulutengah #pdambengkulutengah #tirtarafflesia #strategi #strategy #sambunganrumah #sr #householdconnection #airminum #drinkingwater
Available in English
21/B-NUWSP/Juli/2023
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015, Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) merupakan satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air minum. SPAM diselenggarakan agar masyarakat dapat menikmati layanan air minum sehingga haknya atas air minum dapat terpenuhi. Penyelenggaraan SPAM sendiri terdiri atas kegiatan pengembangan dan pengelolaan SPAM. Pengembangan SPAM dapat berupa pembangunan SPAM baru serta peningkatan dan perluasan SPAM eksisting. Sementara pengelolaan SPAM berkaitan dengan kemanfaatan fungsi sarana dan prasarana yang telah tersedia, meliputi operasi dan pemeliharaan, perbaikan, peningkatan sumber daya manusia, serta kelembagaan.
SPAM dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu SPAM jaringan perpipaan (JP) dan SPAM bukan jaringan perpipaan (BJP). Apakah yang dimaksud dengan SPAM JP dan SPAM BJP? Pertanyaan inilah yang akan kita jawab pada uraian selanjutnya.
SPAM Jaringan Perpipaan (JP)
SPAM JP adalah satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air minum yang disalurkan kepada pelanggan melalui sistem perpipaan (Kementerian PUPR, 2016). Berdasarkan CNBC Indonesia (2023), layanan air minum melalui SPAM JP di Indonesia baru menjangkau 20% dari seluruh rumah tangga yang seharusnya dilayani. Angka ini masih terbilang kecil mengingat pemerintah menargetkan seluruh masyarakat Indonesia bisa mencapai akses air minum perpipaan 100% pada tahun 2030 (Nur Aisyah dalam Liputan 6, 2021). Untuk itu, akses SPAM JP di Indonesia perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat mengakses air dengan kualitas yang baik dalam jumlah yang cukup secara kontinu.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 menjelaskan bahwa SPAM JP terdiri dari beberapa unit, yaitu unit air baku, unit produksi, unit distribusi, dan unit pelayanan.
1. Unit air baku
Unit air baku adalah sarana yang digunakan untuk pengambilan dan/atau penyediaan air baku. Sarana ini dapat berupa bangunan penampungan air, bangunan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem perpompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya (Pemerintah Republik Indonesia, 2015).
Gambar 1. Bangunan penyadap
2. Unit produksi
Unit produksi merupakan infrastruktur yang digunakan untuk proses pengolahan air baku menjadi air minum, baik melalui proses fisika, kimia, dan/atau biologi. Sarana ini terdiri atas bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum. Pada unit produksi, bangunan pengolahan dapat bervariasi karena umumnya tergantung pada kualitas air baku yang digunakan. Jika air baku bersumber dari air permukaan, proses pengolahan yang umumnya dilakukan yaitu prasedimentasi, pengaduk cepat (koagulasi), pengaduk lambat (flokulasi), pengendapan (sedimentasi), penyaringan (filtrasi), dan desinfeksi. Jika air baku bersumber dari air tanah khususnya yang mengandung besi dan mangan, proses lainnya seperti aerasi, klorinasi, dan ozonisasi dapat ditambahkan pada proses produksi (Dokumentasi NUWSP; Pemerintah Republik Indonesia, 2015).
​​​​​​​
Gambar 2. Unit pengaduk cepat
3. Unit distribusi
Unit distribusi merupakan sarana pengaliran air minum dari bangunan penampungan sampai unit pelayanan. Sarana ini terdiri atas jaringan distribusi dan perlengkapannya, bangunan penampungan, serta alat pengukuran dan peralatan pemantauan (Pemerintah Republik Indonesia, 2015).
4. Unit pelayanan
Unit pelayanan merupakan titik pengambilan air. Sarana ini dapat berupa sambungan langsung, hidran umum, dan/atau hidran kebakaran (Pemerintah Republik Indonesia, 2015).
​​​​​​​
Gambar 3. Unit pelayanan: (a) sambungan langsung, (b) hidran umum, dan (c) hidran kebakaran
SPAM Bukan Jaringan Perpipaan (BJP)
SPAM BJP adalah satu kesatuan sarana prasarana penyediaan air minum yang disalurkan atau diakses pelanggan tanpa sistem perpipaan (Kementerian PUPR, 2016). SPAM BJP dapat berupa sumur dangkal, sumur pompa, bak penampungan air hujan, terminal air, dan bangunan penangkap mata air. Definisi masing-masing jenis SPAM BJP berdasarkan Kementerian PUPR (2016) dalam Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (2018) yakni sebagai berikut:
1. Sumur dangkal
Sumur dangkal merupakan sarana untuk menyadap dan menampung air tanah dari akuifer yang digunakan sebagai sumber air baku untuk air minum. Sumur dangkal mampu menghasilkan 400 liter/hari untuk satu keluarga.
2. Sumur pompa
Sumur pompa merupakan sarana penyediaan air minum berupa sumur yang dibuat dengan mengebor tanah pada kedalaman tertentu sehingga diperoleh air sesuai dengan kuantitas yang diinginkan. Pengambilan air dilakukan dengan menghisap atau menekan air ke permukaan dengan menggunakan pompa tangan.
3. Bak penampungan air hujan
Bak penampungan air hujan merupakan wadah untuk menampung air hujan sebagai air baku, umumnya dilengkapi penyaring.
4. Terminal air
Terminal air merupakan sarana pelayanan air minum yang digunakan secara komunal, berupa bak penampung air yang ditempatkan di atas permukaan tanah atau pondasi. Pengisian air dilakukan dengan sistem curah dari mobil tangki air atau kapal tangki air.
5. Bangunan penangkap mata air
Bangunan penangkap mata air adalah bangunan atau konstruksi untuk melindungi sumber mata air terhadap pencemaran yang dilengkapi dengan bak penampung.
Gambar 4. Sumur pompa sebagai salah satu jenis SPAM BJP
Itulah tadi penjelasan tentang SPAM serta jenis-jenisnya, baik SPAM JP dan SPAM BJP. Saat ini, pemerintah sedang berupaya melakukan pengembangan SPAM melalui berbagai program, salah satunya National Urban Water Supply Project (NUWSP). NUWSP menjadi wadah bagi pemerintah untuk meningkatkan akses SPAM JP di area perkotaan. Semoga dengan meningkatnya akses SPAM JP di Indonesia melalui program NUWSP, akses air minum yang dinikmati oleh masyarakat dapat meluas.
Sumber:
1. CNBC Indonesia (2023): APBN Terbatas, Kebutuhan Dana Air Minum Perpipaan Rp 1.000, diperoleh melalui situs internet: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230705095844-4-451446/apbn-terbatas-kebutuhan-dana-air-minum-perpipaan-rp-1000-t.
2. Dokumentasi NUWSP.
3. Kementerian PUPR (2016): Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 27/PRT/M/2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum.
4. Liputan 6 (2021): Pemerintah Target Seluruh Warga Bisa Akses Air Minum Perpipaan di 2030, diperoleh melalui situs internet: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4832125/pemerintah-target-seluruh-warga-bisa-akses-air-minum-perpipaan-di-2030.
5. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (2018): Air Minum (Bukan Jaringan Perpipaan), diperoleh melalui situs internet: http://simanis.dpubinmarcipka.jatengprov.go.id/air_minum/bjp.
6. Pemerintah Republik Indonesia (2015): Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum.
Kredit Foto:
1. Got Creator dalam Canva Pro.
2. Hollie McCrae-Wells dalam Canva Pro.
3. Mahadi, Samala (2022): 5 Jenis Sumur Yang Cocok Dibangun Di Rumah. Mana Yang Lebih Baik?, diperoleh melalui situs internet: https://berita.99.co/jenis-sumur-di-rumah/.
4. Pemerintah Kota Palangkaraya (2021): Toilet Darurat, diperoleh melalui situs internet: https://mediacenter.palangkaraya.go.id/toilet-darurat/.
5. Rutchapong dalam Canva Pro.
Ditulis oleh:
Deviana Matudilifa Yusuf
Discover the Drinking Water Supply System (SPAM)
The Drinking Water Supply System (SPAM) is a unit of drinking water supply infrastructure, according to Republic of Indonesia Government Regulation Number 122 of 2015. SPAM is arranged so that people can enjoy drinking water services, thus fulfilling their entitlement to water. SPAM implementation is made up of SPAM development and management. SPAM development can include both the creation of new SPAMs as well as the upgrading and expansion of existing SPAMs. While SPAM management is concerned with the use of existing infrastructure, such as operation and maintenance, repair, and the improvement of human resources and institutions.
SPAM is classified as either piped SPAM (JP) or non-piped SPAM (BJP). What is the difference between SPAM JP and SPAM BJP? This question will be addressed in the following explanation.
Piped SPAM (SPAM JP)
SPAM JP is an infrastructure for supplying drinking water to clients through a piped system (Ministry of PUPR, 2016). According to CNBC Indonesia (2023), drinking water services provided by SPAM JP in Indonesia reach only 20% of all households that should be served. This figure remains relatively small in comparison to the government's goal of providing 100% piped drinking water to all Indonesians by 2030 (Nur Aisyah in Liputan 6, 2021). As a result, access to SPAM JP in Indonesia must be improved so that people get access to good quality and sufficient amounts of water continuously.
According to Republic of Indonesia Government Regulation Number 122 of 2015, SPAM JP is made up of numerous units, including raw water units, production units, distribution units, and service units.
1. Raw water units
Raw water units are facilities that receive and/or supply raw water. Water storage, water intake, measuring instruments and monitoring equipment, pumping systems, and/or carrier buildings and associated equipment are examples of these facilities (Republic of Indonesia Government, 2015).
Figure 1. Water intake
2. Production units
The infrastructure utilized to turn raw water into drinking water through physical, chemical, and/or biological processes is known as the production unit. This facility is made up of treatment units and associated machinery, operating equipment, measuring instruments and monitoring equipment, as well as water storage. Treatment units can vary depending on the quality of raw water utilized. The typical treatment procedures used when raw water is obtained from surface water include pre-sedimentation, coagulation, flocculation, sedimentation, filtration, and disinfection. Aeration, chlorination, and ozonation are additional procedures that can be added to the treatment process if raw water is obtained from groundwater, particularly those with iron and manganese content (NUWSP Documentation; Republic of Indonesia Government, 2015).
​​​​​​​
Figure 2. Coagulation unit
3. Distribution units
Water for drinking is transferred from the reservoir to the service unit via the distribution unit. These infrastructures include a distribution network and its supporting accessories, reservoir, as well as measuring instruments and monitoring equipment (Republic of Indonesia Government, 2015).
4. Service units
A water intake point is the service unit. Direct connections, public hydrants, and/or fire hydrants are some examples of these infrastructures (Republic of Indonesia Government, 2015).
​​​​​​​
Figure 3. Service unit: (a) direct connection, (b) public hydrant, and (c) fire hydrant
Non-piped SPAM (SPAM BJP)
SPAM BJP is an infrastructure for supplying drinking water to clients without a piped system (Ministry of PUPR, 2016). Shallow well, pumped well, rainwater storage container, water terminal, and spring catchment structure can all be examples of SPAM BJP. Based on the Ministry of PUPR (2016) in the Central Java Provincial Government (2018), the following is the definition of each category of SPAM BJP:
1. Shallow well
Groundwater from aquifers that are used as raw water sources for drinking water can be tapped and collected via shallow wells. A shallow well can provide 400 litres of water per day to a single family.
2. Pumped well
Pumped well is a type of water supply infrastructure that is created by drilling into the earth at a specific depth in order to acquire water in the desired quantity. Using a hand pump, water is gathered by sucking it up or pushing it to the surface.
3. Rainwater storage tank
Tanks for holding rainwater in their raw state are known as rainwater storage tanks, and most of them come with filters.
4. Water terminal
Water terminal, which takes the shape of a water storage tank positioned on the ground or a foundation, is a drinking water service facility that is utilized communally. Using a bulk method, water is filled from a water tanker or water tank car.
5. Spring catchment structure
Spring catchment structure is a structure or construction that has a reservoir to protect springs from pollution.
Figure 4. SPAM BJP in the form of a pumped well
That was a description of SPAM and its several varieties, including SPAM JP and SPAM BJP. The National Urban Water Supply Project (NUWSP), one of the government's several current programs, aims to develop SPAM. The NUWSP is a platform for the government to enhance SPAM JP accessibility in urban areas. By expanding the availability of SPAM JP in Indonesia through the NUWSP initiative, we seek to improve the community's access to drinking water.
Sources:
1. Central Java Provincial Government (2018): Air Minum (Bukan Jaringan Perpipaan), obtained through the internet site: http://simanis.dpubinmarcipka.jatengprov.go.id/air_minum/bjp.
2. CNBC Indonesia (2023): APBN Terbatas, Kebutuhan Dana Air Minum Perpipaan Rp 1.000, obtained through the internet site: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230705095844-4-451446/apbn-terbatas-kebutuhan-dana-air-minum-perpipaan-rp-1000-t.
3. Liputan 6 (2021): Pemerintah Target Seluruh Warga Bisa Akses Air Minum Perpipaan di 2030, obtained through the internet site: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4832125/pemerintah-target-seluruh-warga-bisa-akses-air-minum-perpipaan-di-2030.
4. Ministry of PUPR (2016): Minister of PUPR Regulation Number 27/PRT/M/2016.
5. NUWSP Documentation.
6. Republic of Indonesia Government (2015): Republic of Indonesia Government Regulation No. 122 of 2015.
Photo Credits:
1. Got Creator in Canva Pro.
2. Hollie McCrae-Wells in Canva Pro.
3. Mahadi, Samala (2022): 5 Jenis Sumur Yang Cocok Dibangun Di Rumah. Mana Yang Lebih Baik?, obtained through the internet site: https://berita.99.co/jenis-sumur-di-rumah/.
4. Palangkaraya Government (2021): Toilet Darurat, obtained through the internet site: https://mediacenter.palangkaraya.go.id/toilet-darurat/.
5. Rutchapong in Canva Pro.
Written by:
Deviana Matudilifa Yusuf
Translated by:
Lely Lydia Rahmawati
#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply
#airminum #drinkingwater #SPAM #pipedwater #nonpipedwater
Available in English
20/A-NUWSP/Juli/2023
Pada hari Senin, 12 Juni 2023 lalu, Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sumatera Barat bersama Pemerintah Kota Sawahlunto melakukan penandatanganan berita acara serah terima optimalisasi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Balaikota Sawahlunto. Kegiatan ini menandai bahwa hasil pekerjaan optimalisasi SPAM akan dikelola, dimanfaatkan, dan dipelihara sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Sawahlunto. Pada kesempatan tersebut, Deri Asta selaku Wali Kota Sawahlunto mengatakan bahwa optimalisasi SPAM yang dibangun melalui program National Urban Water Supply Project (NUWSP) dapat mengatasi kendala air minum di Sawahlunto (Pemerintah Kota Sawahlunto, 2023).
Gambar 1. Serah terima pengelolaan SPAM Kota Sawahlunto (Pemerintah Kota Sawahlunto, 2023)
Kendala Penyediaan Air di Sawahlunto
Deri Asta menyampaikan bahwa beberapa daerah di Sawahlunto hanya dialiri air dari PDAM seminggu sekali. Pernyataan tersebut juga disampaikan oleh Direktur PDAM Sawahlunto, Arifman, pada kesempatan yang berbeda. Simak selengkapnya di sini. Menurut Arifman, salah satu tantangan besar yang dihadapi PDAM Sawahlunto dalam menyediakan air untuk masyarakat yaitu kondisi topografi Sawahlunto yang berbukit dan bergelombang, bahkan sebagian wilayahnya memiliki kemiringan lebih dari 40%. Kondisi ini memicu kebutuhan energi yang sangat besar dalam proses distribusi airnya. Tak hanya itu, kondisi topografi tersebut juga membuat sebagian besar tanah di Sawahlunto bersifat labil yang dapat berakibat tingginya kebocoran pada proses penyediaan air. Bukan hanya aspek kontinuitasnya saja, masyarakat setempat pun mengeluhkan kualitas air yang tersedia. Air keruh menjadi hal yang kerap dijumpai masyarakat. Arifman menyampaikan bahwa menurunnya kualitas air terjadi karena banyak infrastruktur yang sudah melampaui usia teknisnya. Terdapat instalasi pengolahan air (IPA) yang telah dibangun sejak tahun 1990-an bahkan beberapa infrastruktur lainnya telah ada sejak tahun 1980-an.
NUWSP di Sawahlunto
Pada tahun 2022, Sawahlunto mendapatkan bantuan melalui program NUWSP berjenis bantuan stimulan. Untuk mengatasi kendala dalam penyediaan air di Sawahlunto, program NUWSP dilaksanakan di beberapa lokasi, yaitu Kandi, Lunto, Batu Tajam, dan Rantih. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam program NUWSP di Sawahlunto yaitu pembuatan intake, pengadaan IPA baru beserta item pendukungnya, rehabilitasi IPA eksisting, pengadaan dan pemasangan reservoir, pengadaan dan pemasangan jaringan perpipaan, pengadaan dan pemasangan pompa serta beberapa aksesoris pendukung lainnya. Kegiatan tersebut diharapkan dapat menjawab tantangan yang dihadapi Sawahlunto dalam penyediaan air, baik dari segi kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan keterjangkauannya.
Gambar 2. Optimalisasi SPAM di Kota Sawahlunto
Saat ini, sebagian masyarakat dapat menikmati air secara kontinu. Beberapa daerah yang semula hanya dialiri air seminggu sekali, kini bisa mendapatkan air setiap hari (Pemerintah Kota Sawahlunto, 2023). Dari segi kualitas, air yang disediakan PDAM Sawahlunto diharapkan mengalami peningkatan berkat hadirnya IPA baru dan IPA yang telah dioptimalisasi. Tak hanya bagi masyarakat, program NUWSP juga dapat memberi manfaat bagi PDAM Sawahlunto. Salah satu contohnya yaitu pada pengadaan dan pemasangan pompa khususnya di lokasi Rantih. Semula PDAM menggunakan pompa lama dengan tingkat konsumsi energi yang besar. Menurut Arifman, hadirnya pompa baru pada lokasi ini diestimasi dapat berkontribusi terhadap efisiensi energi maksimal 40% dari total energi yang digunakan. Bila jumlah energi yang digunakan lebih efisien, PDAM dapat mengoptimalkan energi untuk keperluan lainnya.
Sementara ini, hasil optimalisasi SPAM Kota Sawahlunto belum menjangkau seluruh daerah. Beberapa daerah yang telah mengalami peningkatan pelayanan yaitu Durian I, Durian II, Sapan, dan Waringin. Deri Asta mengemukakan bahwa saat ini pengerjaan sambungan air dari reservoir ke saluran pipa eksisting yang mengantarkan air ke rumah-rumah warga (interkoneksi) masih berlangsung (Radar Sumbar, 2023). Semoga dengan pengelolaan dan pemeliharaan yang baik pada hasil optimalisasi SPAM Kota Sawahlunto, masyarakat dapat mengakses air berkualitas baik dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan hariannya.
Sumber:
1. Dokumentasi NUWSP.
2. Pemerintah Kota Sawahlunto (2023): Diserahterimakan BPPW Kepada Pemko, Optimalisasi SPAM Mengatasi 75 Persen Masalah Air Bersih di Sawahlunto, diperoleh melalui situs internet: https://www.facebook.com/humassawahlunto/.
3. Radar Sumbar (2023): 75 Persen Kendala Air Bersih di Sawahlunto Teratasi usai Optimalisasi SPAM, diperoleh melalui situs internet: https://radarsumbar.com/75-persen-kendala-air-bersih-di-sawahlunto-teratasi-usai-optimalisasi-spam/.
Kredit Foto:
Pemerintah Kota Sawahlunto (2023): Diserahterimakan BPPW Kepada Pemko, Optimalisasi SPAM Mengatasi 75 Persen Masalah Air Bersih di Sawahlunto, diperoleh melalui situs internet: https://www.facebook.com/humassawahlunto/.
Ditulis oleh:
Deviana Matudilifa Yusuf
SPAM Optimization Through NUWSP Program Overcomes Challenges on Water Needs in Sawahlunto
On Monday, June 12, 2023, at Sawahlunto City Hall, the Regional Infrastructure and Settlement Center (BPPW) of West Sumatera and the Sawahlunto Government signed the official report for the handover of Drinking Water Supply System (SPAM) optimization. This activity implies that the results of the SPAM optimization work will be fully overseen, utilized, and maintained by the Sawahlunto Government. On this occasion, Deri Asta, Mayor of Sawahlunto, stated that SPAM optimization created by the National Urban Water Supply Project (NUWSP) program might help Sawahlunto overcome challenges on water needs (Sawahlunto Government, 2023).
Figure 1. Handover of Sawahlunto SPAM management (Sawahlunto Government, 2023)
Challenges on Water Supplying in Sawahlunto
As stated by Deri Asta, certain regions within Sawahlunto experience a limited water supply from the local government-owned water utility (PDAM), occurring only once per week. The aforementioned statement was also articulated by Arifman, the Director of PDAM Sawahlunto, during a separate instance. For further information, find out more here. Arifman asserts that PDAM Sawahlunto encounters significant obstacles in its efforts to supply water to the local population due to the rugged and undulating topography of Sawahlunto, with certain regions exhibiting slopes exceeding 40%. This phenomenon elicits a substantial increase in energy requirements during the water distribution process. Furthermore, the topographical characteristics of Sawahlunto contribute to the inherent instability of its land, leading to a significant risk of water supply leakage. In addition to concerns regarding continuity, local residents have also expressed grievances regarding the water quality. The community frequently encounters water that appears cloudy. According to Arifman, the deterioration of water quality can be attributed to the aging of numerous infrastructures, which have surpassed their intended lifespan. The construction of a water treatment plant (WTP) commenced in the 1990s, while additional infrastructure has been in place since the 1980s.
NUWSP in Sawahlunto
In the year 2022, the city of Sawahlunto was awarded a seed grant through the NUWSP program. The NUWSP program was implemented in various locations, including Kandi, Lunto, Batu Tajam, and Rantih, as a means to address the challenges faced in the water supply system of Sawahlunto. Several activities are undertaken in this project, including intake construction, construction of the water treatment plant (WTP) and its associated components, rehabilitation of the existing WTP, procurement and installation of reservoirs, procurement and installation of piping networks, and procurement and installation of pumps and other supporting accessories. The aforementioned activities are anticipated to address the water supply challenges faced by Sawahlunto, encompassing aspects such as water quality, quantity, continuity, and affordability.
Figure 2. SPAM Optimization in Sawahlunto
Presently, there exists a subset of individuals who are able to enjoy continuous water. According to the Sawahlunto Government in 2023, certain regions that were previously subjected to a weekly watering schedule have now transitioned to a daily watering regimen. The anticipated enhancement in water quality from PDAM Sawahlunto is attributed to the introduction of new water treatment plants (WTP) and the optimization of existing ones. In addition to its impact on the community, the NUWSP program has the potential to yield benefits for PDAM Sawahlunto. An illustrative instance pertains to the acquisition and deployment of pumps, with particular emphasis on the Rantih site. In the beginning, PDAM employed an antiquated pumping system characterized by high energy consumption. Arifman posits that the introduction of novel pumps at the specified site is projected to yield a maximum energy efficiency of 40% in relation to the overall energy consumption. If the energy utilization is enhanced, PDAM has the potential to optimize energy allocation for alternative objectives.
Nevertheless, the outcomes of the SPAM optimization in Sawahlunto City have not been fully disseminated across all areas. Several regions that have witnessed enhanced service provisions include Durian I, Durian II, Sapan, and Waringin. According to Deri Asta, the ongoing project involves the interconnection of water from reservoirs to existing pipelines that facilitate the delivery of water to residential households (Radar Sumbar, 2023). With effective management and maintenance practices, SPAM optimization in Sawahlunto has the potential to enhance accessibility to high-quality water, thereby fulfilling the daily water requirements of the local population.
Sources:
1. NUWSP documentation.
2. Radar Sumbar (2023): 75 Persen Kendala Air Bersih di Sawahlunto Teratasi usai Optimalisasi SPAM, obtained through the internet site: https://radarsumbar.com/75-persen-kendala-air-bersih-di-sawahlunto-teratasi-usai-optimalisasi-spam/.
3. Sawahlunto Government (2023): Diserahterimakan BPPW Kepada Pemko, Optimalisasi SPAM Mengatasi 75 Persen Masalah Air Bersih di Sawahlunto, obtained through the internet site: https://www.facebook.com/humassawahlunto/.
Photo Credit:
Sawahlunto Government (2023): Diserahterimakan BPPW Kepada Pemko, Optimalisasi SPAM Mengatasi 75 Persen Masalah Air Bersih di Sawahlunto, obtained through the internet site: https://www.facebook.com/humassawahlunto/.
Written by:
Deviana Matudilifa Yusuf
Translated by:
Lely Lydia Rahmawati
#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply
#nuwspsawahlunto #kotasawahlunto #pemdasawahlunto #pdamsawahlunto #kendalaairminum #challenge #airminum #drinkingwater
Available in English
19/B-NUWSP/Juni/2023
Stunting merupakan isu yang hangat dibicarakan belakangan ini. Pasalnya, stunting adalah masalah utama pada anak balita di Indonesia (Cegah Stunting, 2021). Menurut Candra (2010), stunting merupakan suatu kondisi kurangnya tinggi badan seseorang jika dibandingkan dengan tinggi normal berdasarkan usianya. Jika seseorang mengalami stunting sejak dini, beberapa gangguan berpotensi muncul, baik gangguan mental, psikomotor, hingga kecerdasan. Stunting memiliki kaitan yang erat dengan pembangunan sumber daya manusia di masa depan. Oleh karena itu, program percepatan penurunan stunting menjadi program yang diprioritaskan Presiden Republik Indonesia (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, 2022).
Pemerintah Indonesia mengerahkan 23 Kementerian/Lembaga untuk berkolaborasi mencegah stunting (Pemerintah Indonesia, 2018). Kementerian/Lembaga yang terlibat dapat dilihat pada Tabel 1. Secara garis besar, program pencegahan stunting yang dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik adalah program untuk mengatasi penyebab langsung stunting seperti pemenuhan gizi serta perkembangan janin dan anak. Sedangkan intervensi gizi sensitif adalah program yang secara tidak langsung memengaruhi kejadian stunting. Beberapa program yang termasuk dalam intervensi sensitif yaitu peningkatan akses air minum dan sanitasi, peningkatan akses dan kualitas layanan kesehatan, perbaikan pola asuh, serta keamanan pangan (BKKBN, 2021; TNP2K dan Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia, 2018).
Tabel 1. Kementerian/Lembaga pelaksana program pencegahan stunting
Peningkatan akses air minum merupakan salah satu program yang mendukung penurunan stunting melalui intervensi gizi sensitif. Akses air minum diyakini memiliki pengaruh yang besar dalam kejadian stunting di Indonesia (baca selengkapnya di sini). Oleh sebab itu, pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan akses air minum hingga 100% pada tahun 2024 dengan target terhubungnya 10 juta sambungan air minum ke rumah. Dalam pelaksanaannya, target tersebut didukung oleh berbagai program, salah satunya National Urban Water Supply Project (NUWSP). Harapannya, program peningkatan akses air minum, termasuk NUWSP dapat menurunkan angka stunting Indonesia di masa mendatang.
Stunting di Indonesia
Di Indonesia, angka stunting diukur oleh Kementerian Kesehatan melalui Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) secara rutin setiap tahunnya. Hasil SSGI pada tahun 2022 mencatat prevalensi stunting Indonesia saat ini bernilai 21,6%. Artinya, dari seluruh balita yang dilakukan pengukuran tinggi badan, sebanyak 21,6% di antaranya mengalami stunting. Angka ini masih lebih tinggi dari toleransi stunting maksimal yang ditetapkan WHO yakni sebesar 20% (Indriani, 2021). Selain itu, angka ini juga masih melebihi target yang ditetapkan pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Target stunting berdasarkan RPJMN 2020-2024
Penurunan stunting memerlukan integrasi lintas sektor berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhinya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peningkatan akses air minum merupakan salah satu sektor pendukungnya. Oleh sebab itu, berbagai program yang mendukung peningkatan akses air minum telah ikut ambil bagian dalam upaya penurunan stunting, tak terkecuali program NUWSP.
Stunting di Lokasi NUWSP
NUWSP adalah program nasional yang bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan air minum jaringan perpipaan bagi masyarakat di daerah perkotaan. Hingga saat ini, 54 kabupaten/kota yang tersebar di 24 provinsi telah bergabung menjadi bagian dari program NUWSP. Apabila dikelompokkan berdasarkan nilai prevalensi stunting-nya, lokasi program NUWSP terbagi menjadi 3 kategori stunting, yaitu rendah, sedang, dan tinggi seperti terlihat pada Gambar 1. Pengelompokan ini dilakukan menurut klasifikasi prevalensi stunting WHO, yaitu kategori rendah (<20%), sedang (20-29%), tinggi (30-39%), dan sangat tinggi (≥ 40%) (Onis dkk., 2018 dalam Sholihah, 2021).
Gambar 1. Pengelompokan lokasi program NUWSP berdasarkan prevalensi stunting
Dalam RPJMN 2020-2024, pemerintah telah menetapkan jumlah lokasi prioritas untuk penurunan stunting pada tahun 2023 dan 2024, yaitu sebanyak 514 kabupaten/kota (Tabel 2). Dengan dilaksanakannya program NUWSP di 54 kabupaten/kota, maka setidaknya NUWSP telah berkontribusi dalam upaya menekan angka stunting pada 10,51% lokasi prioritas. Nilai ini dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah lokasi program NUWSP dan lokasi prioritas penurunan stunting. Berdasarkan Gambar 1, sebanyak 23 lokasi program NUWSP atau sekitar 42,6% masuk dalam kelompok stunting rendah karena nilai prevalensi stunting-nya sudah <20%. Sementara itu, sebesar 42,6% masih berada dalam kategori stunting sedang dan 13% kategori stunting tinggi. Kategori stunting sedang dan tinggi adalah kelompok-kelompok yang urgen untuk diintervensi karena prevalensi stunting-nya ≥20%. Namun, angka ini belum cukup untuk mencapai target prevalensi stunting yang ditetapkan pemerintah. Apabila dibandingkan dengan target RPJMN 2020-2024, sebanyak 74,1% lokasi program NUWSP penting untuk diintervensi karena prevalensi stunting-nya >14% (Gambar 2).
Gambar 2. Pengelompokan lokasi program NUWSP berdasarkan target prevalensi stunting RPJMN 2020-2024 dan toleransi stunting WHO
Itulah sekilas tentang stunting di Indonesia dan sebarannya di lokasi NUWSP. Semoga ke depannya berbagai program peningkatan akses air minum, termasuk NUWSP, dapat meluas sehingga kejadian stunting dapat menurun dan Indonesia memiliki sumber daya manusia yang lebih berdaya saing di masa mendatang.
Sumber:
1. BKKBN (2021): Kebijakan dan Strategi Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia, Training of Trainer (ToT) Pendampingan Keluarga dalam Percepatan Penurunan Stunting Bagi Fasilitator Tingkat Provinsi, diperoleh melalui situs internet: https://lms-elearning.bkkbn.go.id/pluginfile.php/18037/mod_resource/content/1/4.%20Buku%20Kebijakan%20Dan%20Strategi%20Percepatan%20Penurunan%20Stunting%20Di%20Indonesia.pdf.
2. Candra, Aryu (2020): Epidemiologi Stunting, diperoleh melalui situs internet: http://eprints.undip.ac.id/80670/1/Buku_EPIDEMIOLOGI_STUNTING_KOMPLIT.pdf.
3. Cegah Stunting (2021): Kontribusi PERSAGI Mengakselerasi Penurunan Stunting, diperoleh melalui situs internet: https://cegahstunting.id/berita/kontribusi-persagi-mengakselerasi-penurunan-stunting/.
4. Indriani (2021): Stunting RI Urutan Kedua ASEAN, Apa yang Dilakukan Pemerintah?, diperoleh melalui situs internet: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5692457/stunting-ri-urutan-kedua-asean-apa-yang-dilakukan-pemerintah.
5. Kementerian Kesehatan (2022): Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022, diperoleh melalui situs internet: https://promkes.kemkes.go.id/download/grjm/files46531.%20MATERI%20KABKPK%20SOS%20SSGI.pdf.
6. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (2022): Percepatan Penurunan Stunting Program Paling Prioritas untuk Membangun Manusia Indonesia, diperoleh melalui situs internet: https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/berita-daerah/percepatan-penurunan-stunting-program-paling-prioritas-untuk-membangun-manusia-indonesia.
7. Pemerintah Indonesia (2018): Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting), diperoleh melalui situs internet: https://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis%202018/Stranas%20Percepatan%20Pencegahan%20Anak%20Kerdil.pdf.
8. Pemerintah Indonesia (2020): Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024.
9. Sholihah, L.A. (2021): Stunting prevalence and its associated factors among children in primary school in Sidoarjo District: A secondary data analysis, Aceh Nutrition Journal, 6(2).
10. TNP2K dan Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia (2018): Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024, diperoleh melalui situs internet: https://www.tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis%202018/Sesi%201_01_RakorStuntingTNP2K_Stranas_22Nov2018.pdf.
Kredit Foto:
Getty Images Signature dalam Canva Pro
Ditulis oleh:
Deviana Matudilifa Yusuf
Stunting in Indonesia and Its Distribution at NUWSP Locations
Stunting has become a hot topic recently as it is a major problem threatening toddlers in Indonesia (Cegah Stunting, 2021). According to Candra (2010), stunting is a condition when a person has a low height for their age. If someone is stunted at an early age, several disorders potentially appear, such as mental, psychomotor, and intelligence disorders. Stunting is closely related to human resource development in the future. Therefore, the acceleration of stunting reduction is a priority program by Indonesia’s President (Ministry of State Apparatus Empowerment and Bureaucratic Reforms, 2022).
The Government of Indonesia mobilized 23 Ministries/Agencies to collaborate in stunting prevention (Government of Indonesia, 2018). The Ministries/Agencies involved can be seen in Table 1. In general, the program of stunting prevention carried out by the government aims to reduce Indonesia’s stunting prevalence. The program can be classified into 2 types, namely specific nutritional interventions and sensitive nutritional interventions. Specific nutritional interventions are programs to address the direct causes of stunting such as nutritional fulfillment as well as fetal and child development. Meanwhile, sensitive nutritional interventions are programs that indirectly affect stunting, such as improving access to drinking water and sanitation, improving access and quality of health services, improving child care and food security (BKKBN, 2021; TNP2K and Secretariat of Indonesia’s Vice President, 2018).
Table 1. Ministries/agencies involved in stunting prevention programs
Improving access to drinking water is one of the programs that support stunting reduction through sensitive nutritional interventions. Access to drinking water is believed to have a major influence on stunting in Indonesia (read more here). Therefore, the government is committed to achieve 100% drinking water access by 2024 with a target of connecting 10 million household connections. In its implementation, the target is supported by various programs, one of which is National Urban Water Supply Project (NUWSP). Hopefully, all programs that aim to increase drinking water access, including NUWSP, can reduce Indonesia's stunting rate in the future.
Stunting in Indonesia
In Indonesia, stunting rates are measured by the Ministry of Health through the Study of Indonesian Nutritional Status (SSGI) regularly every year. SSGI results in 2022 recorded that Indonesia's stunting prevalence is currently valued at 21.6%. It means that of all toddlers measured, 21.6% of them were stunted. This figure is still higher than the maximum stunting tolerance set by WHO, which is 20% (Indriani, 2021). In addition, this figure also still exceeds the target set by the Indonesian Government in the 2020-2024 National Medium-Term Development Plan (RPJMN) as shown in Table 2.
Table 2. Stunting target based on 2020-2024 RPJMN
Stunting reduction requires cross-sector integration based on the factors that affect it, either directly or indirectly. Improving drinking water access is one of the supporting sectors. Therefore, various programs that support improving drinking water access have taken part in efforts to reduce stunting, including the NUWSP program.
Stunting in NUWSP Locations
NUWSP is a national program that aims to improve access and quality of piped drinking water services for people in urban areas. Until now, 54 regencies/cities spread across 24 provinces have joined as part of the NUWSP program. Based on the value of stunting prevalence, NUWSP locations fall into three stunting categories, namely low, medium, and high as shown in Figure 1. These categories are in accordance with WHO stunting prevalence classification, which are low (<20%), medium (20-29%), high (30-39%), and very high (≥ 40%) categories (Onis et al., 2018 in Sholihah, 2021).
Figure 1. Classification of NUWSP locations based on stunting prevalence
In the 2020-2024 RPJMN, the government has set the number of priority locations for stunting reduction in 2023 and 2024, namely 514 regencies/cities (Table 2). With the implementation of the NUWSP program in 54 regencies/cities, at least NUWSP has contributed to the effort of stunting reduction in 10.51% of stunting priority locations. This value is calculated based on a comparison between the number of NUWSP locations and priority locations for stunting reduction. Based on Figure 1, as many as 23 locations or around 42.6% of NUWSP locations are included in the low stunting category because the value of their stunting prevalence is <20%. Meanwhile, 42.6% are still in the medium category and 13% in the high category. Medium and high stunting categories are groups that are urgent to intervene because their stunting prevalence is at least 20% higher than the maximum stunting tolerance. However, this figure is not enough to achieve the target set by the government. When compared to the 2020-2024 RPJMN target, as many as 74.1% of NUWSP locations are important to intervene because the stunting prevalence is >14% (Figure 2).
Figure 2. Classification of NUWSP locations based on the 2020-2024 RPJMN stunting prevalence target and WHO stunting tolerance
That's a glimpse of stunting in Indonesia and its distribution at NUWSP locations. Hopefully, various programs pursuing drinking water improvement, including NUWSP, can expand so that stunting can decrease and Indonesia has a more competitive human resource in the future.
Sources:
1. BKKBN (2021): Kebijakan dan Strategi Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia, Training of Trainer (ToT) Pendampingan Keluarga dalam Percepatan Penurunan Stunting Bagi Fasilitator Tingkat Provinsi, obtained through the internet site: https://lms-elearning.bkkbn.go.id/pluginfile.php/18037/mod_resource/content/1/4.%20Buku%20Kebijakan%20Dan%20Strategi%20Percepatan%20Penurunan%20Stunting%20Di%20Indonesia.pdf.
2. Candra, Aryu (2020): Epidemiologi Stunting, obtained through the internet site: http://eprints.undip.ac.id/80670/1/Buku_EPIDEMIOLOGI_STUNTING_KOMPLIT.pdf.
3. Cegah Stunting (2021): Kontribusi PERSAGI Mengakselerasi Penurunan Stunting, obtained through the internet site: https://cegahstunting.id/berita/kontribusi-persagi-mengakselerasi-penurunan-stunting/.
4. Indonesia Government (2018): Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting), obtained through the internet site: https://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis%202018/Stranas%20Percepatan%20Pencegahan%20Anak%20Kerdil.pdf.
5. Indonesian Government (2020): Presidential Regulation Number 18 of 2020 concerning the National Medium-Term Development Plan for 2020-2024.
6. Indriani (2021): Stunting RI Urutan Kedua ASEAN, Apa yang Dilakukan Pemerintah?, obtained through the internet site: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5692457/stunting-ri-urutan-kedua-asean-apa-yang-dilakukan-pemerintah.
7. Ministry of Health (2022): Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022, obtained through the internet site: https://promkes.kemkes.go.id/download/grjm/files46531.%20MATERI%20KABKPK%20SOS%20SSGI.pdf.
8. Ministry of State Apparatus Empowerment and Bureaucratic Reforms (2022): Percepatan Penurunan Stunting Program Paling Prioritas untuk Membangun Manusia Indonesia, obtained through the internet site: https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/berita-daerah/percepatan-penurunan-stunting-program-paling-prioritas-untuk-membangun-manusia-indonesia.
9. Sholihah, L.A. (2021): Stunting prevalence and its associated factors among children in primary school in Sidoarjo District: A secondary data analysis, Aceh Nutrition Journal, 6(2).
10. TNP2K dan Secretariat of Indonesia’s Vice President (2018): Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024, obtained through the internet site: https://www.tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis%202018/Sesi%201_01_RakorStuntingTNP2K_Stranas_22Nov2018.pdf.
Photo Credit:
Getty Images Signature in Canva Pro
Written by:
Deviana Matudilifa Yusuf
#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply
#airminum #drinkingwater #stunting #rpjmn #malnutrition
Available in English
18/A-NUWSP/Juni/2023
Kabupaten Sikka merupakan kabupaten pertama di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berkesempatan mendapat bantuan National Urban Water Supply Project (NUWSP) Tahun Anggaran 2022, dengan target Optimalisasi SPAM di Kota Maumere Kabupaten Sikka. Pemda Kabupaten Sikka sangat antusias terhadap hadirnya program NUWSP, mengingat sebagian besar warga Kabupaten Sikka hingga saat ini belum mendapatkan air yang layak untuk digunakan, baik untuk minum maupun kebutuhan lainnya. Perumda Wair Puan sebagai pengelola utama air minum di Kabupaten Sikka merasa sangat terbantu dengan adanya NUWSP, karena selain memberikan bantuan dana konstruksi fisik, NUWSP juga memperhatikan masalah nonteknis seperti peningkatan kapasitas kinerja pegawai Perumda Wair Puan.
Pekerjaan konstruksi NUWSP di Kabupaten Sikka dimulai pada bulan Mei 2022 dan berakhir pada bulan Desember 2022. Kegiatan ini melahirkan bangunan fisik berupa reservoir berbahan glass steel serta rumah jaga, pengembangan jaringan perpipaan, dan penambahan aksesoris seperti meteran elektromagnetik serta logger. Sedangkan untuk peningkatan kapasitas kinerja, NUWSP memfasilitasi pegawai Perumda Wair Puan untuk mengikuti berbagai pelatihan seperti pelatihan penggunaan aplikasi M-Water serta Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK).
Gambar 1. Kiprah NUWSP dalam penyediaan air minum di Kabupaten Sikka
Salah satu hal berdampak yang dihadirkan NUWSP pada penyediaan air minum di Kabupaten Sikka yakni adanya pengadaan meteran elektromagnetik dan logger. Kedua aksesoris ini merupakan peningkatan teknologi air minum pertama yang digunakan oleh Perumda Wair Puan Kabupaten Sikka. Pasalnya selama 30 tahun berdiri, proses keluar masuknya air pada reservoir hanya dipantau dan dicatat secara manual saja. Kini dengan adanya meteran elektromagnetik dan logger, proses pemantauan dan pencatatan keluar masuknya air pada reservoir dilakukan secara otomatis. Pegawai Perumda Wair Puan pun dapat melakukan pengontrolan jarak jauh dengan bantuan komputer dan handphone melalui aplikasi.
Gambar 2. Meteran elektromagnetik dan logger
Penyertaan meteran elektromagnetik dan logger dalam perencanaan program NUWSP sempat menjadi isu karena adanya kekhawatiran dari Perumda Wair Puan. Sebelumnya, Perumda Wair Puan memiliki kondisi finansial yang masuk dalam kategori kurang sehat serta memiliki kapasitas sumber daya manusia yang masih terbatas. Hal tersebut menjadi kekhawatiran karena secara teknis, meteran elektromagnetik dan logger harus dilengkapi dengan perangkat tambahan seperti monitor, personal computer (PC), serta jaringan internet yang stabil sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain itu, secara nonteknis, pengoperasian logger juga membutuhkan sumber daya manusia dengan kemampuan penguasaan teknologi yang mumpuni karena alat ini dikontrol dengan suatu aplikasi/software.
Meski memiliki keterbatasan seperti yang diuraikan di atas, Perumda Wair Puan berkomitmen untuk menjadi semakin baik ke depannya. Strategi yang dilakukan Perumda Wair Puan untuk menunjang keberfungsian meteran eletromagnetik dan logger yaitu dengan menyiapkan dan melatih kader-kader muda yang melek teknologi serta mengutus pegawai khusus untuk mempelajari sistem kerja dan bertanggung jawab terhadap pengoperasian alat tersebut. Upaya-upaya ini diharapkan dapat mendukung beroperasinya meteran eletromagnetik dan logger pada SPAM di Kabupaten Sikka.
NUWSP merupakan gerbang awal bagi Perumda Wair Puan Kabupaten Sikka untuk meng-upgrade teknologi dalam penyediaan air minum. NUWSP diharapkan dapat meninggalkan jejak teknologi dan membawa perubahan dalam penyediaan air minum di Kabupaten Sikka.
Sumber:
1. Dokumentasi NUWSP.
2. Dokumentasi Perumda Wair Puan.
Ditulis oleh:
Enon Arviana Ambuwaru
Deviana Matudilifa Yusuf
NUWSP Brings Technology to Drinking Water Supply in Sikka Regency
Sikka Regency is the first area in East Nusa Tenggara (NTT) Province to have the opportunity to receive assistance from the National Urban Water Supply Project (NUWSP) in 2022, with the target of Drinking Water Supply System (SPAM) optimization in Maumere City, Sikka. The local government of Sikka is very enthusiastic about the presence of NUWSP program, considering that most Sikka residents still have not received adequate water to use, both for drinking and other needs. Perumda Wair Puan who manages drinking water supply in Sikka Regency, feels greatly accommodated by the existence of NUWSP, because NUWSP provides physical construction funding assistance and also pays attention to non-technical issues such as capacity building for Perumda Wair Puan employees.
The construction of SPAM optimization in Sikka Regency began in May 2022 and ended in December 2022. This activity produced glass steel reservoirs and guard house construction, pipeline network development, and the addition of accessories such as electromagnetic meters and loggers. For the aspect of capacity building, NUWSP facilitates Perumda Wair Puan employees to attend various pieces of training such as training on the use of M-Water application and Competency-Based Training (PBK).
Figure 1. NUWSP's work in Sikka’s SPAM otimization
An impact given by NUWSP program on Sikka’s drinking water supply system is the procurement of electromagnetic meters and loggers. These two accessories are the first drinking water technology improvements used by Perumda Wair Puan Sikka Regency. Because during its 30 years of existence, water inflow and outflow in the reservoir were only monitored and recorded manually. Now with the existence of electromagnetic meters and loggers, monitoring and recording process of water inflow and outflow in the reservoir is carried out automatically. Perumda Wair Puan employees can also monitor remotely with the help of computers and mobile phones through an application.
Figure 2. Electromagnetic meter and logger
The inclusion of electromagnetic meters and loggers in NUWSP planning had become an issue due to Perumda Wair Puan's concerns. Previously, Perumda Wair Puan had a financial condition that was categorized as unhealthy and had limited human resource capacity. This is a concern because technically, electromagnetic meters and loggers must be equipped with additional devices such as monitors, personal computers (PCs), and a stable internet connection, so it requires a lot of money. Furthermore, nontechnically, the operation of a logger also requires hi-tech human resources because this tool is operated by a digital application.
Despite having limitations as described above, Perumda Wair Puan is committed to getting better in the future. Perumda Wair Puan’s strategy to support the functioning of electromagnetic meters and loggers is by preparing and training young cadres who are technologically literate and sending special officers to study the working system and be responsible for the operation of the tool. These efforts are expected to support the operation of electromagnetic meters and loggers at SPAM in Sikka Regency.
NUWSP is the initial gateway for Perumda Wair Puan Sikka Regency to upgrade technology in drinking water supply. NUWSP is expected to leave a technological footprint and bring changes in Sikka drinking water supply system.
Sources:
1. NUWSP documentation.
2. Perumda Wair Puan documentation.
Written by:
Enon Arviana Ambuwaru
Deviana Matudilifa Yusuf
#nuwsp #ditairminun #ciptakarya #watersupply
#nuwspsikka #kabupatensikka #pemdasikka #perumdawairpuan #meteranelektromagnetik #logger #otomatis #electromagneticmeter #automatic #technology #airminum #drinkingwater